Sherley sedang duduk di kursi rodanya sambil menatap pria yang saat ini sedang membantunya membenahi barang-barangnya. Luka pada punggungnya belum pulih sepenuhnya, dokter melarangnya untuk bekerja terlalu keras sampai kondisinya benar-benar pulih. "Semua sudah siap," ujar Darvin sambil tersenyum puas. Sherley tersenyum membalas pria itu.
"Pergi sekarang?" Tanyanya. Sherley menghela napas lalu mengangguk. Darvin berlutut di hadapan Sherley. "Ada apa sayang?" Tanyanya lembut.
Sherley menggeleng lemah. Dia tidak tahu mengapa ia segusar ini, mungkin karena ia akan pergi dari Indonesia sebentar lagi. "Aku baik-baik saja, Darvin," balas Sherley.
"Baguslah.. Ayo kita berangkat," ujar Darvin dengan penuh semangat. "Tapi bolehkan aku minta tolong sesuatu?" Tanya Sherley dengan tatapan memohon.
"Tentu.. Apa yang kamu inginkan?" Tanya Darvin lembut. "Tolong, kabari pak Mark, sepertinya ia ada di rumah sakit ini.. Dia adalah teman papaku, aku rasa dia perlu mengetahui tentang kepergianku," ucap Sherley membuat Darvin terdiam sejenak.
"Baiklah.. Kita akan pergi bersama," jawab Darvin. "Tidak Darvin.. Aku tidak bisa bertemu dengannya, bawa saja aku ke taman.. Aku akan menunggumu di sana," tolak Sherley.
"Baiklah, aku akan melakukannya tuan putri," ujar Darvin sambil mengelus pipi Sherley. Sherley tersenyum sebagai ungkapan terima kasihnya. Darvin segera mendorong kursi roda Sherley menuju taman.
"Aku akan pergi ke Pak Mark, jangan kemana-mana ya?" Tanya Darvin. Sherley mengangguk mantap. Darvin segera melangkahkan kakinya meninggalkan Sherley sendiri di taman itu.
Setelah Darvin sepenuhnya menghilang dari pandangan Sherley, wanita itu segera mengeluarkan secarik kertas yang sudah ia lipat sekecil mungkin. Dia melemparkannya di bawah bangku taman berharap pria itu menemukannya. Ia tahu ini salah, tapi ia tidak bisa memungkiri fakta bahwa dia tidak bisa berjauhan dari pria itu. Ia bahkan belum terlalu mengingat tentang William, tapi jantungnya masih berdegup kencang untuk pria itu.
Sherley menghapus air matanya yang tanpa ijin turun. "Kau harus kuat, Sherley," ucap Sherley pada dirinya sendiri. "Semua akan baik-baik saja.. Kamu akan bahagia bersama Darvin," lanjutnya sambil memaksakan seulas senyum.
Menit demimenitpun berlalu, tapi Darvin belum juga kembali. Sherley menyandarkan kepalanya pada kursi rodanya, menikmati angin sepoi-sepoi yang menyentuh kulitnya dengan lembut. Tanpa sadar ia memejamkan matanya, semalam ia tidak dapat tidur dengan nyenyak. Bayang-bayang pria itu terus menghantuinya dan membuat ia merasa sesak. Dan akhirnya iapun tertidur.
Pria itu melangkah mendekati wanita yang sedang tertidur dengan damai itu. Ia tersenyum bahagia karna dapat menatap wajah itu lagi walaupun untuk yang terakhir kalinya. Tangannya mengelus rambut Sherley dengan penuh kelembutan.
"Aku tidak tahu harus berkata apa, Sherley.. Sungguh aku belum siap untuk kehilangan kamu," ujarnya lirih. "Aku sangat mencintaimu, aku akan sangat merindukanmu," lanjutnya sambil mengelus pipi Sherley.
"I love you, Miss Angela.. It makes me desperate, because I know that when it finally happened that someone will take you away and you have to leave, my love for you won't be enough to make you stay.. I'm so stupid to let you go, but I know I do it for you, because I want you to be happy, I want you to enjoy your life, and I want you to forget every pain that I've given to you.. I love you very much," ucap William dengan suara bergetar. Ia mati-matian berusaha menahan air matanya.
Ia mencium bibir Sherley sekilas dan segera pergi meninggalkan Sherley. "Selamat tinggal," ujar William sambil melangkah meninggalkan Sherley.
"Hei," ucap Darvin membangunkan Sherley dari tidurnya. Sherley menerjapkan matanya. "Maaf aku ketiduran," gumam Sherley sambil mengusap matanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Teacher In LOVE [COMPLETED]
RomanceSeperti fisika dan matematika yang selalu berkaitan dan tidak pernah terpisahkan, aku dan kamu juga akan selalu bersama selamanya. #59 in Romance : 6 Nov 2016