Chapter 12: Perpisahan yang Menyakitkan!

2.6K 326 24
                                    


"Aldrick, kita harus segera keluar dari sini!" ujarku kepada Aldrick yang berada tepat disebelahku. Saat ini kami berdua sedang bersembunyi diantara meja dan kursi yang ada di ruang kafetaria ini. Madam Laurie masih saja mengamuk. Ia terus melempar pisau dagingnya yang besar ke segala penjuru arah. Oh Shit! Kemana Darren? Kenapa aku sampai bisa lupa padanya? Aduh merepotkan sekali! Bagaimana kalau terjadi sesuatu padanya? Aku bisa dibunuh oleh Paman Rafael! Mati aku!

"Dia baik – baik saja! Selina yang akan mengurusnya!" jawab Aldrick dengan suara lirih. Ia dapat membaca isi pikiranku jadi aku tidak perlu repot mengatakan sesuatu padanya.

Seandainya saja orang – orang disekitarku memiliki kemampuan seperti Aldrick, maka aku tidak perlu bersusah payah mengutarakan isi hati dan pikiranku kepada orang – orang disekitarku. Salah satunya ayahku. Ia yang membawaku ke Paris untuk belajar mengenai dunia bisnis. Namun sejujurnya aku tidak tertarik sama sekali dengan hal – hal seperti ini. Tapi sebagai anak laki – laki yang berbakti pada orang tua, aku pun berusaha untuk mencoba menjajaki dunia bisnis seperti beliau.

Jujur saja, aku merasa ada ruang kosong di dalam diriku. Aku merasa hampa. Ini bukanlah hal yang aku mau. Untung saja Ayah mempercayakanku untuk mengelola La Chandelier, hotel unik yang memiliki sejarah kelam. Aku dapat mengerjai Darren dan juga bertemu dengan Aldrick. Hantu bijaksana yang selalu menasehatiku ini itu.

"Jangan melamun!" tegur Aldrick padaku. "Bagaimana jika kau kesurupan?"

"Siapa yang mau merasukiku?"tanyaku dengan nada menyepelekan. "Paling kau!"

"Jaga ucapanmu anak muda!" ujar Aldrick kesal. Ia mulai menatapku dengan tatapan matanya yang tajam sedangkan aku hanya menahan tawaku. Entah kenapa aku selalu merasa senang ketika dapat membuat Aldrick kesal.

Tiba – tiba Aldrick memicingkan kedua matanya,"Hey! Lihat itu!"

"Apa?" tanyaku pelan sambil mengikuti arah pandangannya.

"Itu pintu keluar kita."jawab Aldrick sambil menatap sebuah lift barang yang letaknya cukup jauh dari tempat kami bersembunyi.

"Jaraknya cukup jauh. Apalagi kita harus melewati sekitar 5 – 6 meja makan dan beberapa pilar." Ujarku pada Aldrick. "Jika kita tidak berhati – hati maka kita akan menjadi santapan nenek jelek itu!"

"Aku tidak mau tinggal di dalam perutnya yang besar itu." Aldrick bergidik ngeri.

"Apa yang terjadi jika kita berdua dimakan olehnya?" tanyaku penasaran. Bagaimana tidak penasaran, Aldrick yang menurutku mempunyai kekuatan yang cukup besar pun takut padanya.

"Kau akan hidup di sebuah kehampaan tanpa batas. Jiwamu tidak akan masuk ke surga maupun neraka dan yang terburuk, jiwamu akan menjadi bagian dari Madam Laurie."jawabnya serius disertai dengan tatapan mata tajam yang cukup membuatku bergidik ngeri. "Intinya kau akan mengalami hal yang lebih buruk daripada kematian."

"Dari mana ia mendapatkan kekuatan seperti itu?"tanyaku lagi. Aku penasaran apa yang dilakukannya semasa hidup sehingga ia dapat berubah bentuk menjadi mahluk semacam ini. Dosa apa yang dilakukan olehnya semasa hidup?

"Dia menggadaikan jiwanya pada iblis sama seperti Florien dan keluarganya sehingga jiwanya tidak diterima dimana pun.Tuhan mengutuknya dengan keabadian kekal di alam kematian sampai waktu yang tak dapat ditentukan."

"Itu mengerikan!"

Aldrick mengangguk pelan, lalu berkata,"Bagaimana kalo kita bahas nanti saja? Sekarang kita harus pergi dari tempat ini dulu."

Aku dan Aldrick pun mengendap – endap menuju lift barang yang letaknya cukup jauh dari tempat kami bersembunyi. Madam Laurie masih saja mengeluarkan suara teriakan histeris yang membuat sakit telinga. Sepertinya ia frustasi karena tidak dapat menemukan kami berdua. Aku dan Aldrick sudah sampai di meja yang letaknya hanya beberapa langkah dari lift barang tersebut.

"Erick! Pergilah! Aku akan melindungimu."bisik Aldrick padaku sambil mengacungkan pistol miliknya padaku.

Aku pun mengangguk. Lalu aku pun berdiri lalu berlari secepat kilat menuju lift barang tersebut. Madam Laurie kembali berteriak dengan kencang lalu mahluk itu berlari mengejarku. Ia menabrak semua kursi dan meja makan dengan sangat mudah sampai semuanya hancur dan terhempas ke segala arah. Suara desingan peluru terdengar diiringi oleh teriakan Madam Laurie yang kesakitan. Sepertinya peluru Aldrick berhasil menembus tubuhnya.

Tinggal sedikit lagi! Sebentar lagi aku akan sampai di depan pintu lift. Aku harus bergegas.

Aku terus berlari kencang tanpa mempedulikan apa pun. Aku berharap agar Aldrick baik – baik saja. Akhirnya aku sampai di depan pintu lift, lalu aku pun menekan tombol yang terdapat disebelah kiri lift tersebut. Tak lama kemudian, pintu lift terbuka. Aku pun bergegas memasukinya.

Saat itu aku melihat tubuh Aldrick yang terangkat ke udara. Madam Laurie berdiri tepat dihadapannya dengan mulut yang terbuka sangat lebar. Mahluk itu bersiap – siap menelan Aldrick.

"ALDRICCKKK!" teriakku.

Sial! Aku harus segera menyelamatkannya! Tapi terlambat! Pintu lift tertutup sangat cepat. Aku menekan semua tombol untuk membuka pintu lift tersebut, tapi sia – sia saja. Aku mengacak rambutku. Tubuhku luruh di lantai lift. Aku kehilangan salah seorang sahabatku tepat di depan mataku. Aku gagal melindunginya. Aku kecewa pada diriku sendiri.

"Aaaaaaarrrrgggghhhhhhh!!!!" teriakku frustasi.

Aku menatap langit – langit lift, semua memori masa laluku bersama Aldrick kembali berputar dikepalaku bagai film singkat. Teringat kembali kenangan saat aku pertama kali bertemu dengan Aldrick. Saat itu aku baru saja berusia 5 tahun, ayahku mengajakku liburan ke Paris. Tapi kami tidak sepenuhnya berlibur. Waktu itu ayah sedang memperluas jaringan perhotelan miliknya. Ia membeli sebuah gedung tua yang letaknya cukup strategis yaitu tepat di pusat kotaParis. Bangunan tua yang kumaksud itu adalah La Chandelier.

Dimata ayahku, bangunan yang berdiri tepat dihadapannya sekarang ini amatlah indah dengan empat pilar besar yang berdiri tegak tepat di pintu masuknya. Matanya terlihat berbinar – binar. Aku yakin saat ini ayah sedang membayangkan bagaimana kemegahan bangunan ini setelah direnovasi. Namun berbanding terbalik dengan apa yang kulihat. Bangunan ini sangat mengerikan karena dikelilingi oleh aura kegelapan yang sangat pekat.

Namun, tidak semua 'penghuni' tempat ini beraura negatif, salah satunya Aldrick. Ia mempunyai andil besar dalam mengajariku untuk mengendalikan kemampuan istimewaku ini. Bahkan ia mengajariku bagaimana cara menyegel Florien saat aku masih berusia 5 tahun.

"Maaf!" gumamku lirih.

Ditengah penyesalah yang tengah kurasakan, tiba – tiba pintu lift terbuka begitu saja. Aku mendongakan kepalaku yang tertunduk. Kini dihadapanku terdapat sebuah koridor gelap. Aku pun melangkah maju, lalu mencondongkan setengah tubuhku keluar. Tidak ada apa pun disana.

Aku pun kembali menekan tombol lift, tapi tombol – tombol tersebut seperti tidak berfungsi sama sekali. Ada yang tidak beres! Pikirku. Kenapa aku baru sadar jika semua hal yang ada disini itu tidak ada yang 'beres'?

Samar – samar aku mendengar bisikan lirih ditelingaku.

"Tolong..."

Tiba – tiba sebuah tangan pucat dengan kuku – kuku yang sangat panjang mencengkeram jaket kulit yang kupakai. Kejadian itu sangat cepat sehingga aku tak dapat memberikan perlawanan sedikit pun. Tenaganya cukup kuat sehingga tubuhku tertarik ke dalam kegelapan. Kegelapan abadi yang kekal. Apakah aku akan mati disini?

***

The Haunted Hotel of La ChandelierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang