Dua!

386 22 5
                                    

Eine's POV

Seperti biasa, sepulang sekolah gue melakukan rutinitas gue dengan para pecinta Jasper yang lainnya. Oke, biar lebih mudah sebut aja kami 'Jaspal' karena memang itulah official name untuk fans-fans Jasper. 

Fyi, Jaspal itu singkatan dari 'Jasper's Pal'. Nah berhubung gue buta inggris, jadi gue bingung mau ngejelasinnya gimana. Sebenernya gue tau kok arti dari 'Jasper's Pal' tapi, gue bingung gimana cara ngungkapinnya dengan kata-kata. Mungkin bakalan lebih baik kalo kalian mengertikannya sendiri. Intinya, gue tau artinya! Serius, gue tau!

Ah, udah. abaikan aja soal gue tau atau enggak arti dari Jasper's Pal.

Sedikit cerita, gue 'tuh sebenernya suka Jasper baru-baru ini. Baru 2 bulan kira-kira. Tapi, cinta gue ke Jasper itu infinity banget. Jadi, awal gue suka sama Jasper 'tuh karena gue awalnya gak sengaja nonton sinetron judulnya 'Joko dan Sajadah Terbang' ceritanya sedikit memplagiat 'Aladine' gitu. Maklum, Indonesia. Nah, di sinetron itu si Jasper dapet peran utama a.k.a Joko. Dan dia berhasil sukses tanpa gatot merebut hati gue!

Okay, lanjut tentang acara kumpul-kumpul gue dengan para Jaspal lain.

Tiba-tiba Kak Iyon muncul entah darimana, "Ne, ayo pulang. Kasian tuh si Abel pasti udah nunggu di sekolahannya" ajak Kak Iyon. Berhubung gue kasian sama Abel, jadi tanpa berlama-lama gue menutup pertemuan Jaspal siang ini dan segera capcus sama Kak Iyon.

Sesampainya di sekolah Abel, gue langsung turun dari mobil dan nyamperin Abel yang lagi nongkrong di depan gerbang sekolahnya berasama teman-teman seperjuangannya. Kata Abel sih, nama Geng mereka tuh 'The Cimidh pake D dan H bukan T'

Mohon dimaklumi, anak SD jaman sekarang emang hobi bikin Geng. Sebenernya sih, bukan jaman sekarang aja. Soalnya pas jaman SD gue dulu, gue juga punya Geng namanya 'Luthu' dibaca 'Lucu' dan itu merupakan salah satu diantara sekian ribu aib gue.

"Bel, ayo capcus. Kak Ine laper nih. Cepet dong" ajak gue dengan malas. Soalnya, cacing-cacing diperut gue udah demo semua nih.

Abel mengangguk dan langsung cipika-cipiki sama teman-teman dekilnya kayak tante-tante arisan. Gue yang mempunyai jiwa sosialisasi tinggi a.k.a SKSD pun ikutan lambai-lambai dramatis ke anggota-anggota The Cimidh-kecuali Abel tentunya- sabil senyam-senyum dan cengar-cengir gaje.

Eh, tunggu. Ada anak SD pake tas bertulisan 'Selamanya Jaspal Tetap Abadi' omg omg omg!!!

Tanpa pikir panjang, gue langsung menarik tas ransel yang dipakai anak itu sampai ia terseret mendekat ke gue. Dengan sok unyu gue menyapa anak itu, "Hey adek, namanya siapa?"

Awalnya anak itu menatap gue dengan takut-takut. Tapi, akhirnya dia keliatan mulai santai sama gue. Mungkin muka gue terlihat kriminal dan imut dalam waktu yang bersamaan, that's why.

"Nama aku Dinda kak"

"Oh, Dinda kelas berapa?" Apa gue sekarang terlihat seperti penculik cantik? Eh, tapi ciyusly gue orang baik-baik!

"Kelas satu kak" jawabnya.

"Dinda, kamu dapet tas itu darimana?" tanya gue sambil menunjuk tas yang bertengger cakep di pundaknya.

"Dari om aku yang belom nikah itu kak. Om Surya namanya"

HAHAHANJIR.

Apa dari muka gue tergambarkan banget kalo gue jomblo? Kenapa nih anak pake promosi-promosi omnya segala?

Gue tersenyum manis ke anak bernama Dinda itu, "Sebenernya sih bodo amat dek, om kamu mau taken ngenes atau jomblo bahagia. Kakak cuma mau ngajakin kamu berbisnis nih."

Dinda terlihat tertarik, "Bisnis apa kak?"

"Kakak beli tas kamu ya? Kamu suka uang kan?"

"Suka kak! Iya boleh boleh!" jawabnya dengan antusias.

"Mmm.... Dinda sukanya uang yang berapaan?"

"Aku suka warna pink kak. Aku juga suka sama Pak Soekarno soalnya kata Papa, Pak Soekarno itu yang membuat Indonesia merdeka. Nah, jadinya aku suka uang seratus ribu deh! Soalnya warnanya pink dan ada foto Pak Soekarnonya" jelas Dinda dengan semangat.

Gue mengangguk-ngangguk. Gue ambil dompet di tas gue dan gue keluarkan uang seribuan dari dompet gue, "Tapi di uang Kakak, pas difoto Pak Soekarnonya malah kabur. Soalnya, katanya dia takut liat Pak Patimura bawa golok. Jadi yang kena jepret  cuma Pak Patimura aja. Gimana dong? Dinda mau uang yang ini aja gak?" tawar gue dengan raut wajah yang dibuat sedih-sedih unyu.

Dinda tampak berfikir sebentar lalu mengangguk-anggukkan kepalanya semangat, "Yaudah deh! Mau!"

"Sini tasnya." pinta gue. Dinda mengeluarkan semua isi tasnya, dan memberikan tasnya untuk gue. Dengan senang hati, gue menerimanya dan langsung pergi ninggalin Dinda tanpa berpamitan lagi.

Tapi tunggu bentar.

"Lah, Kak Iyon sama Abel mana?" tanya gue pada diri sendiri. Kayaknya gue ditinggal nih. Wah wah wah, parah!

Gue langsung mengambil handphone dan menghubungi nomor Kak Iyon. Setelah tersambung, gue langsung mengeluarkan semua ocehan yang sedaritadi gue pendam.

"KAK IYON! KOK GUE DITINGGAL SIH? WAH, PARAH LO SAMA ADEK SENDIRI JUGA!" teriak gue. Gue yakin, sekarang ini Kak Iyon pasti lagi menjauhkan jarak handphone dari telinganya.

"Aduh dek, lo salah sendiri ngapain coba ngobrol sama anak ingusan? Gue sama Abel udah kepanasan nungguin lo. Mendingan lo minta jemput sama Ayah aja deh. Atau enggak, lo naik angkot aja. 'Kan dari SDnya Abel ke rumah kita cuma naik satu angkot, 'tuh. Udah dulu ya, gue masih nyetir nih. Bye dek, hati hati dijalan!" Setelah mengeluarkan segambreng kata-kata, Kak Iyon langsung memutuskan sambungan telepon.

Dasar Kakak durhaka!

Masa gue harus minta jemput Ayah sih? Yang ada Ayah baru nyampe sini maghrib entar. Bisa-bisa gue baru nyampe rumah besok subuh! Mana gue udah kelaperan juga nih. Jadi, mendingan gue naik angkot aja kali ya? Iya deh, gue naik angkot aja.

Sebelumnya, mungkin lebih baik gue tengok dulu keadaan dompet gue soalnya gue ada firasat buruk.

Dan...

Jeng jeng...

Ternyata firasat gue bener. Setelah gue check apa kabar alam dibawah sana, ternyata kritis. Uang gue tinggal dua ribu rupiah, sedangkan ongkos angkot sekarang tiga ribu rupiah.

Duh, kenapa sih harga ongkos angkot pake naik segala? Gue mau dapet uang seribu darimana nih?

Oh iya, Dinda!

Gue langsung berlari untuk kembali menghampiri Dinda, dan untung aja dia masih di habitat awalnya. Gue berjongkok dan tersenyum manis ke Dinda, "Din, Kakak pinjam uang yang tadi bentar boleh? Bentar aja, kok. Ntar Kakak pulangin, ya." rayu gue.

"Boleh kok, kak. Tapi pulangin ya." ujarnya sambil menyerahkan uang seribuan yang tadi gue berikan ke dia. Gue hanya mengangguk menanggapi perkataannya dan segera pergi meninggalkannya.

Dan disini gue sekarang. Berdiri tegak dipinggir jalan nungguin angkot. Siapa tau juga kan, Babyku Jasper lewat bawa mobil mewah dan ngasihin tumpangan?

Ngarep mode: ON

Setelah sekian lama, akhirnya angkot berwarna kuning menyilaukan pun datang mendekat. Gue langsung naik ke dalamnya. Gue menatap tas bertulisan 'Selamanya Jaspal Tetap Abadi' yang sedari tadi gue pegang. Gue jadi sedikit merasa bersalah nih sama Dinda. Tapi, yasudahlah! Udah terlanjur juga 'kan? 

Maafkan kakak cantik ini, Dinda!

-----



Jasper!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang