1. Pagi yang Menakjubkan

12.2K 955 250
                                    

Serial HAMASSAAD – Pagi yang Menakjubkan

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2016, 21 Juli

-::-

Pagi pukul empat, seorang pemuda menghampiri pemuda lainnya yang sedang tertidur. Ditariknya bantal yang tengah dipeluk si pemuda lainnya itu.

"Heh, bangun lo!" kata Saad, pemuda yang barusan menarik bantal, pada teman nan tengah menginap di kontrakannya; Hamas.

"Hmmm?!"

Tersentak, Hamas yang sedang enak tidur tadi langsung membelalakkan matanya yang masih terasa berat.

"Di mana? Di mana dia kabur?"

"Ngimpi apaan weh?" Saad mendorong kepala Hamas menggunakan bantal yang sama, hingga Hamas jatuh terjengkang. "Bangun lo. Lewat jam empat nih! Hampir setengah lima."

Hamas menegakkan punggung dengan malas, mengerjap beberapa kali. Berusaha menetralkan keseimbangan otaknya, antara alam mimpi dengan yang nyata.

"Kampret," keluh Hamas begitu menyadari dia tidak berada di kamarnya sendiri, melainkan di kontrakan yang disewa oleh Saad. "Gue barusan mimpi diajak Wina makan siang. Ganggu aja lo, Ad!"

"Ganggu, dengkul lo tuh ngeganggu," Saad ikutan mendumal. "Kebiasaan lo. Udah setengah lima masih aja berat buat bangun pagi. Subuhan, Mas. Subuhan!"

Hamas masih manyun-manyun ngga jelas sembari memerhatikan Saad yang sudah rapi pakai baju koko plus sarung motif kotak hijau. Rambut Saad masih basah, pertanda dia baru selesai mandi keramas. Hamas bergidik membayangkan mengguyur tubuh dengan air dingin di jam segini.

"Orang gila," gumam Hamas seraya menarik bantal dan hendak menempelkan punggungnya ke kasur lagi.

"Heh!" Saad menendang bokong Hamas sampai Hamas berguling ke tepian kasur.

"Apa sih lo, Ad! Ettdah, kalau kaga inget lo itu anaknya temen bokap gue, udah gue mutilasi lo!"

"Sama," Saad melengang menuju ruang sebelah, dan melanjutkan kalimatnya dengan suara lebih keras. "Kalau ngga inget lo itu temen gue juga ngga bakalan gue bangunin buat salat Subuh. Jumpalitan di neraka juga gue kaga peduli. Tapi karena lo it—heh! Hamas! Astaghfirullaah... masih pagi, hoi! Gue udah diajak istighfar aja jam segini sih? Bangun ngga lo? Gue rebusin air trus gue siram ya ke muka lo?"

"Njiiir, dia lebih psikopat dari gue..." dumal Hamas, kali ini diselingi tawa kecil dari sudut bibirnya nan melengkung. Matanya yang terkatup kini terbuka lagi. "Oke, buddy. I'm scared."

Hamas beranjak dari tempat tidurnya dengan iringan senyum puas di wajah Saad. Jam dinding masih bergerak pelan menuju pukul setengah lima pagi. Masih ada waktu sekian menit menuju azan Subuh.

Dan hanya butuh tiga menit bagi Hamas untuk membasuh wajah plus berwudu.

"Pelan-pelan aja sih, Ad... kayak mau nembak cewek aja, jalan cepat banget," gerutu Hamas saat setengah berlari menyejajari langkah Saad menuju masjid dekat kontrakan mereka. Hari masih agak gelap dan sepi. Orang-orang belum banyak yang memulai kegiatan luar rumah mereka di jam jam begini.

"Ini lebih daripada nembak cewek, Mas. More valuable," balas Saad tanpa memperlambat ayunan kakinya.

"Iye, iye. Gue tahu," tukas Hamas. "Cowok wajib salat di masjid, iya itu juga gue paham. Cuma lo tuh nguber banget tahu, kayak karyawan baru yang mau nerima gaji pertama. Ribet, sumpah."

"Masuk surga ya gini, Mas. Ribet," balas Saad. "Masuk ABRI aja ribet. Cobain sana kalau ngga percaya."

"Yaelah, itu lagi," Hamas paling sebal kalau Saad sudah main sampel. Dia masih kerepotan membenahi sarungnya yang acap kali melorot tanpa pemberitahuan sebelumnya. Kemudian tergopoh menyusul Saad yang berjalan sembari berzikir. "Lagian azan juga masih lama. Mau ngapain sih? Mau azan ya lo? Oooh, gue tahu... lo sengaja datang pagi terus biar dicatat sama Pak Ridwan kan ye, 'wah, si Saad ini cocok buat jadi mantu saya' Ah, kebaca!"

[✓] HAMASSAAD Ukhayya HabibiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang