Empat!

216 18 3
                                    

Author's POV

Hari senin. Hari yang biasanya menjadi musuh besar bagi Eine, kini menjadi hari yang paling dia nanti-nantikan. Bahkan sejak tadi malam Eine sudah memutuskan untuk mengganti alarmnya yang tadinya jam 06.00 menjadi jam 04.30. Pasalnya hari ini adalah hari dimana Jasper resmi menjadi siswa di sekolah yang sama dengannya. Rasanya Eine semakin bersemangat untuk berangkat ke sekolah tiap paginya. Bukan untuk belajar, melainkan untuk bertemu Jasper.

"Eh, tumben jam segini udah siap." ujar Bunda saat melihat Eine yang sudah rapi dengan atribut sekolahnya.

"Bun, siapin Ine bekal dong. Yang paling enak ya pokoknya!" pinta Eine tanpa menghiraukan ucapan Bundanya.

Bunda menatap Eine heran, "Tumben minta bawa bekel, Ne."

"Bukan buat Ine sih, hehe."

"Ya terus, buat siapa dong?" tanya Bunda.

Eine terenyum sumringah, "Buat calon suami Ine."

"Si Joko? Dia beneran mau sekolah di SMA kamu?"

"Bukan Joko tapi Jasper, Bun. Iya, dia beneran sekolah di SMA Ine dan hari ini tuh hari pertama dia sekolah. Pokoknya Bunda harus bikinin bekal yang paling enak, ya! Biar Ine bangunin Kak Iyon dulu." jawab Eine sambil berlalu meninggalkan Bunda yang hanya geleng-geleng kepala melihat tingkahnya.

-----

Eine berjalan dengan semangat menuju kelasnya. Sedari tadi senyuman tak lepas dari wajahnya.

"Lah, Mbak Eine tumbenan udah nyampe di sekolah jam segini?" tanya Pak Wito, salah satu penjaga sekolahnya. Eine hanya menjawab dengan senyuman dan berlalu meninggalkan Pak Wito.

"Oke, sekarang gue bingung mau ngapain di sekolah jam segini." gumam Eine sambil melihat jam di tangannya.

"Tidur." jawabnya pada diri sendiri.

Dengan cepat Eine berjalan menuju kelasnya. Masih jam 06.17, tidak heran kelasnya masih kosong. Siapa murid yang mau datang ke sekolah jam segini?

Ah, benar juga. Jawabannya sudah jelas. Eine.

Eine langsung menghampiri bangkunya dan duduk disana, "Sebenernya percuma juga gue dateng pagi kalau Jaspernya dateng siang." ujarnya pada diri sendiri.

Eine menguap lebar, "Ngantuk banget. Yayang Jasper jahat banget bikin gue bangun pagi-pagi."

"KAK INE! SYUKUR DEH LO UDAH DATENG. LO HARUS TAU BERITA INII!!!!!!!"

Eine berdecak keasal, "Ya Tuhan, hambamu ini belom nyampe 10 detik mejemin mata. Eh, dedemit udah dateng."

"Ih, Kak Ine jahat deh. Yara padahal mau ngasih info penting nih!" jawab Yara sambil cemberut.

Eine mencubit pipi Yara gemas, " Iya deh, adik kelasku yang paling imut. Info apa, Ra?"

"JASPER SEKOLAH DISINI!" teriak Yara sambil melompat girang. Eine hanya memandang ke arah Yara datar.

Untuk kedua kalinya Yara kembali melompat girang, "JASPER SEKOLAH DISINI!!" Eine masih memasang wajah datar.

Yara memandang Eine heran. Diletakkan punggung tangan kanannya di keningnya dan punggung tangan kirinya di kening Eine, "Kak Ine sehat kan? Kok gak seneng sih?" tanyanya heran.

Eine menyingkirkan tangan Yara dengan gemas, "Itu berita lama Yara. Udah basi. Kalo lo bilang dia sekelas sama gue, baru deh gue seneng"

"Gitu ya? Sayangnya Jasper masuk kelas 11 IPA 3. Berarti gak sekelas dong ya?"

Eine menjitak Yara pelan, "IPA 3 mah kelas gue, dodol. Otak lo kapan bagusnya, sih?" Yara hanya nyengir kuda menanggapi perkataan Eine. Tiba- tiba keduanya terdiam.

Jasper!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang