Hurt

40.5K 1.9K 19
                                    

Sherley berlari entah kemana, hatinya terasa hancur. Headset putih miliknya adalah pemberian dari mamanya sebelum wanita yang paling ia sayangi itu menghembuskan napas terakhirnya. Dan dengan kejamnya pria itu merusaknya, Sherley tidak habis pikir pria itu bisa bertindak sebegitu kejamnya.

"Sherley," panggil seseorang yang sama sekali tidak ditanggapi oleh Sherley, wanita itu terus berlari tak mempedulikan tubuhnya yang mulai limbung akibat air mata yang mengganggu penglihatannya.

Hingga tiba-tiba sebuah tangan menarik paksa wanita itu hingga Sherley mau tak mau harus berhenti.

"Ada apa Sherley?" Tanya pria itu sambil mengunci kedua pergelangan tangan Sherley sehingga wanita itu tak mampu lari lagi.

"Lepaskan aku Keyco!" Ucap Sherley sambil memalingkan wajahnya. "Melarikan diri bukan jalan terbaik dalam menyelesaikan masalah Sherley," ucap Keyco membuat Sherley berhenti berusaha pelepaskan diri.

"Guru itu kejam Keyco! Aku membencinya! Aku sangat membencinya!" Isak Sherley dengan air mata yang terus mengalir.

Keyco segera merengkuh wanita itu ke dalam pelukannya. "Apa kamu yakin kalau dia memang kejam? Mungkin dia hanya terbawa emosi Sherley, kau tahu orang bisa bertindak apa saja saat sedang emosi," ucap Keyco sambil mengusap punggung Sherley.

"Enggak Keyco! Dia adalah orang paling kejam yang pernah aku temui, dia menghancurkan barang berharga pemberian mamaku dan setelah itu dia malah menyalahkanku," ucap Sherley penuh amarah.

"Tidak baik menyimpan dendam Sherley, aku yakin mamamu tidak akan senang melihat kamu seperti ini," tutur Keyco.

"Terima kasih Keyco untuk nasehatmu.. Tapi sayangnya aku tidak akan bisa memaafkan pria itu, cukup headsetku saja yang hancur, aku tidak mau kehidupanku ikut hancur," ucap Sherley sambil menghapus air matanya.

"Aku harap kamu akan berubah pikiran Sherley.. Ya sudah, lebih baik kamu kembali ke kelas," ucap Keyco sambil mengacak-acak rambut Sherley.

Wanita itu melangkah gontai memasuki sebuah ruangan yang menjadi tujuan utamanya. Dia segera mengetuk pintu itu.

"Silahkan masuk!" Teriak orang dari dalam. Sherley segera menarik gagang pintu tersebut dan membukanya hingga menampilkan sebuah ruangan bernuansa cokelat dengan berbagai rak buku yang menghiasinya.

"Selamat pagi pak," sapa Sherley sopan sambil melangkah mendekati meja dimana seorang pria paruh baya sedang duduk sambil membaca sebuah buku tebal.

"Oh Sherley, apa kabar? Silahkan duduk," ucap pria itu dengan ramahnya. "Maaf Mr. Mark, aku hanya ingin membicarakan sesuatu," ucap Sherley sedikit takut.

"Jangan takut nak, bicaralah," balas Mark dengan tenang membuat Sherley semakin yakin untuk mengatakan hal ini.

"Aku mohon ijinkan aku untuk kembali ke ruanganku," ucap Sherley sambil menunduk. "Ada apa Sherley? Apa Mr. William melakukan sesuatu kepadamu?" Tanya Mark penasaran.

"Tidak ada Mr. Mark, aku hanya kurang nyaman bersama dengan pria itu.. Lagipula kami tetap dapat bekerja sama dengan baik dalam kelas olimpiade tanpa harus bekerja seruangan," jawab Sherley membuat Mark menghela napas gusar.

"Apa anda yakin dengan keputusan anda ini?" Tanya Mark. "Tentu Mr. Mark, aku merasa lebih nyaman berada di ruang guru," jawab Sherley.

"Baiklah.. Aku akan memberikanmu ijin besok, aku harus membicarakan ini pada bidang kurikulum," ucap Mark yang langsung Sherley setujui.

"Terima kasih Mr. Mark atas bantuannya," ucap Sherley sambil menjabat tangan Mark dan melangkah keluar dari ruangan itu.

"Huh apa yang kau lakukan William hingga bisa membuat gadis seceria Sherley menjadi murung seperti itu?" Gerutu Mark sambil memijat pelipisnya.

Teacher In LOVE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang