Serial HAMASSAAD – Mati
Penulis : Uniessy
Dipublikasikan : 2016, 8 Agustus
-::-
Pagi ini, kontrakan Saad sudah heboh dengan Hamas yang berisik sekali sepanjang membantu Saad membuat menu sarapan untuk mereka berdua. Entah tangannya yang kena panasnya penggorengan, atau karena dia menggoreng tempe dengan bodohnya.
"Goreng tempe aja sampe kotor nih dapur gue," Saad mendumal melihat percikan-percikan minyak di sekitar kompor.
"Ya maap," celetuk Hamas. "Namanya juga anak mama disuruh goreng tempe ya gini."
"Eh, ngga ada yang nyuruh lo goreng tempe ya," tukas Saad dengan tudingan spatula di depan wajah Hamas, membuat Hamas berjengit menjauh. "Lo yang ngotot mau bantuin bikin nasgor. Tinggal duduk di depan aja susah amat."
Saad ngomel-ngomel persis kayak istri ngga dikasih uang belanja.
"Buset dah, begituan doang sih, Ad," Hamas ngambil kain lap. "Dilap juga ilang."
"Hamas, itu lap bersih, woi!" bentak Saad. Hamas kena takol. "Antum ke depan wae lah, daripada gangguin gue di sini. Cepetan!"
"Iye, iye," Hamas manyun. Ia lalu meninggalkan Saad yang kini sibuk dengan setumpuk nasi di penggorengan. Api di tungku tempat menggoreng tempe sudah mati, menyisakan minyak panas yang berdiam.
Lima menit kemudian, Saad muncul di ruang berisi tv dan sofa panjang, lalu meletakkan dua piring nasi goreng sebagai sarapan mereka di Ahad pagi nan cerah ini. Saad beranjak ke dapur, demi mengambil sebotol air dan satu gelas minum. Mereka memang terbiasa minum di gelas yang sama. Hemat cucian gelas kotor, kata mereka.
Televisi yang menyala menampilkan pemberitaan tentang beberapa orang yang dieksekusi mati hari kemarin. Hamas mengunyah nasi gorengnya dengan tatapan serius ke layar.
"Eh gue udah denger nih beritanya kemarin," kata Hamas tiba-tiba.
Dia langsung mengunyah makanannya cepat-cepat dan menelannya secepat kilat begitu sepasang matanya bertemu dengan sepasang mata Saad yang mendelik, pertanda tak suka jika Hamas bicara dalam keadaan mulut berisi makanan.
"Di internet," kata Hamas lagi. "Katanya sebelum didor, dia ngucap takbir."
"TabarakAllah..." gumam Saad. Kepalanya mengangguk-angguk.
"Husnul khatimah dong ye, Ad?" tanya Hamas sembari mulai menyuap nasi goreng lagi.
Saad angkat bahu, "InsyaaAllah," katanya.
"Lah enak banget," Hamas terdengar agak gusar. "Dia kan bandar narkoba. Kerjaannya maksiat, masa matinya husnul khatimah. Ustadz aja belum tentu husnul khatimah, Ad!" katanya berapi-api. "Tapi lu mah kayaknya husnul khatimah sih. Gue mah kan kenal elu..."
Saad nyengir, "Sok tahu antum," katanya. "Sama gue aja yang lo pikir kenal, lo masih salah banyak. Apalagi sama orang yang ngga lo kenal. Suuzhan namanya."
"Dih, malah ceramah," Hamas bete sendiri. Dia kan muji sahabatnya. Puji balik kek, apa kek...
Berita di televisi pun berganti. Dan karena merasa bosan, Hamas memutuskan mengambil remote, memindahkan channel tv lain. Acara musik ngga jelas.
TEP!
Hamas memutuskan mematikan tv dan kembali sibuk dengan nasi gorengnya. Kakinya nan panjang bertumpuan di atas meja, sementara Saad duduk bersila dan melahap sisa sarapannya dengan tenang.
"Tapi beneran deh, Ad," Hamas bersuara lagi, "Kalau kayak gitu, ya berarti ngga apa-apa dong berbuat jahat... nanti tinggal taubat, sebelum mati ucap takbir. Atau kalimat tauhid. Dikasih surga deh. Daripada capek-capek hidup nunggang-nungging shalat, eh pas matinya di atas tubuh pelacur..."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] HAMASSAAD Ukhayya Habibi
EspiritualSeason 1 Hamas : "Weh, sebagian bab diunpublish, yang mau lengkap, beli dong novelnyeheheew!" Saad : "Tapi dahulukan yang penting ya." Hamas : "Lah, kita kaga penting, nyet???!" Saad : "Astaghfirullaahal'adzhim..." *elus...