Eine memasuki sebuah cafe'. Lonceng diatas pintu cafe' itu berbunyi begitu Eine membuka pintunya. Pandangan Eine berkeliling mencari keberadaan seseorang, sampai akhirnya matanya menangkap ada lambaian tangan ke arahnya.
"Eine, disini!" Eine tersenyum kecil dan menghampiri orang itu.
"Udah nunggu lama, Mbak Syahqila?" tanya Eine sambil menarik kursi di hadapan wanita itu.
"Enggak juga, kok. Kamu mau minum apa? Pesan aja, saya yang traktir." jawabnya setelah Eine menempatkan pantatnya di atas kursi.
Eine mengambil buku menu yang tergelatak di atas meja itu dan memerhatikan daftar menunya. Pilihannya terjatuh pada Iced Choco Tea.
"Gimana kalau kita ngomong pake aku-kamu aja? Biar lebih santai." ujar Syahqila tepat setelah mereka memesan minuman.
"Ah, iya. Dari kemaren kita ngomong kaku banget, hahaha." jawab Eine sambil tertawa garing.
"Kamu tahu 'kan aku ajak kamu ketemu buat ngomongin apa?"
Eine tersenyum semanis mungkin, "Ngomongin apa ya, Mbak?" tanya Eine balik dengan (sok) polos.
"Jasper, of course."
Lagi-lagi Eine tertawa garing. "Oh, hahaha. Ada apa, Mbak?"
"Tadi aku abis ketemuan sama Jasper. Yah, sejenis nostalgia gitu." Mata Syahqila menerawang, berusaha mengingat kembali detail kejadian pagi tadi.
Eine hanya diam saja, menunggu Syahqila melanjutkan ceritanya. Dalam hatinya, Eine mengumpat begitu mengetahui alasan Jasper bolos sekolah adalah Syahqila.
"Jasper bilang, jangan temui dia lagi. Dia minta aku untuk bahagia dengan suami aku. Tapi aku tau kalau dia bohong. Aku tau kalau dia mau aku ada di sisinya lagi." lanjut Syahqila.
Apaan sih ini orang. ujar Eine dalam hati.
"Maksud aku ceritain semua ini sama kamu karena aku mau minta tolong sama kamu."
Eine mengerutkan dahinya, "Minta tolong apa, Mbak?"
"Kamu mau 'kan bantu aku buat balikan sama Jasper?" Syahqila menggenggam tangan Eine sambil menatap mata gadis itu dengan tatapan memelas.
Jelas, Eine merasa kesal. Tapi dia juga bingung harus bagaimana. Rasanya gak mungkin untuk menolak permintaan wanita di hadapannya. Tapi mau menerimanya juga Eine ogah.
"Tapi gimana sama suami Mbak?"
Syahqila tersenyum, "Aku berniat gugat cerai dia."
Eine semakin kebingungan. Dalam kepalanya, ia berpikir 'gimana bisa ada wanita segila ini?'
"Sejujurnya aku mau banget bantu Mbak. Tapi aku takut kalau harus ikut campur dalam urusan rumah tangga orang. Jadi, aku bantu doa aja ya." ujar Eine sambil nyengir kuda.
Belum sempat Syahqila berkata, Eine sudah memotongnya. "Aku udah disuruh Bunda pulang, nih. Aku duluan ya, Mbak!"
Gadis itu langsung beranjak meninggalkan Syahqila tanpa sedikitpun menoleh lagi ke belakang. Dalam hatinya Eine menyesal menerima ajakan Syahqila untuk ketemuan.
-----
Entah kenapa, rasanya Eine bingung mau kemana. suasana hatinya sedang buruk, jadi dia malas pulang ke rumah. Setan-setan kecil di hatinya terus-terusan menyuruhnya menemui Jasper. Rasanya gadis itu ingin sekali menyuruh Jasper untuk tidak menerima kehadiran Syahqila lagi. Tapi siapa Eine? Apa dia punya hak?
Tapi mungkin keinginan hati kecilnya terlalu besar sampai-sampai Eine menggerakkan kakinya tanpa sadar. Entah bagaimana caranya, yang pasti disinilah Eine sekarang. Berdiri di depan sebuah pintu dan menimbang-nimbang antara memencet bel atau tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jasper!
RandomJasper emang kelihatan baik banget kalo lagi di layar kaca. Tapi apa di dunia nyata juga begitu? Jawabannya, enggak. Mungkin ini yang orang-orang sebut dengan 'Serigala Berbulu Domba'