Lima!

181 14 3
                                    

"Woy, Tirub!" panggil gue pada Tirub. Ah, sebenernya namanya bukan Tirub. Tapi berhubung mukanya mirip B*rit, jadi dia biasa dipanggil Tirub. Udah deh, abaikan soal asal mula nama Tirub.

"Kenapa?" tanya Tirub sambil menghampiri gue.

Gue mengambil dompet dari saku rok gue dan gue kasih ke Tirub, "Buat lo, nih." ujar gue sambil senyum manis.

Tirub menatap gue bingung, "Kok tumben baik, Ne?"

"Wah parah lo. Perasaan gue baik mulu 'kan sama lo?"

"Tapi lo baik pasti ada alesannya 'kan. Pasti ini salah satu bentuk penyogokan," kata Tirub sambil menunjuk gue dengan dompet yang tadi gue kasih ke dia.

Gue nyengir kuda mendengar perkataan Tirub, "Hehe. Tumben lo pinter, Rub." ucap gue sambil menoel pipinya. Dengan gaya sok gantengnya, Tirub mengusap-usap pipi yang tadi gue toel dengan kasar.

"Jadi lo mau apa?" tanyanya (sok) cool.

Gue menatap Tirub dengan wajah semelas mungkin, "Tukeran tempat duduk yok? Please," mohon gue.

Tirub tampak menimang-nimang permintaan gue. Buset deh nih anak, tinggal tukeran tempat duduk aja rempong banget.

"Aduh, Rub. Lo mikir kelamaan! Iya apa enggak nih?" Kata gue, gak sabaran.

"Dijamin oke gak nih?" tanya Tirub sambil menunjuk dompet Teddy Bear gue.

"Dijamin! Lo bisa makan 5 bulan pake uang yang ada di dompet gue!"

"Okelah, boleh juga." Ujar Tirub. Nah, dari tadi kek. Gue menyodorkan tangan kanan gue, "Deal nih?" tanya gue meyakinkan. Tirub mengangguk sambil membalas jabatan tangan gue.

"Oke, lo gak boleh ngebatalin barteran kita!" kata gue mengingatkan Tirub.

"Oke, Bos!" jawab Tirub sambil hormat ke gue. Maklumi, dia biasa lebay memang.

Tirub membuka dompet gue, "Lah, Ne. Kok isinya cuma 50.000?" tanya Tirub dengan wajah kaget. Gue menatap Tirub dengan wajah tanpa dosa, "Emang harusnya berapa?"

"Lo bilang, gue bisa jajan 5 bulan pake uang di dompet lo."

"Ya, memang bisa. Asalkan, lo jajannya sebulan 10.000."

Tirub menatap gue kesal, "Gak bisa gitu, Ne. Ini namanya penipuan!" Protes Tirub.

"Penipuan apanya? Udah deh, lo jangan banyak protes. 'Kan udah deal,"Jawab gue santai sambil meninggalkan Tirub yang masih bengong-bengong gak percaya.

Lagian, Eine kok dilawan.

-----

"Hai, Jasper." Sapa gue sambil duduk manis di kursi sebelah Jasper. Jasper tersenyum kecil, "Sorry, gue udah ada temen sebangku." Ujarnya ramah.

Oh, god. Dia bener-bener kelewat ganteng kalau dilihat dari dekat!

"Si Tirub ngajakin gue tukeran tempat duduk, jadi gue deh yang duduk di sini." Jawab gue semanis mungkin.

Jasper mengerutkan keningnya, "Tirub?" Tanya Jasper gak mengerti.

Oh iya, nama aslinya Tirub 'kan Alex. Duh, gue sampe lupa.

"Eh, Alex maksud gue." Ralat gue sambil tetep senyum-senyum unyu ke Jasper. Jasper hanya mangut-mangut menanggapi perkataan gue dan lanjut berkutat ke handphonenya.

"Jasper," panggil gue. Jasper menoleh sambil tersenyum manis. Ah, cakepnya.

"Kenapa?" tanya Jasper.

Gue mengeluarkan kotak bekal dari tas ransel gue dan gue kasih ke Jasper, "Ini buat makan siang lo," ujar gue.

"Mendingan lo makan sendiri deh. Gue udah dapet banyak banget tuh," tolak Jasper. Tatapan gue mengikuti arah ibu jari Jasper yang menunjuk ke belakang. Sampai akhirnya, mata gue menangkap tumpukan makanan di belakang kelas.

"Anjir,"

Duh, gue gak punya kesempatan dong buat ngasihin bekal gue ke Jasper. Mana kuat Jasper makan sebanyak itu. Mulai dari coklat, pudding, susu, nasi, roti semuanya ada di meja belakang kelas. Seriusan itu dari fans Jasper semua?

Gue menelan ludah dengan susah payah. Sebanyak itukah fans Jasper? Perasaan yang ikut fanclub Jaspal gue cuma sedikit. Apa jangan-jangan banyak fans rahasia? Mereka diem-diem suka Jasper gitu?

Gue kembali menatap Jasper dengan tatapan melas, "Jadi punya gue ditolak nih?" lirih gue pura-pura putus asa. Jasper mengalihkan pandangannya dari handphonenya dan menatap gue sekilas, "Maaf." Jawabnya singkat.

"Singkat banget sih jawabnya. Kok lo tega sih sama fans lo?" Kata gue dramatis. Jasper tersenyum kecil ke gue dan langsung ke luar kelas meninggalkan gue.

Begini susahnya ngedeketin idola?

Eh, tunggu.

Gue gak boleh putus asa dulu! Ini masih permulaan, belum ada apa-apanya. Pokoknya gue harus lebih berusaha! Pokoknya gak ada yang boleh deket sama Jasper selain gue!

Gue langsung pergi keluar kelas untuk menyusul Jasper. Tapi sejauh mata memandang, gue gak ketemu juga tuh sama Jasper. Buset, kebut banget tuh calon suami gue jalannya. Gue putuskan buat cari-cari ke taman belakang sekolah. Di sana 'kan sepi tuh, mungkin aja Jasper lagi cari-cari ketenangan 'kan?

Gue berjalan dengan langkah riang ke taman belakang. Sesampainya di taman belakang, gue menemukan Jasper lagi on the phone sama seseorang. Duh, memang kalau jodoh gak kemana. Mau hilang mau lenyap juga, kalau jodoh mah ujungnya juga ketemu lagi.

Gue menghampiri Jasper dengan bahagia seperti anak kecil baru dibolehin pake cangcut. Tapi tiba-tiba langkah gue terhenti mendengar perkataan Jasper, "Tolong banget cariin ya, Ris. Gue lagi butuh banget manager nih,"

"Oke. Makasih banyak ya, Ris." Setelah Jasper menyelesaikan acara telpon-menelponnya, gue langsung menghampirinya dengan senyum penuh arti.

"Kenapa?" Tanya Jasper ramah.

"Lo lagi butuh manager, ya?" Jasper mengangguk ragu.

"Gimana kalau gue aja yang jadi manager lo?" tawar gue.

Jasper terkekeh, "Gue serius nyari manager. Bukan sekedar butuh manager abal-abal," Ujarnya.

Gue berdecak kesal, "Ih! Gue juga serius mau jadi manager lo. Gratis deh. Lo bisa kontrak gue selama 6 bulan, gimana?" tawar gue sambil mengacungkan 6 jari gue.

Mendengar tawaran gue, Jasper langsung menatap gue dengan tatapan gak percaya. "Beneran gratis?" Tanya Jasper. Gue mengangguk pasti. Jasper kembali bertanya, "Kontrak 6 bulan? Gratis?" Gue kembali mengangguk pasti.

"Gimana? Minat?"

Jasper tersenyum sumringah, "Boleh tuh. Deal?" Tanyanya sambil menyodorkan tangan kanannya ke gue. Gue ikut tersenyum sumringah dan menjabat tangan Jasper yang mengambang di udara, "Deal." Jawab gue.

Yoohoo! Kehidupan bahagia seorang Eine Dame baru saja dimulai!

-----

Jasper!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang