Drrtt.. Drrtt...
Jasper merogoh saku kanannya dan melirik sekilas nama yang tertera di ponselnya itu.
Syahqila.
"Ck,"
Dengan kesal, di lemparnya ponsel itu ke kursi penumpang di sebelahnya. Jasper berusaha gak peduli lagi dengan apapun yang berhubungan dengan Syahqila. Pasalnya, dulu rasa peduli dan semua perhatian Jasper dikhianati begitu saja oleh wanita itu.
Drrtt.. Drrt...
Untuk ke sekian kalinya, ponselnya masih ribut sendiri. Setiap kali Jasper melihat siapa yang menelpon, hasilnya masih sama. Syahqila.
Masih tanpa memberi respon pada panggilan Syahqila, Jasper menghentikan mobilnya dan menatap rumah di sebelah kiri mobilnya itu. Ya, Jasper memang sudah tiba di depan rumah Eine.
Drrtt... Drrt..
Jasper menghela napasnya sejenak, "Okay ini untuk terakhir kalinya." ujarnya sambil meraih ponselnya yang masih bergetar.
"Kenapa lagi?"
Suara isak tangis terdengar jelas di sana. Jasper hanya diam, menunggu Syahqila mengatakan sesuatu.
"Jas..." panggil Syahqila lirih.
"Hm?"
Lagi-lagi Syahqila terisak. Jasper berusaha sabar menunggu Syahqila mengatakan sesuatu. Matanya berkali-kali melirik jam di tangan kirinya dan sesekali melirik rumah Eine, berharap hari belum terlalu sore untuk berkunjung.
"Gue gak punya waktu banyak. Jadi, jangan buang-buang waktu gue." ujar Jasper dingin.
Perlahan, tangisan Syahqila mulai mereda. "Aku butuh bicara, Jas.."
"Ya, tinggal ngomong."
"Kita harus ketemu, kita gak bisa bicara disini..."
"Of course, bisa. Gue bisa denger suara lo dan lo bisa denger suara gue."
"Jas, aku serius. Kita harus ketemu. Please,"
"Kita bisa ketemu lain kali, 'kan?" ucap Jasper kesal.
"Nggak, mungkin besok aku udah gak ada di dunia ini lagi..."
Jasper mengerutkan dahinya, "Maksudnya?"
"Aku-- Aaaaa!!!!!"
Tut, tut, tut
Sambungan langsung terputus begitu Jasper mendengar suara jeritan Syahqila dari sebrang sana. Sebagian dari dirinya merasa khawatir, tapi sebagian juga merasa ragu-ragu. Bisa jadi, itu hanya akal-akalan Syahqila supaya Jasper mau menemuinya.
Jasper kembali melirik ke arah rumah Eine. Dari jendela kamar atas, Jasper bisa melihat Eine yang sedang melihat ke arahnya juga. Dilihatnya, Eine langsung bergegas pergi. Mungkin untuk menghampirinya.Jasper melirik ponsel di tangannya, "Okay, ini terakhir kalinya gue peduli." ujar Jasper sambil mulai menginjak gas mobilnya.
Dari kaca spionnya, Jasper bisa melihat pantulan Eine yang terlihat ngos-ngosan dan memandangi kepergian mobil Jasper dengan bingung.
"Sorry, Ne."
Tidak sampai 1jam waktu yang dibutuhkan Jasper untuk bisa sampai di apartement miliknya. Ia langsung menuju ke kamarnya dan mengobrak-abrik semua laci yang ada disana. Kegiatannya terhenti begitu di temukannya secarik kertas yang terlihat mulai menguning.
"Ini dia,"
Jasper membuka lipatan kertas tersebut. Matanya terfokus pada sebuah alamat yang tertera di sana. Ya, alamat Syahqila. Dulu, Jasper memang sempat menyuruh orang untuk mencari tahu keberadaan Syahqila, sekedar untuk mengetahui keadaan wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jasper!
AcakJasper emang kelihatan baik banget kalo lagi di layar kaca. Tapi apa di dunia nyata juga begitu? Jawabannya, enggak. Mungkin ini yang orang-orang sebut dengan 'Serigala Berbulu Domba'