Chapter 4: Si Gadis Patah Hati

3.5K 387 58
                                    


Aku berlari kencang menjauhi tempat terkutuk itu. Sial! Umpatku dalam hati. Mimpi apa aku tadi malam hingga aku bertemu dengan hantu mengerikan seperti itu. Nafasku mulai putus – putus. Aku sudah tak sanggup lagi berlari, lututku pun melemas. Sekilas terbersit rasa penyesalan karena aku selalu mengabaikan perkataan Paquito bahkan aku selalu mencibirnya dengan perkataan – perkataan yang cukup pedas.

Sialan! Aku masih dapat mendengar tawa Sherrin yang cukup mengerikan. Tanpa sadar aku menabrak tubuh seseorang hingga kami berdua sama – sama terjatuh di lantai. Tabrakan itu cukup keras hingga menimbulkan rasa nyeri ditubuhku. Aku memicingkan mataku untuk memperjelas penglihatanku. Sayangnya cahaya temaram yang memancar dari lampu LED tak membantu sama sekali. Aku hanya dapat melihat siluet seorang wanita yang jatuh terduduk dengan rambutnya yang tergerai panjang menutupi wajahnya hingga tak terlihat.

Jangan – jangan itu Sherrin! Tidak! Sepertinya bukan! Aku meyakinkan diriku bahwa yang ada dihadapanku bukanlah sosok Sherrin tapi tidak berhasil sama sekali. Jujur saja aku masih trauma dengan kejadian tadi. Aku tidak berani mendekati gadis itu sampai beberapa saat kemudian ia berteriak marah padaku, "ADA APA DENGANMU!!!"

"A... A... Apa kau manusia?" tanyaku tergagap. Mengapa pertanyaan bodoh ini yang keluar dari mulutku? Sial!

"Kau menabrakku hingga terpental dan bertanya apa aku manusia? Dimana sopan santunmu?!" teriak wanita padaku.

Aku menghela nafas lega. Biarlah ia marah padaku asalkan aku tahu jika dia benar – benar manusia sepertiku.

"Maafkan aku nona. Apa kau dapat berdiri?"

"APA KAU BERCANDA?" teriaknya lagi sambil menatapku tajam. "Gara – gara kau pergelangan kakiku terkilir!"

Aku pun memeriksa pergelangan kakinya yang sedikit membengkak.

"Kalau begitu aku akan membawamu ke ruang kesehatan hotel." Ujarku sambil berjalan kearahnya.

"Tidak! Tidak perlu!"tolak gadis itu. "Kebetulan aku menyewa ruang karaoke disini. Antarkan saja aku kesana!"

"Kalau begitu ijinkan saya menggendong anda Nona!"

Wanita itu hanya mengangguk pelan lalu berkata lirih padaku,"Bawa aku ke ruang karaoke no.13 yang letaknya diujung koridor."

Aku hanya mengangguk lalu berjalan menuju ruangan yang dimaksud olehnya. Tubuh wanita ini cukup ringan sehingga tidak menyulitkanku untuk menggendongnya. Wanita ini cukup cantik dengan matanya yang berwarna biru. Rambutnya kecoklatan dengan panjang sebahu. Kulitnya tidak terlalu pucat seperti orang Eropa pada umumnya. Kulit eksotik seperti orang Spanyol atau mungkin Meksiko.

Tak lama kemudian, kami telah berada di depan sebuah pintu berwarna hitam bernomor 13. Aku pun mendorong pintu tersebut dengan sebelah bahuku tanpa menurunkan gadis itu dari gendonganku hingga pintu tersebut terbuka.

Ruangan tersebut sangat luas dengan sofa panjang berwarna hitam. Dindingnya pun berlapis peredam suara hingga teriakanmu takkan terdengar sampai keluar. Dibeberapa sudut terdapat lampu sudut yang temaram. Di tengah ruangan tergantung sebuah bola disko berwarna silver yang berputar perlahan. Tepat dibawahnya ada sebuah meja panjang yang diatasnya terdapat makanan ringan, ember berisi es, sebotol brandy dan dua buah gelas.

Aku meletakkan gadis bermata biru itu diatas sofa. Tenang saja! Aku pria yang cukup sopan. Aku tidak akan memperlakukan wanita seenaknya kecuali ia yang memintanya langsung padaku.

Aku mengambil sebongkah es batu dari ember berisi es lalu menempelkannya ke pergelangan kaki gadis itu.

"Masih terasa sakit?" tanyaku. Aku dapat melihat kegugupan dari sorot mata gadis itu.

The Haunted Hotel of La ChandelierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang