Serial HAMASSAAD – 44. Brother to Lil' Sister
Penulis : Uniessy
Dipublikasikan : 2016, 14 Oktober
-::-
"Kumaha atuh, A... kan Nisa nonton, Ipat jadi ikutan..." rajuk Fatima ketika kakak lelakinya bertanya mengapa belakangan dia memilih menonton drama Korea.
"Ya nonton mah ngga apa-apa sih, Pat, asal jangan keterusan," kata Saad. Duduk dengan kaki melebar dan tangan memegang bungkus makanan berisi gorengan. "Hafalan kamu sampai mana?"
Fatima terdiam.
Sebab jujur saja, hafalannya tiga pekan ini masih berkisar di awal surat Maryam. Setelah menamatkan Al Kahfi, Fatima bertekad menghafalkan surat Maryam sebelum nanti berpindah ke surat Yusuf. Tapi, selama tiga pekan ini, yang ia dapat hanya lembar pertama dari surat ke sembilan belas tersebut.
"Surat Maryam," sahut Fatima, pelan. Matanya menangkap beberapa orang berjalan santai dan sebagiannya berlarian. Hatinya berharap kakak lelakinya ini tidak memintanya untuk mengulang hafalan surat yang baru saja ia sebutkan.
Malu. Baru dapat selembar dalam tiga pekan.
Mereka tengah berada di Monas, menikmati Selasa malam bakda Isya. Belum makan malam karena jam lima tadi sudah menyantap bakso sebelum ayah mereka pulang ke Bandung. Fatima akan bermalam di kontrakan Saad hingga Sabtu sore. Besok dia diajak Saad ke Dufan.
"Oh," Saad mengangguk-angguk dengan potongan tahu goreng di mulutnya yang kemudian sibuk mengunyah. "Sok atuh, hafalan Al Kahfi-nya ditasmi' sekarang. Aa mau dengar..."
"Euhm," Fatima mulai gelisah. "Jangan Al Kahfi atuh, A..." tolaknya dengan halus. "Juz 28 aja ya?"
"Kenapa?"
Saad menegakkan punggung, meluruskan kaki, lalu meletakkan bungkus gorengan di antara duduknya dan Fatima. Mengambil sebotol air mineral dan meneguknya sekali.
"Buyar?"
Mendengar tebakan kakaknya, Fatima diam saja. Sebab jikalau dikatakan buyar, memang hafalannya atas Al Kahfi mulai samar. Tiga pekan ini, selain disibukkan dengan drama Korea, Fatima juga disibukkan dengan hafalan surat Maryam. Waktunya untuk muroja'ah, tergeser atas kesibukan menonton drama Korea.
Nisa baru dibelikan ponsel oleh Indra, dan di ponsel tersebutlah ia dan Nisa menonton drama Korea yang bertajuk kolosal. Tentang dua pangeran. Seru. Ih bikin baper.
Bikin Fatima dan Nisa selalu izin keluar rumah, dengan alasan murojaah di dekat lapangan.
"Hilang hafalannya?" tanya Saad lagi. Fatima sudah hampir menangis.
Malu.
Malu hafalannya kelayapan hanya gara-gara drama Korea.
"Samar, A..." keluhnya kemudian. Merundukkan kepala sembari memilin ujung khimarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] HAMASSAAD Ukhayya Habibi
SpiritualSeason 1 Hamas : "Weh, sebagian bab diunpublish, yang mau lengkap, beli dong novelnyeheheew!" Saad : "Tapi dahulukan yang penting ya." Hamas : "Lah, kita kaga penting, nyet???!" Saad : "Astaghfirullaahal'adzhim..." *elus...