"Nah... sekarang siap maen pasir deh."Abis ganti ke celana pendek, gue keluar kamar mandi sambil bawa jeans panjang yang tadi gue pake. Terus, gue mau ke kamar nih buat naro celana. Eh, pas buka pintu kamar....
Gue melongo. "Eh?"
Bengong, gue ngeliatin Manda yang lagi naikin kaosnya ke atas. Nyadar ada orang di belakang dia, Manda nengok sekilas ke gue, untuk sesaat, terus ngelanjutin buka baju. Kaosnya itu lalu dilempar asal ke kasur, dilanjut si Minus yang mau buka behanya (Why I choose to use 'beha' instead of 'bra'? Becoz 'beha' seems more Indonesian-ish, more gaul-ish and kewl-ish, while 'bra' is an old-yet-expired word, In my ngawur opinion). Sementara celananya udah tanggal, tergeletak di lantai. Sekarang dia cuma celana dalem, kancut, whatever... yang nutupin bagian... yah, selangkangan.
Gue paralyzed beberapa saat. Eh, ntar dulu, ngapain bengong?
"Waks! Sori, sori! Gue ga tau kalo lo lagi ganti baju!" Gue pun buru-buru mau tutup pintu, tapi....
"Ebi norak ah," ledek Manda. "Kamu kayak ga pernah liat aku ganti baju aja."
Gue ga jadi tutup pintu. Tapi gue jadi mikir, emang pernah ya gue liat Manda ganti baju? "Kayaknya belom pernah deh."
"Oh, kalo gitu liat aja sekarang. Perdana kan?"
Tampang gue makin pengo. "Serius?"
"Yup, yup~"
Gue mikir bentar. Liat. Jangan. Liat. Jangan. Liat. Jangan. "Engga deh, gue nunggu diluar aja."
"Kalo gitu aku ga mau ganti baju, dan kita bakal disini seharian."
"Eh? Terus liburannya? Pantainya? Snorkelingnya? Manda mah...."
"Bii, aku maksa lho~"
Gue hela nafas panjang. "Iya... iya," dan gue masuk kamar, duduk di tepi kasur. Kedua paha saling merapat, duduk tegak, kening keringetan, sikap kikuk, dan mata serba salah antara mau ngelirik atau buang muka. Tapi gue juga mesti keliatan cool dong depan dia. Akhirnya, gue (pura-pura) natap males ke Manda yang lagi ganti baju. Si Minus pun ngelanjutin buka kaitan behanya, dan mendadak pemandangan berubah jadi slow motion. Tali beha Manda perlahan melorot lewatin lengan, dan sambil sebelah tangannya nyangga cup beha supaya ga ikutan melorot, bergantian Manda ngelolosin kedua tali behanya. Aiiishhh... camfrog live show goes hyper real! Manda nengok ke gue; pamerin sepasang tonjolan daging kenyal yang belahannya keliatan seger – segeeer banget. Bulet... padet... dan, dan... meski ukurannya ga gede dan ga full karena setengah bagiannya masih ketutup cup beha, tapi menurut takaran sotoy gue, pas di tangan.
Dan sesuai sama petuah guru mesum-romantis online gue, "Jika buah ranumnya mengisi penuh telapak tanganmu, maka ingatlah... dia takdirmu. Jodohmu."
Okelah.
"Lanjut ga?" tanya dia. Dan gue jadi gelagapan sendiri, antara pura-pura ga ngerti sama maksud pertanyaannya, tapi juga kepengen liat versi full-nya. Ehem, lagi.
Sekarang Manda hampir telanjang dada, dan gue kembali nyaksiin bodi yang makin seksi setelah lima tahun berselang. Duh, perutnya itu loh, rata banget! Gue sampe gigit bibir karena saking kagumnya sama bodi Manda. Size doesn't matter, well said. Tapi kalo nemu yang bagus, ya anggap aja bonus. Myehehehehe~
Ngerasa diperhatiin, Manda malah natap ngeledek ke gue. Dia senyum-senyum nakal, disertai gigit jari telunjuknya. That damn, damn bitch, rasanya kalo ada casting pornstar, dia udah pasti lolos audisi.
Manda lalu nerusin tahap ngegodanya. Masih ditutup cup beha, Manda ngejepit dadanya dengan kedua lengan, sambil pasang muka polos. Ngeliatin gue. "Bii~ tuh liat... masih kenceng kan? Masih napsuin kan?" tanya dia. Pake. Nada. Menggoda.
KAMU SEDANG MEMBACA
The MAD Trip
Lãng mạn"Ketika satu liburan mengubah semuanya, dan membuatmu percaya bahwa tiap orang bisa mewujudkan mimpinya." Semesta selalu punya cara unik nan ajaib untuk mengubah hidup manusia. Dan untuk Ebi, perpanjangan tangan semesta itu hadir lewat sebuah libura...