Eine's POV
Gue langsung pamit pulang, waktu gue udah selesai dengan acara 'menguping' gue. Sampai di rumah, gue langsung masuk ke kamar dan mengurung diri di sana.
"Pokoknya gue bakalan perlahan-lahan berhenti ngefans sama Jasper!" tekad gue.
Persetan dengan perjanjiannya, gue gak peduli kalaupun gue harus denda 35juta karena ngasih tau rahasia Jasper yang satu ini ke kalian.
Eh, tapi kalau beneran denda mampus gue!
Gue mengacak-acak rambut gue dengan kesal. Kenapa sih, Jasper bisa setega itu? Masa dia bilang kalau gue tukang bersih-bersih!
Ntah, deh. Gue kesel banget sama Jasper! Seharusnya, gue udah sadar dari lama kalau Jasper itu kejam! Kalau dipikir-pikir, gue lebih banyak keja jadi pembantu daripada jadi managernya!
Eine bego' umpat gue pada diri sendiri.
Gue langsung menuju ke komputer gue, yang memang sudah dihidupkan daritadi. Tanpa pikir panjang, langung gue hapus semua folder-folder yang berhubungan dengan Jasper.
Setelah semuanya terhapus, gue langsung menatap garang ke semua poster-poster Jasper yang tertempel di dinding kamar. Baru aja tangan gue mau merobek poster-poster itu, gue teringat sesuatu.
"Tapi, bukannya memang peraturannya, ya? 'Kan peraturannya, gak ada yang boleh tau soal pekerjaan gue." gumam gue.
"Jadi, harusnya Jasper tadi gak salah!"
Gue langsung mengelus-elus poster malang yang hampir gue robek, "Baby, maafkan aku. Aku khilaf." rengek gue.
Eh, iya!
Dengan buru-buru, gue membuka recycle bin komputer gue dan merestore folder-folder yang tadi gue hapus. Hampir aja gue kelabasan!
Okay, selamat Jasper. Gue gak jadi benci sama lo. Walaupun lo kejam sama gue, gue putuskan buat nunda dulu rasa benci gue ke lo. Oke fix!
Tiba-tiba, pintu kebuka sedikit. Kepala Bunda menyembul dari celah pintu yang kebuka.
"Kenapa, Bun?" tanya gue.
Bunda masuk ke kamar gue, dan duduk di tepi ranjang gue. Tepatnya, di samping kiri gue. Karena, meja komputer memang ada di samping ranjang.
Tanpa ngejawab pertanyaan gue, Bunda ngeliatin keseluruhan kamar gue, sambil geleng-geleng.
"Kenapa, Bun?" tanya gue lagi.
"Kamar kamu kayak Titanic,"
"Kelihatan mewah ya, Bun?"
Plakk.
Bunda malah memukul lengan kiri gue. Gue mengaduh kesakitan, "Kok malah mukul, sih?!"
"Kayak Titanic tuh, maksudnya kayak kapal pecah!"
Gue menjulurkan lidah ke Bunda, "Yang penting Titanic mewah, walaupun pecah!"
Merong!
Bunda menatap gue kesal, karena kalah debat. Wanita kesayangan gue itu langsung pergi meninggalkan kamar gue. Sebelum benar-benar keluar dan menutup pintu, Bunda bilang, "Cepet bersihin kamarnya! Nanti Joko gak mau nikahin kamu, kalau kamu jorok gini."
"Iya, Bundaku yang bawel!"
Huh, jadi Bunda kesini cuma mau komentarin kamar gue?
Tiba-tiba pintu kebuka lagi. Dan lagi-lagi, Bunda yang menyembulkan kepalanya dari celah pintu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jasper!
RandomJasper emang kelihatan baik banget kalo lagi di layar kaca. Tapi apa di dunia nyata juga begitu? Jawabannya, enggak. Mungkin ini yang orang-orang sebut dengan 'Serigala Berbulu Domba'