"Apa kamu sudah siap?" Tanya William. "Tentu saja William! Kenapa kau masih harus bertanya?" dengus Sherley kesal.
William tertawa mendengar nada kesal Sherley. "Hei! Jangan menertawakanku!" Gerutu Sherley sambil melipat kedua tangannya.
"Suatu saat nanti kau akan merindukan suara tawaku, Sherley," ucap William sambil tersenyum. "Tidak akan William," balas Sherley dengan yakin.
"Kau akan merindukan wajahku, suaraku, bahkan pelukanku," lanjut William yang entah mengapa membuat otak Sherley memutar segala kenangan mereka. Lebih tepatnya kenangan buruk mereka. Bagaimana tidak buruk, mereka selalu saja adu mulut dan tidak mau mengalah satu sama lain.
"In your dream, William!" Jawab Sherley kembali membuat William tertawa. "Berani bertaruh?" Tantang William.
"Siapa takut!" Timpal Sherley dengan berani. "Baiklah.. Kalau ucapanku salah, apa yang kau inginkan?" Tanya William membuat Sherley berpikir keras.
"Aku ingin kau bernyanyi sambil menari di depan umum," jawab Sherley sambil tersenyum. "Itu gila Sherley!" Dengus William.
Sherley mengangkat kedua bahunya. "Aku menginginkan itu," balas Sherley tanpa nada penyesalan sedikitpun.
"Baiklah.. Tapi jika ucapanku benar..." ucap William sambil menggantungkan kalimatnya. "Kau benar-benar menyebalkan William! Tak bisakah kau tidak menggantungkan kalimatmu seperti itu?" gerutu Sherley.
"Kau akan jadi milikku selamanya, kau tidak boleh pergi dariku," lanjut William membuat Sherley terdiam. "Itu tidak akan terjadi William," jawab Sherley yakin.
Tak ada jawaban apapun dari William. "William?" Tanya Sherley penasaran. Tak lama ia merasakan sentuhan pada pinggangnya, pria itu merapatkan tubuh Sherley padanya. Jantung Sherley memompa dengan cepat.
"Eh.. Ka.. Kamu mau apa?" Tanya Sherley gugup. William memajukan wajahnya dan mencium bibir Sherley sekilas. Sherley yakin wajahnya sudah memerah saat ini.
"Tak bisakah kau membuka kain yang menutupi mataku dulu?" Tanya Sherley kesal. Lelaki itu membangunkannya pagi-pagi dan menghancurkan mimpi indahnya. Sherley dipaksa untuk bersiap dalam waktu 5 menit. Dan setelah selesai, pria itu menutup mata Sherley dengan sebuah kain hitam tak tembus pandang. Sungguh Sherley benar-benar kesal dibuatnya.
"Tentu," jawab William sambil melepaskan kain yang menghalangi pandangan Sherley.
Sherley terkesiap melihat pemandangan di hadapannya. Hamparan bunga berjejeran membentuk pola yang rapih. Dapat ia lihat berbagai jenis bunga dengan beraneka warna di sana. Dan itu sangat menakjubkan. Sherley sampai tidak sadar kalau mulutnya terbuka saat mengagumi bunga-bunga itu.
Cupp
William kembali mencium bibir wanita itu membuat Sherley terkesiap. "Kalau kau membuka bibirmu seperti itu terus, nanti lebah bisa masuk," ujar William dengan santainya.
"William! Kenapa kau selalu menyebalkan sih?!" Geram Sherley sambil memukul lengan William. Namun sepertinya pukulannya terlalu lemah karena bukannya merintih kesakitan, pria itu malah tertawa lepas.
"Karena aku menyukaimu," jawab William membuat wajah Sherley semakin memerah. "Pipimu semerah tomat Sherley," tawa William kembali meledak.
Sherley sudah melakukan ancang-ancang untuk menyerang pria itu. Namun William segera berlari menghindari pukulan yang tak segan-segan akan dilayangkan Sherley kepadanya. Sherley mengejar pria itu sambil tersenyum.
Beberapa orang yang berada di tempat itu tertawa melihat tingkah dua insan bertolak belakang itu. "Awas kau William! Kalau sampai aku menangkapmu, aku pastikan kau akan menyesal telah cari masalah dengan seorang Sherley!" Teriak Sherley sambil mempercepat larinya hingga dia saat ini hanya berjarak beberapa langkah dari William.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teacher In LOVE [COMPLETED]
RomanceSeperti fisika dan matematika yang selalu berkaitan dan tidak pernah terpisahkan, aku dan kamu juga akan selalu bersama selamanya. #59 in Romance : 6 Nov 2016