*Harry's P.O.V*
Tak lama kemudian, kami tiba di Holmes Chapel, lebih tepatnya di rumah lamaku.
"Kita sudah sampai, Kim." Aku mencoba untuk menyapu rambutnya ke belakang dengan jemariku.
************
*Kimberly's P.O.V*
"Kau tidak mau bangun? Ini sudah pagi." Bisikannya begitu lembut ditelingaku. Ia mencium keningku dan membuat mataku sedikit terbuka. Sinar matahari yang masuk melalui jendela membuat mataku susah untuk terbuka sepenuhnya.
"Ini jam berapa?" Aku membalikkan tubuhku membelakangi arah datangnya sinar matahari sambil masih berusaha untuk membuka mataku.
"Jam 8."
Aku mengingat-ingat kembali tentang kemarin malam. Tunggu! Aku harus memberi kabar pada Eddie dan juga Thomas. Aku bangkit dari kasur dan berusaha mencari ponselku kemana-mana.
"Harry, apa kau melihat ponselku?"
"Tidak. Mungkin tertinggal di rumahmu?"
"Tidak. Aku selalu membawanya kemana pun. Terakhir kali aku menerima pesan dari Thomas untuk membukakan pintu gerbang, ponsel itu masih berada ditanganku. Atau mungkin tertinggal di dalam mobilmu?"
"Sama sekali tidak ada. Aku selalu mengecek mobilku dengan teliti."
"Kau benar, mungkin aku terlalu banyak pikiran."
Harry hanya memandangiku dengan tatapan kosongnya.
"Kita jadi ke Mandeville?"
"Tentu." Tatapannya masih kosong.
Wajahnya semakin mendekat ke arahku.
******************************************
Aku tidak peduli jika kau akan mengatakan aku ini adalah gadis yang munafik atau plin-plan atau bahkan gadis yang tak memegang kuat prinsipku, karena seharusnya siang nanti aku dan Eddie akan pergi ke Doncaster untuk menemui orang tuanya dan membahas soal pernikahan kami. Tapi saat ini, aku menikmati cumbuannya. Jantungku seolah hidup kembali. Ya, aku merindukanmu, Harry. Aku ingin menjadi miliknya seutuhnya.
"Aku mencintaimu, Kimberly. Aku ingin kau menjadi milikku seutuhnya."
"Aku juga mencintaimu, Harry. Aku sudah mencintaimu sebelum aku keluar dari pekerjaanku di Mandeville. Tapi kau membuat kesalahan besar yang membuatku membencimu. Aku tidak pernah mencintai Eddie. Semakin aku berusaha untuk mencintainya, perasaanku semakin hancur. Karena sebenarnya hanya kaulah yang selalu ada di hatiku. Aku membohongi perasaanku hanya karena ingin membalas semua kebaikan yang Eddie berikan padaku. Tapi kini, aku sadar, Harry, aku tidak bisa membencimu dalam jangka waktu yang lama, aku tidak bisa jauh-jauh darimu lagi. Aku menyesal dengan semua kebohongan juga kebodohan yang telah kulakukan. Hanya kau yang bisa menebak ketika aku berbohong. Dan hanya kau yang bisa tahu bahwa aku tidak pernah mencintai Eddie."
"Tidak ada yang perlu kau sesali, Kim. Aku pernah putus asa saat aku tak bisa menemukan dimana keberadaanmu. Tapi kau tahu? Tuhan mempertemukan kita lagi. Sejak saat itu, aku yakin bahwa kau adalah takdirku."
Aku menciumnya keningnya. Aku senang akhirnya Kimberly bisa mengakui bahwa akulah satu-satunya orang yang ia cintai.
"Lebih baik kau cepat mandi dan bersiap-siap. Kita akan pergi ke kafe terlebih dahulu untuk sarapan."
*****************
*Kimberly's P.O.V*
"Cepatlah, Kim. Jangan membuang waktu untuk kau berdandan. Aku ingin kita datang sebelum Mandeville dibuka."
Apa dia bilang? Bahkan aku hanya menyisir dan mengikat rambutku seperti ekor kuda.
"Kita akan datang jauh lebih awal jika kau tidak...-" aku yakin Harry mengerti dengan ucapanku yang menggantung.
"Tapi bukankah kau menikmatinya?" Tanyanya dengan senyum genit yang terlihat yang membuatku malu dan merasa rona merah dikedua pipiku mulai muncul.
Aku menarik tangan kirinya dan melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 08.45.
"Lihat. 15 menit lagi Mandeville akan buka. Bukankah kau tidak ingin terlambat?"
*************
Kami melewati salah satu cafe di daerah Middlewich Road. "Harry? Kita tidak jadi sarapan?" Pandanganku masih tertuju pada cafe yang baru saja terlewati.
"Maaf, Kim. Kita tidak punya waktu untuk itu. Kita bisa mengambil dan memakan beberapa kue di Mandeville. Itu tidak akan menimbulkan kerugian, bukan?"
"Ya. Terserah padamu saja."
Mobilnya melaju dan melewati gedung bekas klub yang tak lain adalah milik Harry.
Hei! Aku seperti mengenal wanita itu. Untuk apa dia berdiri disana?
~bersambung~
Can I get more, more and more votes?
Aku cuma mau bilang maaf kalo chapter ini ga jelas atau ga menarik terutama sex scene nya.
Btw, kalian mau jalan cerita di chapter selanjutnya kaya gimana? Kalian bisa komen dan kasih saran kok..
Buat para readers yg ga mau nongol yang cuma ngebaca tanpa ninggalin jejak, tolong kalian muncul dong. Tunjukin kalo kalian itu bener-bener ada..
Next chapter?
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Mr. Crazy [HARBARA] - 《COMPLETED》
FanfictionTak selamanya memilih masa depan adalah keputusan yang tepat. Terkadang masa lalulah yang justru menjadi masa depan. [WARNING: There are many harsh words here. If you are under age, be a wise reader. And don't be a silence reader.] (Beberapa chapt...