Setelah menguasai diri dan sedikit meratap di pojokan kamar mandi, gue keluar nyusul Aurel, yang langsung disambut sama tatapan ngeledek dari dua orang penjaga toilet umum. Muka mereka if-you-know-what-i-mean banget. Tai. Ini semua salah Aurel, jadi dikira abis macem-macem kan! Yah, tapi tatapan ngeledek mereka seketika sirna kok, pas si cowok keker yang ngekor mulu di belakang Aurel ngasih duit gocapan dari sakunya.Welp, that's really help.
Kami berdua lalu duduk lagi di kursi yang tadi, gabung bareng Manda dan Devi. Mereka tampak lagi ngobrolin sesuatu, keliatan dari raut muka keduanya yang saling tertarik sama topik obrolan satu sama lain. Bagus deh, itu artinya suasana kaku yang gue takutin ternyata ga kejadian.
Pas gue baru duduk, Manda dan Devi nahan ketawa sambil ngeliatin gue. Lho, kok aneh nih? Apa yang lucu sih?
"Tuh kan, apa aku bilang," kata Manda ke Devi. "Emang mirip kan rambutnya Ebi sama Taka."
Devi angguk-angguk pelan, matanya merem-merem sambil senyum ga jelas gitu. "Mukanya juga rada mirip ya, Manda. Tapi emang sih, gantengan Taka," komentar Devi.
"Heh? Taka siapa?"
"Ah, engga koook~" Manda dan Devi nyahut barengan.
Dari tempat gue duduk, gue bisa ngeliat ini bakal jadi anugrah, atau malah musibah. Ya, dua cewek yang baru kenalan langsung akrab. Sementara satu cewek –yang paling berbahaya diantara yang lain– duduk disamping gue, pasang tampang dingin tapi ngelirik terus ke gue sama Manda.
Selepas Devi dan Manda ngomong, ga ada lagi yang berniat buka topik obrolan baru. Semua sibuk diem, saling pandang-pandangan.
Yaudah deh, gue aja yang inisiatif buka obrolan. Biasa lah, jadi tumbal. "Rel, emang lo sama Devi disini mau ngapain? Masa iya cuma buat liburan doang?" tanya gue ke Aurel. "Ga yakin gue. Terlalu klise soalnya."
Yang ditanya sibuk nyulut rokok, terus natap gue penuh selidik. "Sayang kok kepo banget sih?"
"Eh? Sayang?" giliran Devi yang nyamber.
"Gue nanya serius ini. Orang kayak elo mah, ga mungkin ngebuang-buang waktu cuma buat liburan doangan," bales gue.
Nah loh, giliran Aurel yang bingung sekarang. Soalnya dia mesti ngeladenin omongan dua orang, gue sama Devi. Pasti sekarang si Saiko ini bingung, mesti jawab yang mana dulu.
"Urusan bisnis Bi," jawab Aurel. Ke gue duluan doooongs.
Ngurusin bisnis apaan yang ke pulau terus main-main ke pantai sambil bikinian? "Gue emang bego, tapi belom masuk ke fase idiot. Gue yang bego aja bingung, bisnis apaan yang ke tempat wisata? Terus, bikini? Seriusan?"
"Ehem," Aurel betulin posisi duduknya, "jadi gini, sebenarnya ini liburan dadakan. Seharusnya, gue ngurus bisnis sama klien, tapi dia mohon pending jadwal rapat karena ada urusan yang penting banget. Terus gue liat personal schedule, jadwal gue minggu ini lumayan padat. Teruuuusss, gue terangin deh ke klien, kalo schedule gue padat dan cuma bisa available tiga hari ini, Senin-Selasa-Rabu.
"Klien gue tadinya minta cancel aja, karena kata dia ini urusan penting yang ga bisa di dahuluin bisnis. Oke sih, gue hargain keputusan dia. Terus karena basa-basi sedikit, gue nanya emang destinasi urusan 'penting' ini kemana, eh dia polos banget jawab ke Tidung. Nah, dari situ timbul ide praktis gue."
"Gue tau nih arahnya kemana. Pasti mau liburan sekalian ngebisnis? Iya kan?"
"Exactly! Bukan Aurel namanya kalo ga liat kesempatan di segala waktu dan tempat. Akhirnya, kita deal ketemu di sini. Karena jadwal rapat berlangsung cukup lama, soalnya banyak yang harus dibahas, jadi gue mutusin buat ambil liburan selama tiga hari. Yah, itung-itung relaksasi dari kepenatan Jakarta, deh.
KAMU SEDANG MEMBACA
The MAD Trip
Romance"Ketika satu liburan mengubah semuanya, dan membuatmu percaya bahwa tiap orang bisa mewujudkan mimpinya." Semesta selalu punya cara unik nan ajaib untuk mengubah hidup manusia. Dan untuk Ebi, perpanjangan tangan semesta itu hadir lewat sebuah libura...