Sembilan!

136 14 0
                                    

Author's POV

Eine memasuki rumahnya dengan takut-takut. Ya, dia takut Riyon sudah menunggunya dan sudah menyiapkan 1001 ocehan untuknya. Tapi sepertinya, aman. Eine kembali melangkahkan kakinya menuju anak tangga pertama. Tapi ucapan seseorang menghentikan langkahnya yang seperti maling itu.

"Bagus, ya. Baru pulang jam segini."

Ya, Eine aman. Aman dari Riyon. Tapi, bukan berarti aman dari Bundanya.

Eine nyengir kuda ke arah Bunda yang sedang berkacak pinggang. Bunda menatap Eine tajam. Sorot matanya jelas-jelas menunjukkan kekecewaan. Ini sudah jam 9 malam, tapi anak gadisnya baru pulang. Gak ada kabar sama-sekali. Sebenarnya dia pergi kemana, sih? itu satu-satunya pertanyaan yang berputar-putar di kepala Bunda saat ini.

"Maaf ya, Bun. Tadi Ine abis ke--" ucapan Eine langsung dipotong oleh Bundanya.

"Masuk ke kamar kamu. Bunda males dengerin penjelasan kamu." ujarnya dingin, sambil berlalu meninggalkan Eine. Bunda tahu, penjelasan anaknya hanya akan sama dengan yang kemarin-kemarin, 'kerja kelompok di rumah teman' dan Bunda gak percaya itu.

Masalah apa lagi, nih. Batin Eine.

Eine berjalan menuju kamarnya dengan langkah gontai. Sampai di kamarnya, ia langsung melempar tubuhnya ke atas kasurnya. Bukan kasur king size, hanya kasur biasa yang cukup untuk satu orang.

Tiba-tiba, Riyon masuk ke kamarnya dan duduk di tepi kasurnya. "Kebiasaan, kalo lagi ada masalah pasti langsung naik kasur tanpa lepas sepatu." kata Riyon sambil melepaskan sepatu adiknya.

Eine tersenyum melihat perlakuan Kakaknya, "Kak." panggil Eine.

"Hm?"

"Gue mau kasih tau sesuatu. Janji ya, jangan bilang siapa-siapa!"

Riyon yang sudah selesai melepaskan sepatu Eine, langsung ikutan berbaring di samping Eine. "Sempit ih, kak!" protes Eine.

"Apa rahasianya?"

Mata Eine mulai menerawang ke langit-langit kamarnya. Gimana kalau Kak Iyon ngebocorin ke orang-orang? Itu yang ada di pikirannya sekarang. Tapi, Eine langsung menpis pikiran itu. Ah, gak mungkin. Kak Iyon bukan tipe cowok melambai yang suka nyebar gosip kemana-mana.

"Tapi rahasia, ya!" Eine kembali mengingatkan perintah awalnya tadi. Riyon hanya mengangguk dan menatap adiknya penasaran.

"Gue tuh jadi managernya Jasper."

Satu kalimat itu sukses membuat mata Riyon membulat.

Riyon menahan tawanya, "Pft.Okay, rahasia kita. Hahaha." Dan yeah, pada ujungnya tawa Riyon memang gak bisa di tahan lagi.

"Kak Iyon! Gue tuh serius!!" Eine mencubit pinggang Kakaknya dengan ganas.

Riyon mengangkat kedua tangannya seperti maling yang tertangkap polisi. "Aduh, duh. Ampun dek, iya ampun. Udah dong!" Riyon akhirnya mengalah dan memutuskan untuk mendengarkan kata-kata adiknya. Gak ada salahnya dengerin imajinasi dia, 'kan? Pikirnya.

"Gue beneran jadi manager Jasper. Gue yang nawarin diri ke dia sebelumnya. Kalo lo tanya, 'Kenapa dia nerima gue?' Jawabannya, karena gue gak minta bayaran. Gue nawarin diri jadi manager gratis tis tis!"

"Gue gak nanya 'Kenapa' padahal."

"Kak Iyon, ih!!" Eine menatap kesal ke arah Riyon. Riyon hanya nyengir dan kembali mengangkat kedua tangannya. Eine memutar bola matanya dan lanjut bercerita.

"Ini sebabnya, selama seminggu terakhir gue suka pulang telat. Capek, sih. Tapi, gue suka dengan pekerjaan ini."

"Bukan, bukan suka dengan pekerjaan ini. Tapi, gue suka ada di deket Jasper." Ralat Eine.

"Jadi, lo beneran kerja sebagai manager Jasper?"

Eine (kembali) memutar bola matanya, "Baru nyadar, nih anak."

"Iyadeh, maaf. Terus, kenapa baru cerita sekarang?"

"Sebenernya, gue ada perjanjian sama Jasper. Jadi, gue tuh harus ngerahasiain pekerjaan ini. Gak boleh ada yang tau, termasuk keluarga gue. Dan kalo gue ngebocorin, denda 35 juta."

"Dan lo setuju sama perjanjian itu?"

Eine mengangguk.

"Malu gue." ucap Riyon dengan suara pelan. Eine mengerutkan keningnya, "Malu kenapa?"

"Punya adek bego' kayak lo!" Riyon menjitak kepala Eine dan langsung meninggalkan adiknya itu sendirian di kamarnya.

Sekitar 5 detik, Eine baru mengerti maksud Kakaknya dan baru sadar, kalau Riyon sudah menjitak kepalanya.

"KAK IYON!!!!" Jerit Eine kesal.

"DASAR TELMI!" Balas Riyon yang ikutan menjerit dari kamarnya.

"RIYON, EINE, INI UDAH MALEM! KALO BUNDA MASIH DENGER SUARA BERISIK, KELUAR DARI RUMAH!"

-----

6 Desember 2014


Jasper!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang