Sesampainya di Mandeville, aku dan Harry membawa bungkusan berisi bahan kue masuk ke Mandeville yang masih terdapat tulisan 'CLOSED'.
Harry mengikutiku dari belakang.dan seperti biasa, Margareth selalu datang pagi-pagi sekali untuk mempersiapkan segala macam roti dan kue masuk ke dalam etalase yang kosong.
"Selamat pagi, Mar." Sapaku.
"Selamat pagi, Kim."
"Selamat pagi, Margareth." Sapa Harry.
"Selamat pagi."
Tanpa berpikir panjang untuk membantu Margareth yang sedang sibuk menata roti dan kue, aku langsung melangkah menuju dapur bersama Harry yang masih berada dibelakangku.
Kami meletakkan bungkusannya pada pantry dan berdiskusi bersama. Setelah itu, aku mulai membuat adonan cake-nya sedangkan Harry merangkai tingkat penyanggah kue bertingkatnya.
Seterusnya, kami melakukan bagian kami masing-masing untuk membuat kuenya.
Tak membutuhkan waktu yang sangat lama untuk membuat kue bertingkatnya. Mungkin bisa kuhitung kurang lebih 2 jam untuk membuatnya.
******************
Kami sampai di toko yang menjual perhiasan. Aku sengaja menyuruh Harry untuk mengantarku kesini karena aku ingin membeli beberapa anting yang akan kupakai di acara pertunangan kakak Evelyn nanti.
Aku memilih beberapa anting yang menurutku menarik dan pelayan toko meletakkannya diatas etalase.
"Bagaimana menurutmu jika aku memakai yang ini?" Tanyaku pada Harry sambil menunjukkan anting pertama.
"Bagus, tapi terlalu berlebihan jika kau pakai. Aku tidak ingin kau menjadi sorotan mata para lelaki selain aku. Aku lebih suka jika kau memakai yang ini." Tunjuknya pada anting ketiga.
"Kalau begitu aku ambil yang ini." Ucapku pada pelayan toko.
Pelayan toko itu pun membawa anting pilihan Harry lalu menempatkannya pada kotak perhiasan dan membungkusnya dengan plastik.
Pun aku menerimanya dan Harry membayarnya.
Saat aku keluar dari toko perhiasan, mataku terpaku pada sebuah toko tepat disebelahnya yang menjual sepatu.
Aku pun memasuki toko itu dan melihat beberapa koleksi sepatu yang dipajang. Di setiap sudut selalu ada seorang pelayan yang sudah bersiap jika pelanggan membutuhkannya. Huh, aku tidak suka dengan tatapan mereka yang seolah seperti sedang melihat pencuri yang akan mengambil barang-barang mereka. Bahkan mereka tidak menampakkan garis senyum sedikit pun untuk menyambut pelanggan yang datang.
Hingga akhirnya aku tertarik pada sepatu heels berukuran 10 senti berwarna hitam yang terlihat berkilau dan elegan.
"Kau mau yang itu?" Tanya Harry.
Aku mengangguk.
Harry memanggil pelayan toko dan mengikutinya ke kasir saat aku masih sedang melihat-lihat sepatu yang lain.
****************
Aku berdiri di depan cermin dan mulai memakai dress hitam yang tergantung pada pegangan almari.
Setelah itu aku merias wajahku dengan makeup tipis dan menyisir rambutku. Sentuhan terakhir, aku membuka kotak perhiasan berisi anting dan memakainya.
Harry yang keluar dari kamar mandi langsung membuka almarinya. Sedangkan aku membuka kotak berisi sepatu yang tadi dibelikan oleh Harry. Syukurlah luka lebam di wajah Harry sudah berangsur menghilang.
"Kim, bisa tolong kau ambilkan aku pomade di mobil?"
"Tentu. Hei, aku tidak pernah melihat jas yang kau kenakan?"
"Karena aku tidak pernah memakainya."
"Bukan seperti itu. Aku pernah melihat isi almarimu yang dipenuhi oleh kaos-kaos yang selalu kau kenakan sehari-hari."
"Sudahlah, Kim. Ini sudah jam berapa? Lebih baik cepat kau ambil pomade-ku. Aku tidak ingin kita terlambat mengantar kuenya."
Aku memutar kedua bola mataku dan mengambil kunci mobil diatas laci.
********************
*Harry's P.O.V*
Kami tiba di Mandeville. Aku segera memarkirkan mobilku di samping kotak telepon merah sedangkan Kim sudah masuk terlebih dahulu.
Kali ini aku menggunakan mobil pengantar untuk membawa kuenya. Sebelum masuk ke Mandeville, aku membuka box mobil dan bergegas masuk ke Mandeville.
"Aku akan membantumu dan Kimberly untuk menggotong kue bertingkatnya." Ucap Margareth yang langsung menghampiriku saat aku datang.
"Terima kasih untuk bantuanmu, Margareth. Dimana Kim?"
"Dia di dapur. Mari kita menghampirinya."
Tanpa banyak bicara, aku dan Margareth pun melangkah ke dapur dan membantu Kimberly untuk menggotong kuenya dengan berhati-hati hingga masuk ke box mobil.
**************
*Kimberly's P.O.V*
Setibanya di Middlewich Road lebih tepatnya di depan taman, kami segera mengeluarkan kuenya dan tanpa kusangka, Evelyn datang menghampiri kami. Disini tamu undangannya tidak terlalu ramai juga tidak terlalu sepi.
"Harry! Kimberly!" Sapanya dari jauh dengan melambaikan tangannya dan langsung mendekat. "Whoa. Aku akan membantu kalian."
Akhirnya kami bertiga menggotongnya bersama dan Evelyn menggiring kami ke meja yang akan diletakkan kuenya.
Tiba-tiba saja saat kami sudah meletakkan kuenya diatas meja, segerombolan gadis datang menghampiri kami dengan histeris.
~bersambung~
Yeeeyyyy bentar lagi bakalan tamat ceritanya. Tapi aku masih bingung endingnya sad or happy.
Oh ya, chapter ini belum aku koreksi sama sekali jadi kalau ada typo maapin yak hehehehe...
Kasih masukan dong guys tentang fanfic yg aku bikin ini. Aku pengen tahu kekurangannya apa biar kedepannya kalo aku bikin fanfic lagi bisa lebih baik atau lebih bagus lagi dari ini. Thx. Xx
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Mr. Crazy [HARBARA] - 《COMPLETED》
FanfictionTak selamanya memilih masa depan adalah keputusan yang tepat. Terkadang masa lalulah yang justru menjadi masa depan. [WARNING: There are many harsh words here. If you are under age, be a wise reader. And don't be a silence reader.] (Beberapa chapt...