Jackson berusaha curi-curi pandang ke Eine. Sedangkan Eine? Sedari tadi, dia hanya memandang ke luar jendela. Padahal, menurut Jackson wajahnya seribu persen lebih menarik dari pemandangan di luar mobil.
"Bengong aja," Jackson berusaha mencairkan suasana. Eine menoleh, cewek itu cuma membalas Jackson dengan senyuman kecil.
"Lo butuh uang banyak, memangnya? Kok sampe jadi tukang bersih-bersih gitu, sih?"
Eine berdehem sebentar, "Gitu deh." jawabnya singkat.
Dalam hatinya, Eine berkata. Iya, gue butuh 35 juta buat lepas dari perjanjian konyol kakak lo.
"Udah nyampe, nih. Yok turun." Baru saja Eine mau membuka pintu mobil, Jackson menahan pergelangan tangannya. Eine menatap Jackson bingung. Apa yang mau Jackson lakukan padanya?
Jackson mendekatkan tubuhnya pada Eine, membuat Eine berusaha mundur. Tapi sayang, ini di mobil. Eine gak bisa mengambil langkah jauh.
Tanpa di duga, Jackson merapikan rambut Eine. Menyisir rambut cewek itu dengan jari-jarinya. Eine cuma bisa mematung, berusaha memalingkan wajahnya dari Jackson. Wangi tubuh Jackson membuat Eine semakin deg-degan.
Deg deg.
"Gue cuma gak mau turun sama cewek yang acak-acakan." Jackson melepas topi yang ia pakai, dan ia pakaikan ke kepala Eine.
"By the way mata lo sembab. Gue gak berhak tanya kenapa, so gue gak tanya. Tapi yang jelas gue agak khawatir." lanjut Jackson.
Eine langsung menghembuskan napasnya--yang entah sejak kapan ia tahan--begitu Jackson keluar dari mobil, mendahuluinya.
"Adek-kakak bisanya bikin senam jantung semua." umpat Eine. Cewek itu langsung ikut keluar mobil, menyusul Jackson.
Toko buah saat ini cukup ramai, membuat Eine kesulitan mencari Jackson. Tiba-tiba, mata Eine menangkap segerumbulan perempuan. Firasat Eine mengatakan, kalau Jacksonlah yang sedang dikerumuni perempuan-perempuan itu.
Tanpa memperdulikan Jackson, Eine langsung mencari alpukat. Memang itu 'kan tujuan awalnya kesini? Untuk apa dia mencampuri urusan Jackson?
Setelah selesai membeli alpukat, Eine langsung kembali ke parkiran. Eine gak melihat Jackson di dalam toko buah dan cewek itu yakin, kalau Jackson sudah berada di dalam mobil.
Dan ternyata, dugaan Eine benar. "Sorry, tadi gue duluan. Soalnya, banyak tante-tante sama emak-emak rempong." Eine langsung melepas topi yang tadi dipakaikan Jackson padanya, lalu memakaikannya ke kepala Jackson.
"Lagian, kenapa malah makein topi ke gue, sih? 'Kan lo yang lebih butuh," Ujar Eine sambil membenarkan letak topi berwarna hitam itu di kepala Jackson.
Saat hendak menarik tangannya dari kepala Jackson, Jackson sudah terlebih dahulu menahan tangan Eine. Jackson menggerakkan tangan Eine dengan tangannya, turun dari kepalanya ke dadanya.
Eine bisa merasakan detak jantung Jackson yang semakin cepat. Mata Jackson menatap lurus ke Eine, membuat Eine semakin gugup.
"Jackson, lo mau ap--"
"Gue tau ini terlalu cepat. Tapi gue tertarik sama lo."
Eine langsung terdiam. Bingung, mau berkata apa. Ini bukan pertama kalinya ia di tembak cowok. Tapi masalahnya, cowok yang kali ini adalah vokalis band terkenal. Seorang Jackson London.
"Jack, gue--"
Drrt.. Drrtt..
Ucapan Eine kembali terpotong, kali ini oleh getaran dari ponselnya. Eine langsung menarik tangannya dari genggaman Jackson, lalu mengangkat panggilan di teleponnya.
"Iya, Bun. Kenapa?"
"Ne, kamu dimana? Katanya, cuma mau ambil barang doang."
"Ternyata ada tugas sekolah, Bun. Jadi Ine nyalin dulu, hehe."
"Yaudah, jangan pulang kemaleman!"
"Iya, Bunda."
"Bunda tutup teleponnya."
"Iya."
Tut Tut Tut.
Setelah telepon terputus, Eine kembali menoleh ke Jackson. Ternyata, Jackson juga sedang menatapnya. "Kita harus balik sekarang, Jack." kata Eine.
Dengan gugup, Jackson kembali menghidupkan mesin dan mengendarai mobil.
Sesampainya Eine di apartement Jasper, cewek itu langsung menuju dapur dan membuat 3 gelas jus alpukat. Rencananya, setelah ini dia mau langsung pulang.
"Gue udah gak tahan, berada di antara keluarga aneh ini."
Tiba-tiba seseorang datang, lalu berdiri di samping Eine sambil menyender di dinding. Eine menoleh, mendapati Jackson yang sedang menatapnya intens.
Eine kembali teringat perkataan Jackson tadi. Dengan berani, Eine berniat mengeluarkan semua pertanyaan di kepalanya. "Eum, Jack. Yang tadi lo omongin di mob--"
"Lupain aja, gue juga bingung kenapa bis ngomong gitu." potong Jackson. Eine mengangguk kaku.
"Biar gue bantu," Jackson mendekati Eine dan membantu gadis itu memotong alpukat untuk di blend.
"Jack, lo ngapain?" Jasper yang baru datang, langsung menarik Jackson menjauhi Eine.
"Biarin aja dia, kita tunggu di depan TV aja."
"Gue mau bantuin dia." Jackson menepis tangan Jasper dan kembali mendekati Eine, melanjutkan kegiatan memotong alpukatnya.
"Lo suka dia, ya?" Gerakan Jackson langsung terhenti dan menatap datar Jasper. Eine yang sedari tadi berusaha untuk gak peduli, ikut menghentikan kegiatannya dan menatap kakak-adik itu bergantian.
"Iya, 'kan?" Tanya Jasper lagi, dengan senyum sinisnya.
"Kalau iya kenapa? Gak ada masalahnya sama lo, 'kan?"
Jasper menelan ludahnya dengan susah. Benar juga kata Jackson, gak ada masalahnya dengan dia. Kenapa dia jadi gak suka begini?
Gue gak mungkin cemburu 'kan?
Jasper langsung menepis pikiran anehnya. Cowok itu berusaha kembali sesantai mungkin. Dengan (sok) cuek, Jasper pergi meninggalkan dapur. Setelah beberapa langkah, cowok itu kembali menoleh ke belakang.
"Gak ada masalahnya buat gue, kok. Gue tadi iseng nanya doang,"
-----
5 Januari 2015
KAMU SEDANG MEMBACA
Jasper!
AlteleJasper emang kelihatan baik banget kalo lagi di layar kaca. Tapi apa di dunia nyata juga begitu? Jawabannya, enggak. Mungkin ini yang orang-orang sebut dengan 'Serigala Berbulu Domba'