Hai, good morning felas. How's life?
Pagi ini, gue bangun dan langsung nyadarin sesuatu. Udah masuk hari kedua liburan aja, ckckck. Gue ngerasa... satu hari kemaren yang udah gue lewatin terasa, apa ya, absurd lah. Semua elemen takdir serasa campur aduk, dan gue di blender bersama mereka, bikin gue ngerasa kalo semesta lagi berusaha melebur gue dengan bagian-bagian masa lalu gue supaya jadi gue yang baru.
Sebelum kemaren lusa, gue adalah cowok biasa yang kuliahnya lagi berantakan dan hampir drop out gara-gara ga pernah masuk kalo ada kelas. Kehidupan gue juga tergolong biasa aja, makan-maen-tidur. Bahkan menjurus ngebosenin.
Lalu, di suatu pagi yang aneh, tiba-tiba dateng Manda dan bikin bubar semua kebiasaan yang gue jalanin. Serasa masih belom cukup, Manda sanggup obrak-abrik perasaan gue ke dia cuma dalam waktu dua hari. Keadaan makin ribet dengan hadirnya lagi Aurel, orang yang paling ga pengen gue temuin lagi--karena rasa bersalah ke dia yang ga pernah ilang sampe saat ini.
Gue bertanya-tanya, ada apa ini sebenernya? Kenapa hidup gue yang gue rasa udah nyaman di jalanin selama bertahun-tahun, malah jadi kaco dengan hadirnya lagi dua orang yang tadinya cuma ada di masa lalu. Dan, gue itu orang yang percaya bahwa kebetulan adalah cara semesta menunjukkan pertanda-pertanda, dengan mempertemukan takdir orang-orang di persimpangan yang sama.
Hadirnya mereka bukan kebetulan.
Mungkin, mereka ada untuk menuntaskan apa yang belom selesai di masa lalu. Bukan cuma soal sisa-sisa mimpi dan harapan, tapi juga luka yang masih ada. Mungkin, kami semua berada di persimpangan yang sama untuk saling menyembuhkan luka, mengais kembali serpihan mimpi-mimpi untuk diwujudkan lagi.
Kalo kata hati gue, ini adalah perjalanan untuk kembali.
Yap, kembali ga selalu berupa nostalgia dan galau-galauan. Kembali bisa juga diperuntukkan untuk menyelesaikan apa yang tertinggal di masa lalu. Adalah semesta, yang ngasih kita semua kesempatan lain dengan membawa sisa-sisa masa lalu ke masa sekarang.
Dan gue, harus selesein semuanya. Soal mimpi yang sempet ancur berantakan, harapan yang cuma tersisa rasa kecewa, perasaan-perasaan yang belom sempet terungkapkan, dan yang paling penting, cara untuk berdamai dengan masa lalu dan luka.
Yep, masa depan ga bakal keliatan kalo kita belom selesein apa yang masih mengganjal di belakang. Kapan seleseinnya? Saat ini, ketika kita peka sama kesempatan yang datang.
So, Universe, I'll take your chance.
---o---
Waktu subuh emang paling enak dipake buat mikir macem-macem. Otak gue jadi fresh buat mikir, dan karena udara pagi yang masih bersih dari kontaminasi pikiran negatif dan polusi, gue jadi bisa nyadarin sesuatu; makna yang harusnya bisa gue sadarin sejak detik pertama kesempatan ini di anter semesta.
Selain itu, gue juga kepikiran soal kokok ayam yang ngebangunin gue tadi. Bukan soal kokok ayamnya sih, tapi soal ayam itu sendiri. Gini, pasti bakal jadi pemikiran receh kalo ini adalah Jakarta. Ayam bukan masalah di sana. Tapi ini di pulau, bray! Ayam, di pulau? Gimana cara mereka idup coba?
Oh, mungkin gini. Karena ini di pulau, maka cara idupnya juga beda. Berbeda dari di pinggiran kota, ayam disini ga bisa nyari cacing buat di makan. Di sini lapisan permukaannya dari pasir, bukan tanah. Dan cacing idupnya di tanah, jadi, ayam-ayam disini kurang beruntung karena ga akan pernah bisa nikmatin rasa lezatnya cacing. Mereka bertahan idup murni cuma dari pakan yang dikasih pemilik mereka. Kasian.
Tapi, ayam-ayam urban itu juga ga bisa seberuntung ayam-ayam di sini. Ayam kota cuma status, tapi mereka ga akan pernah bisa nginjekin ceker mereka ke mall-mall di seluruh kota. Hidup mereka cuma terbatas di kandang, ga pernah tau asiknya dunia luar. Sementara ayam pulau? Mereka bebas melenggang kemana aja selama itu di pulau. Mereka bisa bebas nikmatin angin sepoi-sepoi di pantai, sambil nyantai, dan bakar lintingan ganja. Mereka adalah ayam sejati, yang hidupnya bisa bertanggung jawab dengan tugas berkokok tiap pagi, tapi ga lupa caranya buat santai sambil minum air kelapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
The MAD Trip
Romance"Ketika satu liburan mengubah semuanya, dan membuatmu percaya bahwa tiap orang bisa mewujudkan mimpinya." Semesta selalu punya cara unik nan ajaib untuk mengubah hidup manusia. Dan untuk Ebi, perpanjangan tangan semesta itu hadir lewat sebuah libura...