Kringgg
Suara dering ponsel menggelegar ke seluruh penjuru ruangan membuat seseorang menyernyit. William segera membuka kedua matanya, dengan malas dia bangkit duduk dan mengambil ponselnya yang berada di dalam sakunya.
"Halo," ucap William datar. "Melupakan sesuatu?" Jawab seorang pria membuat William dilanda kebingungan.
"Maksudnya? Mungkin anda salah orang," ucap William. "Hahaha! Aku tidak salah William.. Aku berbicara tentang undangan makan malamku," balas pria itu membuat William teringat akan isi surat yang ia terima secara tak resmi itu.
"Oh itu.. Maaf sepertinya aku ga bisa datang," ucap William. "Benarkah? Padahal ada wanita spesial di sini," ucap Jack yang sama sekali tidak membuat William tertarik.
"Bicaralah!" Perintah pria itu. Sherley terus menutup mulutnya, dia tak mau membuat William khawatir dan akhirnya datang ke tempat berbahaya itu.
"Dasar kau bodoh!" Bentak Jack dengan penuh emosi. Dengan kasar tangannya menampar pipi Sherley dengan keras untuk kesekian kalinya. Sherley meringis, ia yakin sudut bibirnya sudah mengeluarkan cairan kental itu. Namun ia berusaha untuk tidak mengeluarkan suara sedikitpun.
"Masih tidak mau bicara?" Tanya Jack seolah merupakan peringatan terakhir untuk Sherley. Sherley tetap tidak bergeming, lebih baik ia menderita daripada harus melihat pria itu menderita.
"Baiklah kalau itu keinginanmu," ucap Jack sambil mengambil sebuah sabuk dari meja di dekatnya. Dia segera mencambuk tubuh Sherley membuat wanita itu berteriak kesakitan.
William terkesiap mendengar suara itu. Suara yang familiar baginya namun ia tidak dapat mengingatnya.
Pakkkk
Jack kembali mencambuk tubuh Sherley meninggalkan luka memerah pada lengannya. Sherley menggigit bibirnya berusaha untuk tidak menunjukkan rasa sakitnya. Namun ia tak dapat mencegah air mata yang turun dari pelupuk matanya dan isakkan yang tanpa ijin keluar dari mulutnya. Penderitaannya terlalu berat sampai-sampai ia tidak dapat lagi memikirkan hari esok.
William mematung. Kini dia sadar. Dia menyadari siapa orang itu, siapa wanita yang berteriak kesakitan itu. Ia tahu darimana isakkan menyayat hati itu berasal. "Datanglah William kalau kau tidak mau wanitamu ini mati di tanganku," ucap Jack dengan seringai kejamnya.
"Aku akan datang! Jangan lukai dia!" Bentak William dengan emosi yang meluap-luap dalam hatinya. "Enggak William.. Jangan ke sini, kau akan terluka.. Aku mohon jangan ke sini," ucap Sherley lemas berharap William bisa mendengar suaranya.
William segera mematikan teleponnya, tak mempedulikan permohonan Sherley tadi. Dia tidak mungkin membiarkan wanita itu terluka, walaupun selama ini ia selalu melukainya. William menghempaskan selimut yang menutupi tubuhnya dan melangkah menuju pintu, namun pintu itu terkunci. Dengan kesal ia memukul pintu itu.
"Pelayan!! Bukakan pintunya!" Teriak William geram. "Maafkan aku, William.. Aku tidak bisa membiarkanmu terluka," batin Mark sambil menghela napas sedih.
"Buka pintunya!" Teriak William kali ini lebih keras. Mark melangkah menjauhi kamar pria itu, berharap dengan begitu William tidak akan terluka. Ia tahu niat pria itu baik, tapi tetap saja ia tak akan membiarkan pria itu terluka walaupun hanya sehelai rambut saja.
William mengeram kesal. "Sial! Bagaimana caranya keluar dari tempat ini?!" Umpat William sambil berjalan gelisah. Tangannya bergetar, firasat-firasat buruk mulai menghantuinya.
*****
"5 menit lagi Sherley.. 5 menit lagi semua akan berakhir," ucap Jack sambil menghisap rokok yang ada di tangannya. Sherley terdiam tak mau menatap pria itu. Baginya pria itu adalah pria terjahat di muka bumi ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Teacher In LOVE [COMPLETED]
Любовные романыSeperti fisika dan matematika yang selalu berkaitan dan tidak pernah terpisahkan, aku dan kamu juga akan selalu bersama selamanya. #59 in Romance : 6 Nov 2016