Serial HAMASSAAD – 9. Ayat Unik
Penulis : Uniessy
Dipublikasikan : 2016, 15 Agustus
-::-
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, "Sungguh aku berjalan bersama seorang saudara (muslim) di dalam sebuah keperluan lebih aku cintai daripada aku beri'tikaf di dalam masjidku (masjid Nabawi) ini selama sebulan."
HR Ath Thabrani, shahihSyaikh Utsaimin rahimahullah berkata,
"Menunaikan kebutuhan kaum muslimin lebih penting dari pada iktikaf... karena manfaatnya lebih menyebar, menfaat ini lebih baik daripada manfaat yang terbatas (untuk diri sendiri). Kecuali manfaat terbatas tersebut merupakan perkara yang penting dan wajib dalam Islam."
Majmu' Fatawa wa Rasail al-Utsaimin.❤
Mereka tiba di Bandung jam setengah dua siang. Fatima yang membukakan pintu, langsung mencium tangan Saad dan memeluknya dengan erat.
"Aa dongkap meni teu wawartos (ke sini kok ngga bilang-bilang)?" Fatima merajuk manja, membiarkan Saad mengusap lembut kepalanya yang ditutupi khimar, lalu mereka berpelukan lagi.
"Dipaksa sama Hamas nih," Saad menunjuk Hamas dengan dagunya. Fatima melebarkan senyum, lalu menangkupkan kedua tangan ke depan hidungnya saat Hamas mengulurkan tangan, mengajaknya berjabat tangan.
Menarik tangan dengan kikuk, Hamas cengengesan, menggaruk kepalanya yang tidak gatal demi mengalihkan ajakan berjabat tangan. Dia sendiri sudah pernah bertemu Fatima sebelumnya. Adik Saad yang masih duduk di bangku SMA. Tapi Hamas lupa, bahwa Fatima kan tidak pernah mau sentuhan kulit dengan yang bukan mahram.
"Aa teu nyandak nanaon (ngga bawa apa-apa), Pat," kata Saad lagi ketika mengekor adiknya masuk ke dalam rumah, menuju kamar ibu mereka. Hamas memilih duduk di ruang tamu dan menyibukkan diri dengan ponsel.
"Ya ngga apa atuh, A, yang penting A datang aja sudah bikin happy," balas Fatima.
Ibu terlihat semringah begitu melihat siapa yang masuk. "Alhamdulillaah, putra ibu anu dongkap (anak ibu yang datang)..."
Saad langsung menghampiri ibunya, mengambil tangan sang ibu dan menciuminya dengan penuh sayang. "Hapunten teu masihan kabar nya, Bu...Alhamdulillah saatos ibu nelpon, Hamas ngajak ka dieu (maaf ngga kasih kabar ya, Bu... Alhamdulillaah tadi habis telepon, diajak si Hamas ke sini.)"
"Hamas?" tanya Ibu. Saad mengangguk.
"Iya, anaknya Om Haris," kata Saad, menyebut nama ayah Hamas. Ibu manggut-manggut.
"Oooh, anaknya Pak Haritsah ya? Kok Ibu sampai lupa," kata Ibu. "Di mana si Hamas-nya, A?"
"Di depan. Abis nyetir ke sini, capek. Biar dia selonjoran dulu di sofa," sahut Saad.
"Pangdamelken teh manis tong (dibikinin teh manis ngga), A?" tanya Fatima.
"Kedah atuh (harus dong), Pat," ucap Saad, "bikinin es teh manis aja di gelas besar. Sama siapin makan siang, Aa belum makan sama si Hamas juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] HAMASSAAD Ukhayya Habibi
SpiritualSeason 1 Hamas : "Weh, sebagian bab diunpublish, yang mau lengkap, beli dong novelnyeheheew!" Saad : "Tapi dahulukan yang penting ya." Hamas : "Lah, kita kaga penting, nyet???!" Saad : "Astaghfirullaahal'adzhim..." *elus...