Chapter 7

1.2K 125 2
                                    

*Song for this chapter*

If I Could Fly - One Direction

*************************

"Harry, aku tidak mengerti dengan sifatmu yang selalu berubah akhir-akhir ini, terutama saat kau membentakku." Aku memeluk tubuh Harry dengan erat dan meneteskan air mata.

"Jadi kau masih mengingat perkataanku kemarin? Maafkan aku, Kim. Aku tidak bermaksud seperti itu. Aku hanya emosi karena-" Ia membalas pelukanku dan membungkus tubuhku dengan tangan hangatnya.

"Karena apa, Harry?" Aku masih mendekap Harry.

Tiba-tiba ponsel Harry berdering. Ia pun melepas pelukannya lalu mengambil ponsel di saku celananya dan melihat ke layar ponsel.

"Tunggu sebentar, Kim."

Aku menghapus air mataku dan melihat Harry berjalan menuju ruang tengah. Aku bisa mendengar musik yang sama pada saat aku terbaring di rumah sakit. 'Heart Attack-Demi Lovato"

"Untuk apa kau menghubungiku lagi, Key? Apa kau belum puas mematahkan hatiku? ..... oh tidak, tidak. Hubungan kita sudah berakhir. .... tentu, aku sudah memiliki kekasih baru yang jauh lebih baik darimu. ... Apa???? ..... itu tidak akan terjadi, Key dan itu bukan urusanku lagi. Maaf, aku ada urusan lain yang jauh lebih penting."

Suara Harry masih bisa terdengar meskipun sedikit tidak jelas karena jarak dari dapur ke ruang ruang tengah hanya beberapa langkah saja.

"Siapa?" Tanyaku saat Harry kembali menghampiriku.

"Bukan siapa-siapa."

"Suaramu terdengar kesal saat menerima telepon meskipun tidak terlalu jelas. Dan siapa itu 'Key' ? "

"Kumohon agar kau tidak membuatku mengingat tentang masa laluku, Kim." Pandangannya beralih ke lantai.

Raut wajahnya yang terlihat sedih membuatku kasihan, tapi juga membuatku justru penasaran. Baru kali ini aku melihat laki-laki begitu terpuruk akan masa lalunya.

"Aku pulang!" Pandanganku beralih ke arah ruang tengah berharap kalau Thomas memang benar sudah pulang.

"Kau dengar, Harry? Thomas sudah pulang. Ayo, Harry, kita ke depan!" Sudut-sudut bibirku seakan melebar dan berniat untuk menghampiri Thomas.

"Darimana saja kau? Aku mengkhawatirkanmu, Thom." Aku berjalan menghampirinya bersama Harry. Namun Thomas langsung berjalan menuju ke kamarnya. "Itu bukan urusanmu!"

Sontak aku pun terheran-heran dengan ucapan yang dilontarkan Thomas padaku, apalagi ia tidak memalingkan wajahnya ke arahku sedikit pun. Aku juga mencium bau alkohol saat ia berbicara melewatiku.

"Thomas!!" Aku mengikutinya namun dengan cepat ia menutup pintu kamarnya.

Ada apa dengannya? Mengapa ia berubah? Apa ia tidak sadar dengan ucapannya? Tidak sopan sekali jika ia berbicara seperti itu padaku!


************************

Aku membalik tulisan 'OPEN' menjadi 'CLOSED' tepat pukul 5 sore.

"Kali ini biar aku saja yang membersihkan lantainya, aku tidak ingin kau sakit lagi, Kim."

"Tidak apa, Mar. Kemarin aku hanya tidak enak badan. Hitung-hitung olahraga." Aku tertawa pelan melihatnya.

"Lebih baik kau mengecek stok apa saja yang habis supaya besok kita bisa membuatnya lagi." Margareth menatapku dengan ramah.

"Baiklah." Pun aku mulai mengecek dan menuliskan beberapa roti atau kue yang habis. Disaat aku menulis, ponselku berdering. Lalu aku mengambilnya dari saku celanaku dan menempelkannya di antara telinga dan pipiku.

I Love You Mr. Crazy [HARBARA] - 《COMPLETED》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang