Chapter 13: Dendam Julianne!

2.8K 342 34
                                    




Aku mengerjapkan kedua mataku, lalu membukanya perlahan. Aku sangat terkejut ketika mengetahui bahwa aku terbaring tepat di depan Menara Eiffel yang menjulang tinggi. Letak menara ini memang sangat dekat dengan La Chandelier. Tapi kenapa aku berada disini? Seharusnya aku berada di dalam lift menuju lantai 5 untuk bertemu dengan Selina dan juga Darren. Aku harus kembali ke La Chandelier. Waktuku tidak banyak! Jika aku gagal menyegel Florien, maka sia – sia saja pengorbanan Aldrick. Bukan hanya itu, Darren dan Marissa pun tidak akan kembali ke dunia manusia. Mereka akan kekal abadi di dalam dunia arwah. Tidak! Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi!

Aku pun berdiri dari tempatku terbaring. Kepalaku sakit! Sial! Kau harus kuat Erick! Kau tidak boleh lemah!

Hal pertama yang harus aku lakukan adalah menemukan mahluk sialan yang membawaku ke tempat ini. Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling tempat itu tapi yang kutemukan hanyalah para bangsawan dan para kaum elite yang tengah sibuk berjalan – jalan. Wanita – wanita Perancis zaman dulu yang masih mengenakan rok yang mengembang seperti balon dan korset yang membalut tubuh mereka yang kurus. Kulit mereka sangat pucat. Sepertinya aku berada di tahun 1900-an.

Bagaimana aku dapat mencari keberadaan mahluk itu ditengah kerumunan orang – orang ini?

Kupejamkan kedua mataku. Mencoba untuk berkonsentrasi dan fokus selama beberapa detik. Lalu aku pun membuka kedua mataku perlahan. Kosong! Tak ada seorang pun disini. Hanya aku dan sesosok wanita bergaun merah yang berdiri beberapa meter dihadapanku dengan payung yang juga berwarna merah. Ia berjalan menjauh dan aku berusaha mengejar sosoknya,

"Hei! Tunggu!"

Wanita itu berjalan sangat cepat. Ia membawaku masuk ke dalam lorong – lorong gelap yang kotor dan sangat sepi. Sesekali mahluk itu tertawa dan tawanya yang mengerikan menggema di lorong sempit yang gelap itu. Sial! Ia sedang mempermainkanku.

"Aku tidak punya waktu untuk bermain – main denganmu!" teriakku.

Tawa wanita itu menghilang dan semuanya menjadi sangat sunyi. Jantungku berdebar dengan kencang. Aku tahu jika mahluk itu sedang mengintaiku dan jika aku lengah sedikit saja maka aku akan mati. Sial! aku harus segera memancingnya keluar. Mungkin itu lebih baik daripada harus berada di situasi seperti ini.

"Keluar! Katakan apa maumu!" teriakku lagi.

Tubuhku tidak dapat digerakkan sama sekali. Kini mahluk itu berada tepat dibelakangku. Aku dapat merasakan jari – jemarinya yang berkuku tajam menyentuh pinggangku perlahan hingga membuat jantungku berdegup sangat kencang. Mahluk itu bernafas tepat ditengkukku dan membuat bulu kudukku meremang. Perlahan ia mendekatkan bibirnya ditelingaku sambil berbisik lirih, "Aku ingin kau mati!"

Aku pun berbalik untuk menatap mahluk itu, tapi aku tak dapat menemukan siapa pun dibelakangku. Kosong. Saat aku membalikkan tubuhku ke arah semula, seorang wanita bergaun merah tengah menatapku. Warna merah pada gaunnya berasal dari darah yang keluar akibat goresan luka mengerikan yang ada dilehernya. Rambutnya panjang berwarna pirang kecoklatan. Senyumnya sangat sinis dengan sorot mata kebencian.

"Aku benci dengan semua pria yang ada di dunia ini."ujarnya.

Wanita itu mengangkat tangan kanannya ke udara dan seketika itu tubuhku terangkat beberapa meter dari tempatku berpijak. Lalu ia menghempaskan tubuhku dengan sangat mudah bagai bulu angsa yang ringan hingga menghantam tembok bangunan dengan sangat keras. Semuanya gelap! Aku tak sadarkan diri.

***

Lagi – lagi aku terbangun dengan rasa sakit dikepalaku. Aku pun membuka kedua mataku perlahan. Dimana ini? Tempat ini sungguh sangat asing bagiku. Sebentar! Bukankah tadi aku berada disebuah gang yang dikelilingi oleh tembok – tembok bangunan? Kenapa sekarang aku berada di dalam sebuah kamar?

The Haunted Hotel of La ChandelierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang