Drrrt..Drrt..Eine mengumpat kesal. Siapa yang menelponnya malam-malam begini?
Dengan mata yang masih sayu, Eine menatap jam dinding di kamarnya. Jam 5.
Okay, ralat. Bukan malam, tapi pagi. Eine bahkan gak tahu kalau ini sudah pagi. Baiklah, abaikan soal malam atau pagi.
Eine mengambil ponselnya yang ia letakkan di bawah bantal. Tanpa memperhatikan ID penelpon, Eine langsung memencet tombol hijau dan mendekatkan ponselnya ke telinga.
"Halo?" sapa Eine dengan suara yang masih parau.
"Gue ada urusan penting. Tolong bilang sama wali kelas, kalau gue gak sekolah. Gimanapun caranya, lo harus lapor ke wali kelas dalam keadaan lo lagi jadi manager, tapi wali kelas gak boleh tau kalau manager gue adalah lo. Ngerti?"
Eine terdiam, masih mencerna apa yang dikatakan Jasper. Baru saja Eine buka mulut, mau bilang kalau dia 'gak ngerti', tapi Jasper sudah duluan bicara.
"Diam berarti iya."
Tut tut tut.
Dan panggilan terputus.
Eine langsung mengambil posisi duduk diatas kasurnya. Matanya menyipit dan keningnya berkerut, mengingat-ingat perkataan Jasper.
"Dalam keadaan gue lagi jadi manager, tapi wali kelas gak boleh tau kalau manager Jasper adalah gue.." Eine mengulangi perkataan Jasper di telepon.
Gue ngerti!Baru saja Eine tersenyum sumringah, tiba-tiba senyumannya kembali hilang dan keningnya kembali mengkerut.
"Tapi gimana caranya, ya?" tanyanya pada diri sendiri.
"Cara apaan?" Eine terlonjak kaget. Entah sejak kapan, Riyon ada di sampingnya.
"Kak Iyon, ih! Ngagetin aja."
"Cara apaan?" Tanpa memperdulikan komentar adiknya, Riyon kembali menanyakan hal yang sama seperti beberapa detik yang lalu.
"Jadi gini, kak. Jasper tuh nyuruh gue bilangin ke wali kelas kalau dia gak bisa masuk sekolah karena ada urusan."
Riyon ikut duduk di kasur adiknya dan menatap adiknya datar, "Ya terus?"
"Duh, Kak Iyon! Kan gak boleh ada yang tau, kalau gue tuh manager Jasper! Sekarang, gimana caranya biar gak ketauan sama wali kelas?"
Riyon tampak berpikir sebentar. Tapi gak berapa lama, cowok itu menjentikkan jarinya. Ciri-ciri orang kalau baru dapat ide.
Mendengar jentikkan jari kakaknya, Eine lansung menatap Riyon senang. Kedua alisnya terangkat, membuat Riyon sedikit ngeri. Dengan tampang baru bangun tidur, rambut acak-acakan, alis terangkat, bibir tersenyum lebar, entah kenapa adiknya terlihat mengerikan dimatanya sekarang.
"Jadi?"
Pertanyaan Eine kembali menyadarkan Riyon dari bayangan tentang 'seberapa mengerikannya adiknya itu'.
Riyon berdeham sebentar dan langsung angkat bicara, "Gimana kalau telepon aja wali kelas lo? Kebetulan gue lagi bisnis jualan kartu perdana. Lo beli perdana baru aja sama gue."
Eine langsung mencubit pinggang kakaknya dengan sadis, "Bisnis mulu otak lo!"
Riyon merintih kesakitan. Cubitan Eine memang gak ada tandingannya. "Aduh, duh. Durhaka lo, dek sama gue!"
"Makanya, kasih solusi yang bener, dong!"
"Ya, yang tadi itu bener! Lo beli kartu perdana sama gue, telepon wali kelas lo pake nomor itu, bilang kalau lo manager Jasper dan lo mau minta izin buat Jasper."

KAMU SEDANG MEMBACA
Jasper!
AcakJasper emang kelihatan baik banget kalo lagi di layar kaca. Tapi apa di dunia nyata juga begitu? Jawabannya, enggak. Mungkin ini yang orang-orang sebut dengan 'Serigala Berbulu Domba'