Eine's POV
"Ne?"
Gue langsung tersadar dari lamunan gue, begitu ngerasa ada yang manggil nama gue. Gue menoleh, mendapati Kak Iyon disana.
"Bengong aja, yok balik. Kasian Abel, pasti udah nungguin." Gue mengangguk dan segera mengikuti Kak Iyon, meninggalkan kelas. Gue bahkan gak sadar, kalau kelas udah kosong.
Berarti Jasper udah pulang, ya?
Duh, Eine! Ngapain lo mikirin dia, sih! Biarin aja, mau dia udah pulang kek, belom pulang kek, gak peduli!
"Kenapa bengong aja, Ne?" tanya Kak Iyon, setelah kami udah sama-sama berada di dalam mobil.
"Gak apa-apa," Kak Iyon cuma mengedikkan bahunya dan langsung menghidupkan mesin mobilnya. Gue membuang muka ke sebelah kiri, menatap ke luar jendela.
Silahkan bilang gue lebay. Tapi jujur, gue memang lagi galau sekarang. Kata-kata Jasper tadi pagi cukup menusuk. Sampe sekarang, kata-katanya masih terngiang di kepala gue.
Gue mengganggu, ya?
Ck! Emang mengganggu apanya, sih? Gue 'kan manager dia! Gratis pula! Kenapa dia tega banget ngomong gitu, sih? Dasar gak punya hati!
"Stop it, Ne. Lo kenapa, sih?" Ternyata, daritadi gue hentak-hentakin kaki gue di mobil. Gue menghela napas, "Gak apa-apa, Kak."
"Udah berapa belas tahun kita hidup bersama, hm? Lo tuh gak pinter bohong, dek."
Gue menoleh ke kanan, menatap Kak Iyon yang masih fokus dengan jalanan. "Gue belom bisa cerita,"
Tiba-tiba mesin mobil mati, Kak Iyon sedikit memiringkan tubuhnya menghadap gue. Gue mengerutkan dahi bingung.
"Yaudah, kalo belom mau cerita. Sekarang, lo turun."
Jadi, Kak Iyon mau turunin gue disini karena gue gak mau cerita? Dasar, kakak kurang ajar!
"Gak mau!"
"Kok, gak mau?"
Gue menatap Kak Iyon kesal, "Kak, gue belom mau cerita. Nanti juga ada saatnya kok, gue cerita. Jangan ngancem pake cara kekanakan gini, deh!"
Gue bersedekap sambil kembali membuang muka ke arah jendela. Mending gue liat pemandangan, daripada liat muka Kak Iyon yang ngeselin! Pokoknya, gue gak mau turun!
Eh, bentar. Kayaknya, gue tau ini dimana. "Ini kan, sekolahannya Abel."
"Makanya, fokus! Bengong mulu, sih. Cepet turun, Abel pasti udah nungguin."
Gue langsung keluar dari mobil tanpa menoleh ke arah Kak Iyon. Sumpah, gue malu!
-----
Sesampainya di rumah, gue langsung masuk ke kamar tanpa melepas sepatu. Dari tadi pagi, saat inilah yang gue tunggu-tunggu.
Gue menatap kamar gue yang penuh dengan poster-poster Jasper di setiap sisi dindingnya.
"Kali ini, gue serius bakalan berhenti." Dengan ragu-ragu, gue mendekati poster terbesar di kamar gue. Poster yang biasanya selalu gue puja-puja, pagi, siang, malam.
Dengan ganas, gue merobek poster itu, disusul dengan merobek poster-poster lainnya. Gue yakin, gue gak akan nyesel setelah ini.
"Awas aja ya, lo! Dasar belagu!" Entah kenapa, kalimat yang baru saja keluar dari mulut gue itu seperti mantra. Gue makin semangat melepas poster-poster Jasper dari dinding, setelah mengatakan kalimat tersebut.
Okay, tinggal melepas beberapa poster yang letaknya lumayan tinggi. Gue langsung lompat ke atas ranjang, masih dengan sepatu gue. Kayak orang kesetanan, gue mencabut poster-poster Jasper yang masih tersisa.
Dan, see? Sekarang semuanya tercopot. Yah, walaupun masih banyak sisa-sisa kertas yang tertempel di dinding, tapi yang penting muka 'si songong' itu udah gak terpajang lagi di kamar gue!
"Eine! Lepas sepatu kamu!"
Gue nyengir ke arah Bunda, yang entah sejak kapan sudah ada di ambang pintu kamar gue.
Bunda segera masuk ke kamar gue, dan ikut naik ke atas ranjang --tanpa alas kaki, ofc-- Bunda menjewer telinga kiri gue, dan menyeret gue turun dari ranjang.
"Ampun, Bun. Ampun!"
"Lepas sepatu kamu!"
"Iya, ini juga mau di lepas. Bunda lepasin dulu, dong jewerannya!"
Bunda melepas jewerannya dari telinga gue, dan meninggalkan gue. Sesampainya di dekat pintu, Bunda kembali menoleh ke belakang. "Abis itu, langsung mandi! Bau ketek," Gue cuma mencibir dan langsung melepas sepatu. Daripada Bunda ngomel lagi, 'kan?
Baru aja gue mau ke kamar mandi, ponsel gue di atas meja bergetar. Dengan malas, gue mendekati meja yang tepat berada di samping kanan ranjang gue dan mengambil ponsel gue.
Babyku Jasper's calling...
Yaelah, gue lagi mau move on nih. Masa lo malah nelpon, sih?
"Halo," kata gue, setelah memencet tombol hijau di ponsel gue.
"Ke apartemen gue sekarang, ya. Orangtua gue mau dateng nanti malem."
Deg deg deg.
Orangtua Jasper mau dateng nanti malem, dan gue di suruh ke apartenen Jasper?
"Lo mau ngenalin gue ke orangtua lo?" tanya gue tak percaya.
Terdengar kalau di sebrang sana Jasper berdecak, "Gue nyuruh lo kesini buat bersihin rumah gue, bego'. Udah sini cepet."
Tut tut tut.
Sialan!
Duh, Eine lo kenapa masih berharap aja, sih?
"Okay, Jasper. Berhubung gue gak punya uang 35 juta, jadi gue ikutin permainan lo."
Gue langsung keluar dari kamar, tanpa ganti baju apalagi mandi. Sesampainya di anak tangga terakhir, gue berpapasan dengan Bunda yang mau naik ke lantai atas. Bunda berbalik dan menatap gue heran. Gue bales menatap Bunda bingung. Jelas bingung, Bunda kenapa liatin gue gitu banget, sih?
"Kamu udah mandi?" tanya Bunda akhirnya. Gue menggeleng sambil nyengir kuda.
"Mau kemana?"
"Ng-- anu, ada yang mau diambil di rumah temen, Bun." Bunda mengangguk dengan mulutnya yang membentuk 'o'.
"Hati-hati." Gue mengangguk dan menyalimi tangan Bunda, sebelum akhirnya pergi ke apartemen Jasper dengan angkot.
-----
Dan, disinilah gue sekarang. Bersihin meja yang berada di ruang tengah apartemen Jasper, ditemani dengan si pemilik apartemen yang lagi nonton TV.
"Ck, gaya duduknya aja belagu banget." cibir gue dengan suara sekecil mungkin. Semoga dia gak dengar.
"Gue denger," Shit. gak terkabul.
"Whatever." jawab gue dengan (sok) cuek.
"Eine," Gue menoleh ketika mendengar Jasper memanggil nama gue. Gue menaikkan kedua alis gue, seolah bertanya 'apa?'
Jasper menepuk-nepuk sofa yang ia duduki, memberi kode ke gue untuk segera duduk di sampingnya. Dengan malas, gue menghampirinya dan duduk tepat di sebelahnya.
"Eine, tatap mata gue." perintah Jasper, sambil menggenggam tangan gue.
"Kenapa?" Tanya gue sambil menatap mata Jasper. Jujur, gue cukup gugup saat ini. Dengan jarak sedekat ini, Jasper megang tangan gue dan kami saling bertatap-tatapan.
Deg deg.
"Eine,"
"I-iya?"
"Jari-jari lo mungil banget, ya."
"Eh?"
Jasper tersenyum. Eh, salah. Lebih tepatnya, menyeringai. "Pijitin kaki gue dong."
-----
30 Desember 2014
![](https://img.wattpad.com/cover/22352813-288-k71862.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jasper!
AlteleJasper emang kelihatan baik banget kalo lagi di layar kaca. Tapi apa di dunia nyata juga begitu? Jawabannya, enggak. Mungkin ini yang orang-orang sebut dengan 'Serigala Berbulu Domba'