"Kau sudah bangun?"
Terdengar suara seseorang saat aku berusaha membuka mataku akibat cahaya terang yang dipantulkan matahari menembus kamarku. Oh bukan, ini bukan seperti kamarku. Dimana aku?
"Kau di rumah sakit." Jawab seorang laki-laki dengan rambut ikal dan mata hijaunya itu seakan menjawab pertanyaanku yang belum sempat ku ucapkan.
"Lebih baik kau jangan terlalu banyak gerak, kau terlihat masih lemas." lanjutnya.
Terlintas ingatan semalam yang membuatku panik dan shock dikepalaku. Aku berlari menjauh untuk menghindar, namun tiba-tiba semuanya menjadi gelap.
"Semalam aku melihatmu dari kejauhan berlari ketakutan. Entah apa yang membuatmu merasa ketakutan sampai-sampai kau tidak melihat kalau didepanmu melintas mobil sport berwarna merah datang dari arah kanan dan menabrakmu." Laki-laki itu menjelaskan apa yang terjadi padaku semalam hingga aku bisa di rumah sakit.
"Sebelumnya aku berterima kasih padamu karena kau sudah menolong dan membawaku ke sini. Oh ya, siapa namamu?"
"Namaku Harry :)"
"Senang bisa bertemu denganmu, Harry. Aku Kimberly. Kimberly Miller. Sekitar jam 8 malam aku menemui seseorang di kafe tak jauh dari apartemenku untuk membahas tentang lamaran kerjaku. Namun wanita itu mengajakku ke suatu tempat yang agak jauh dengan mobilnya. Ternyata dia mengajakku ke diskotik dan aku pun shock lalu lari. Dia memanggil 2 orang temannya untuk mengejarku. 2 pria bertatto itu mengejarku hingga membuatku lari sekencang mungkin."
Terlihat Harry dengan tatapan mata yang kosong seperti memikirkan sesuatu.
"Harry?"
"Eh, i-iya, Kim?" Harry terkejut dari lamunannya.
"Eh, apa kau yang menemaniku sepanjang malam tadi hingga aku bangun?"
"Iya, tentu. Awalnya aku mencari sesuatu ditasmu. Maaf jika aku lancang. Tapi aku tidak menemukan identitas ataupun handphone di dalamnya. Jadi aku memutuskan untuk menemanimu hingga kau bangun."
"Iya, aku memang sengaja hanya membawa dompet berisi uang di tasku. Karena kufikir aku pergi tidak terlalu jauh dari apartemenku."
"Kau mau sarapan?" Tanya Harry menawarkan padaku.
"Apa saja yang tersedia?" Aku menatap meja disampingku.
"Bubur bayam dan jeruk serta susu. Apa kau mau?" Tawarnya lagi.
"Tidak." Tolakku karena aku tidak nafsu makan. Kepalaku masih pusing mungkin karena benturan itu.
"Ayolah. Please.. aku tidak mau bertanggung jawab jika sakitmu bertambah parah. Aku ingin kau segera sembuh dan aku bisa pergi."
"Baiklah. Dasar laki-laki kalau merengek pasti membuat perempuan menjadi luluh." Sindirku dengan menahan tawa saat Harry memalingkan badannya mengambilkan semangkuk bubur bayam padaku.
"Apa kau bilang?" Sahutnya yang membuatku hampir kaget saat ia memalingkan badannya lagi ke arahku dengan ekspresi sedikit kesal.
"Tidak. Bukan apa-apa." Sangkalku yang terlihat berpura-pura seperti bayi yang masih polos.
Tiba-tiba ponsel Harry berdering dan membunyikan lagu yang selama ini menjadi favoritku yaitu Heart Attack-Demi Lovato. Bahkan aku tidak menyangka kalau Harry memasangnya sebagai nada deringnya. Itu konyol sekali.
"Ini, makanlah. Maaf aku harus keluar sebentar." Harry menyodorkan semangkuk bubur bayam kepadaku lalu meninggalkanku di kamar.
Tak lama kemudian Harry datang dengan raut wajah yang kurang menyenangkan menurutku.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Mr. Crazy [HARBARA] - 《COMPLETED》
FanfictionTak selamanya memilih masa depan adalah keputusan yang tepat. Terkadang masa lalulah yang justru menjadi masa depan. [WARNING: There are many harsh words here. If you are under age, be a wise reader. And don't be a silence reader.] (Beberapa chapt...