TigaPuluh! (END)

36 4 1
                                    

Ini sudah kesekian kalinya Jasper melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya itu. 5 menit lagi bel sekolah akan berbunyi, tapi tidak ada juga tanda-tanda kedatangan Eine.

"Lex, Eine belum dateng ya?"

Tirub yang sedari tadi duduk di bangku Eine menatap Jasper kesal, "Lo udah tiga kali nanyain itu, Jas"

"Ck, kemana sih 'tuh anak"

"Udah gue bilang berkali-kali, Eine itu pemalas. Palingan juga bolos. Udah, sans aja" ujar Tirub sambil menepuk pundak Jasper.

Setelah beberapa detik berpikir, Jasper pun meraih tas ransel hitamnya yang ia geletakkan di atas meja dan bangkit dari duduknya. Tirub yang berada tepat di sampingnya itu menatapnya bingung, "Mau kemana, Jas? Udah mau bel ini" ujar Tirub.

Sambil berlari keluar kelas, Jasper menjawab pertanyaan Tirub. "Tolong bilang ke gurunya kalo gue mendadak sakit perut, ya!"

Tirub mengacungkan kedua jempol tangannya, "Oke, tapi besok gue minta seratus tanda tangan lo buat gue jual ke tetangga, ye" jawabnya sambil setengah berteriak.

Jasper hanya terus berlari sampai ke parkiran tanpa memperdulikan perkataan Tirub. Saat ini yang dipikirannya hanya satu, yaitu Eine. Entah kenapa ia terus-terusan khawatir gak jelas dengan Eine. Tanpa pikir panjang, Jasper langsung menuju rumah Eine begitu ia berhasil masuk ke mobilnya itu.

Sial, kenapa perasaan gue gak enak gini. Batin Jasper.

Jasper baru teringat kalau ini masih jam berangkat kerja. Kemacetan ibukota pun terus menghalanginya tanpa ampun. Selama menunggu macet, Ia berkali-kali mengetuk-ngetukkan jarinya di stir mobil yang ia kendarai dengan gelisah. Jam tangan milik Jasper juga pasti sudah merasa bosan dengan lirikan kesal dari Jasper.

2 jam berlalu.

Ah, bukan. Perjalanan Jasper bahkan sudah memakan waktu lebih dari 2 jam. Tapi untungnya, cowok itu sudah berhasil tiba di depan rumah Eine. Rumah minimalis yang terlihat kosong dengan pagar yang terkunci rapat. Jasper turun dari mobilnya untuk memastikan apakah benar-benar tidak ada orang di dalam sana.

"Permisi" ujar Jasper dengan suara setengah menjerit.

Tidak ada jawaban.

Jasper menaikkan volume suaranya. "Permisi,"

Masih tak ada jawaban.

Jasper merogoh saku celananya dan mengambil ponselnya disana. Dengan cepat ia cari kontak Eine dan menghubungi nomor itu.

Nomor yang anda tujui sedang tidak aktif atau berada diluar jang—

Dengan kesal Jasper mematikan sambungannya. Sudah lama Jasper tidak seperti ini, panik hanya karena menunggu kabar seseorang. Dan yang lebih mengesalkan lagi, orang itu adalah Eine.

Jasper menyenderkan punggungnya di pagar rumah Eine sambil mengetikkan pesan untuk Eine sampai tiba-tiba sebuah tepukan mendarat di pundak kanan Jasper, membuat Jasper sontak menoleh.

"Tuhkan, gak salah, ini memang Joko." ujar seorang wanita dengan balutan daster di tubuhnya. Jasper hanya mengangguk sambil tersenyum (sok) manis.

"Ngapain artis kayak kau mejeng disini?" ujar wanita itu dengan logat khasnya.

"Eum, saya mau nemuin temen saya, tapi rumahnya kekunci dan kayaknya gak ada orang." jawab Jasper sambil mengarahkan ibu jarinya ke rumah Eine.

"Cari Iyon? Atau Ine?"

Masih dengan senyumnya, Jasper menjawab lagi. "Eine."

"Lah, mereka berdua kan mau pindah ke Singapore. Masa iya kau dak tahu?"

Jasper mengerutkan dahinya, "Singapore?" ulangnya.

Wanita itu mengangguk, "Baru aja berangkat ke bandara."

Firasat buruk gue gak salah. batin Jasper.

Jasper sudah siap melangkahkan kakinya menuju mobil, tapi tangan wanita itu menahannya. "Bisa motor?" tanya wanita itu yang dibalas dengan anggukkan Jasper.

"Kalau kau pakai mobil, dak akan sempat kau ketemu teman kau. Entah-entah kau sampai sana Ine dah jalan."

Wanita itu merogoh saku dasternya dan mengeluarkan kunci motor dari sana. "Nih, pakai lah motor saya. Tapi jangan lupa pulangkan!"

Jasper menatap wanita itu sumringah dan langsung memeluk wanita itu, membuat wanita itu senyum-senyum kesenangan. "Saya janji bakalan saya pulangin, Bu. Bahkan, saya bonusin tanda tangan dan foto!" ujar Jasper.

Segera ia hampiri motor yang terparkir di teras rumah itu lalu dipakainya helm  hitam yang tergeletak di atas joknya.  Tidak sia-sia wanita berdaster itu meminjamkan motornya pada Jasper. Jasper tiba di bandara jauh lebih cepat dari perkiraan awalnya. Bukan itu saja faktornya, Jasper juga mengegas motor hasil pinjamannya dengan kecepatan penuh sambil menyalip sana-sini.

Begitu sampai di Bandara, Jasper memarkirkan motornya asal-asalan dan mulai celingak-celinguk mencari keberadaan Eine. Cowok itu tidak peduli dengan orang-orang yang mengambil fotonya ata meneriakkan namanya. Sampai akhirnya, mata Jasper menangkap sosok yang ia cari-cari. Dilihatnya Eine baru saja keluar dari mobilnya, disusul oleh bunda dan adiknya, Abel.

"Ne," panggil Jasper sambil melangkah mendekati Eine.

Terkejut dan bingung campur jadi satu di raut wajah Eine. "Kok lo ada disini?"

Jasper tak menjawab. Ia hanya melangkah semakin dekat dan memeluk Eine erat, membuat Eine semakin bingung. Ah— bukan Eine saja, tapi juga semua orang yang melihat mereka, termasuk keluarga Eine.

"Gue suka sama lo, Ne." ucap Jasper tiba-tiba. Ya, semua yang dilakukan Jasper hari ini memang serba tiba-tiba.

"Apa lo bilang?"

Jasper melepas pelukannya dan menatap mata Eine, membuktikan bahwa dirinya sedang bersungguh-sungguh. "Gue suka sama lo, jadi tolong jangan lama-lama di negeri orang karena gue pasti bakal kangen."

Jujur, ini cukup memalukan bagi Jasper. Dengan gagu dan sambil menundukkan kepalanya, Jasper melanjutkan kata-katanya. "Sebagai bos lo, ini perintah terakhir gue. Please, selalu hubungin gue selama lo di sana, kasih kabar sesering mungkin, dan jadi pacar gue. Would you?"

Jasper mengakhiri kata-katanya sambil kembali menatap Eine dalam. Tidak ada alasan Eine untuk menolak. Gadis itu tersenyum malu-malu sambil mengangguk, membuat cowok di hadapannya otomatis ikut tersenyum.

Cekrek!

Mendengar suara kamera, Eine dan Jasper kembali tersadar dari adegan FTV mereka. Keduanya baru tersadar kalau orang-orang sudah mengerubuni mereka dengan ponsel ditangan masing-masing.

Eine menepuk pundak Jasper sambil tersenyum (sok) manis. "Mungkin bakalan ada banyak wartawan yang ngincer lo setelah gue pergi."

--- TAMAT ---

Jasper!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang