Harry terlihat sedang bersiap-siap di depan cermin.
"Apa kau tidak bosan kemana-mana terus memakai mobil? Memangnya dimana motormu?"
"Motorku sudah kujual sebelum aku kembali ke London." Jawabnya sambil bercermin.
"Apa kau akan pergi lama?"
"Entahlah. Tapi jika urusanku dengan Richie sudah selesai, aku akan langsung pulang."
"Baguslah. Aku tidak ingin merasa bosan seharian tanpamu."
Harry mulai mendekatiku dan menciumku kilat. "Aku berangkat."
"Hati-hati dijalan, Harry."
Aku bisa mendengar mesin mobilnya yang semakin lama semakin menghilang. Semoga saja Harry tidak akan lama.
Aku bangkit dari kasur dan beranjak ke almari kayu. Membukanya perlahan dan mengeluarkan semua baju-bajuku. Memisahkan beberapa dress dan kemeja.
Satu persatu dress kucocokkan dengan tubuhku di depan cermin. Mulai dari dress berwarna:
-Cokelat muda. Hmm, menurutku yang ini tidak serasi dengan warna rambutku. Aku tidak ingin terlihat pucat di pesta.
-Hijau tosca. Warnanya bagus, tapi renda-renda dibagian bawah terlihat aneh.
-Kuning. Astaga, apalagi yang ini. Pita dibagian perut sangat mengganggu.
-Merah muda. Warnanya membuatku terlihat seperti anak yang baru menginjak usia remaja dan terlalu feminim.
-Hitam. Warna yang sempurna. Sangat serasi dengan warna rambutku dan juga kulitku. Terlihat anggun dan dewasa tentunya.
Pilihanku jatuh pada dress hitam. Lalu aku merapikan semua baju-bajuku ke almari, sedangkan dress hitamnya kugantung dipegangan almari.
Sesaat terlintas pemikiran untuk mencarikan baju yang cocok untuk Harry. Aku membuka pintu almari yang kanan dan menemukan baju-baju yang tergantung. Sebagian besar baju Harry hanyalah T-shirt dan beberapa skinny jeans.
Tiba-tiba saja tanganku secara tidak sengaja menyenggol sesuatu saat aku sedang mencari satu persatu baju. Seperti pegangan laci. Aku melebarkan tanganku dan mengambil beberapa gantungan baju lalu ku letakkan diatas kasur.
Sekarang jelas apa yang kulihat. Sebuah laci rahasia didalam almari. Ini baru pertama kalinya kutemukan almari seperti ini. Dengan penasaran aku membuka laci itu. Astaga, apa yang kutemukan? Aku mengambil benda itu dan astaga! Ponselku! Mengapa ponselku ada dilaci ini? Apa Harry yang menyembunyikannya dariku? Tapi untuk apa?
Aku menyalakan ponselku dan mendapatkan beberapa pesan masuk dari Eddie dan juga Thomas.
Aku membacanya satu persatu pesan masuk mulai dari Eddie.
-Dimana kau? Mengapa lama sekali?
-Kimmy, ini sudah jam berapa? Kau harus segera masuk.
-Apa yang kau lakukan diluar? Mengapa kalian tidak segera masuk?
-Mengapa kau tidak mengangkat teleponku?
-Kimmy, Thomas baru saja pulang.
-Kemana saja kau? Cepatlah pulang.
-Aku menghawatirkanmu, sayang. Cepatlah pulang.
Namun sebelum aku membuka pesan masuk dari Thomas, terdengar suara pecahan telur dari luar sana. Lantas aku melihatnya dari jendela.
Oh! Telur itu hampir saja mengenaiku. Aku segera menutup jendela dan menyalakan lampu kamar. Aku terdiam dipojokan pintu.
Siapa mereka? Apa maksud mereka melempar rumah Harry dengan telur?
"HEEIII!!! KELUAR KAU!!" Teriak seorang lelaki dengan lantang.
"AKU TAHU KAU DIDALAM!! KELUARLAH ATAU KAMI AKAN MENDOBRAK PINTU RUMAHMU!!"
Apa yang harus kulakukan?
Apa yang akan mereka lakukan jika aku keluar?
Aku tidak peduli!! Aku tidak perlu takut karena aku merasa sama sekali tidak melakukan kesalahan pada mereka.Keluar dari kamar, aku pun segera membuka pintu depan.
Astaga, Trevor dan Alex? Dan-Samantha??????
"Tidak ada Harry dirumah. Ia sedang pergi-"
"Bagus! Kami tidak mencari Harry." Ujar Samantha yang perlahan mendekatiku dan berbisik. "Tapi kau."
"Trevor! Alex! Bawa dia!"
"Hei! Apa-apaan ini? Apa salahku?" Aku meronta-ronta tidak karuan.
"Diam kau, gadis perusak!!"
Mereka membawaku ke mobil secara paksa.
*************
*Harry's P.O.V*
"Aku suka dengan gambaranmu, Richie. Kau memang pantas disebut arsitektur." Pujiku pada Richie yang sedang menunjukkan kertas berisikan gambaran sketsa.
"Lalu bagaimana dengan konsep garden itu? Apa itu jadi dipakai?"
"Tentu. Itu harus dipakai. Karena aku tidak ingin mengecewakan calon istriku." Mataku mengoreksi denah-denah pada sketsa.
"Baiklah. Jadi kita memiliki 2 konsep yang harus digabungkan disini,................"
Tiba-tiba saja aku merasakan firasat yang tidak bagus.
"Kimberly?" Kepalaku mendongak ke depan dengan tatapan kosong.
"Apa? Hei, aku-"
"Maaf, Richie. Aku harus pulang sekarang."
"Tapi aku belum selesai bicara. Harry!"
Aku pergi meninggalkan Richie dan masuk ke mobilku. Menancap gas dan mengendarai dengan kecepatan yang tidak terlalu tinggi.
Semoga saja tidak terjadi sesuatu pada Kimberly. Sungguh aku tidak akan memaafkan diriku sendiri jika sesuatu hal yang buruk terjadi padanya.
Aku sampai di depan halaman rumahku. What the fuck??? Apa yang telah terjadi? Mengapa banyak pecahan telur dan- dan pintunya terbuka?
Lantas dengan cepat aku memeriksa ke dalam untuk memastikan Kimberly baik-baik saja.
"Kimberly!" Tidak ada jawaban.
Aku memeriksanya ke kamar. "Kimberly?"
Lalu aku berlari ke arah dapur. "Kimberly? Apa kau disana?"
Hasilnya nihil. Kimberly tidak ada.
Aku kembali keluar.
"Kimberly dimana kau????"
Aaarrrggghhh!!!! Aku bodoh!! Seharusnya aku mengijinkannya untuk ikut bersamaku!!! Maafkan aku, Kim. Aku memang lelaki yang tidak berguna!!!!
Emosiku memuncak. Apapun yang ada didepanku kutendang habis. Aku frustasi dengan ini semua. Aku gagal menjadi pelindungnya.
Naik ke mobil, aku mencarinya ke seluruh jalanan. Emosiku sudah tidak bisa terbendung lagi. Air mataku jatuh berkali-kali mengingat betapa menyesalnya aku.
~bersambung~
Penasaran ciyeeee??? >▼<
Jangan lupa vomment(s) ya guys ^_^
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Mr. Crazy [HARBARA] - 《COMPLETED》
FanfictionTak selamanya memilih masa depan adalah keputusan yang tepat. Terkadang masa lalulah yang justru menjadi masa depan. [WARNING: There are many harsh words here. If you are under age, be a wise reader. And don't be a silence reader.] (Beberapa chapt...