42. Bacaan yang Menolong

2.7K 393 226
                                    

Serial HAMASSAAD – 42. Bacaan yang Menolong

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2016, 13 Oktober

-::-

Ahad jelang pukul dua siang, Hamas meluruskan punggung dengan posisi tengkurap di atas kasur di kontrakan Saad, dalam fokusnya bermain game di ponsel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ahad jelang pukul dua siang, Hamas meluruskan punggung dengan posisi tengkurap di atas kasur di kontrakan Saad, dalam fokusnya bermain game di ponsel. Sementara suara air tersiram-siram terdengar di kejauhan, di kamar mandi.

"Eh, Mas, lo mau ikut ngga?" tanya Saad begitu selesai dengan urusannya membersihkan kamar mandi.

Hamas menghentikan kegiatannya sejenak, "Apaan deh?"

"Fokus amat," kata Saad, melempar bantal yang berserakan di lantai.

Saad melipat selimut yang kini bentuknya sudah acak-acakan akibat ditendang-tendang Hamas setiap kali bergerak di atas kasur tersebut.

Mereka baru tiba di kontrakan sekitar jam setengah dua, seusai menghadiri kajian bulanan di Masjid Nurul Iman Blok M Square. Berhubung masih suasana puasa, jadi mereka langsung pulang ke kontrakan, berniat tidur siang.

"Ya apaan, Ad," kata Hamas lagi. Dia mengubah posisinya menjadi duduk. Matanya masih fokus ke game.

"Ke Dufan, bareng gue sama Ipat," kata Saad, menempatkan dirinya di tepian kasur, menggaruk kepalanya sebentar sebelum mengambil mushaf yang tergeletak di atas meja kecil berisi banyak hal.

"Boleh," Hamas menyahut, matanya masih melekat di layar. "Eh, apa lo bilang barusan?"

"Ngga tahu apaan!" Saad memilih menyandarkan punggung ke dinding, mengabaikan mata Hamas yang membeliak ke arahnya. Dia paling sebal kalau sedang mengajak bicara, tapi yang diajak bicara malah fokus ke hal lain.

"Lo sama Ipat mau ke Dufan???" tanya Hamas, memastikan.

"Iya, insyaaAllah."

"KAPAN?"

"Rabu kali, insyaaAllah. Ipat mau ikut Ayah ke Jakarta. Ayah mau nengok anaknya yang ganteng. Yang ngga pulang-pulang, hahaha."

Saad tertawa sendiri mendengar kalimatnya barusan. Lain dengan Hamas yang manyun.

"Rabu nanti gue ada kelas," keluhnya. Tapi kemudian nyengir, "Gampanglah. Bisa diatur."

"Jangan bolos lo."

"Yailah, kaga ngaruh. Sesekali," kata Hamas cepat. "Gue udah lama jadi anak baik."

"Dah ngga usah ikut aja lah, Mas. Sori tadi nawarin elu."

Saad menyelonjorkan kaki, memegang mushaf dalam dua genggaman, membukanya sejenak dan setelah membaca basmalah, dia mulai memerhatikan tiap ayat di sana, sebelum kemudian menutup mushaf dengan segera. Mulai memejamkan mata.

"Lu nawarin pasti karena Allah tahu gue butuh hiburan!" respons Hamas.

Sunggingan senyum Saad tercetak di dua sudut bibirnya. Perlahan kelopak matanya terbuka, mendapati Hamas sedang cengengesan.

[✓] HAMASSAAD Ukhayya HabibiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang