Chapter 25: Panggil aku Marina! (1)

1.9K 258 22
                                    

Aku terbangun di sebuah gang yang sangat gelap dengan kondisi pakaianku yang basah kuyup. Kenapa aku bisa berada di tempat ini? Bukankah tadi aku bersama Aldrick di dalam lift di La Chandelier? Aku pun kembali teringat kejadian mengerikan dimana aku diseret oleh sesuatu yang menyebabkan aku tercebur kedalam kolam renang. Aku membelalakan mataku, apa aku sudah mati? Tidak! Tidak mungkin! Aku belum mati kan? Aku pun terisak. Perlahan air mata membanjiri kedua pipiku. Banyak hal yang masih ingin kulakukan tapi kenapa hidupku sangat singkat? Lalu apa yang sekarang harus aku lakukan?

"Aldrick." ucapku pelan. "Aku takut."

Aku tersentak ketika merasakan sebuah tangan dingin yang menyentuh pundakku. Aku menoleh dan melihat seorang wanita bergaun merah muda mendekatiku sambil tersenyum. Wanita itu sangat cantik dengan kedua pipinya yang merah merona. Ia menatapku dengan tatapan yang lembut.

"Kenapa kau bisa berada di tempat ini?" tanyanya dengan suara yang sangat lembut.

Aku masih sangat takut dan juga syok. Namun aku tidak tahu apakah aku dapat mempercayai wanita yang sekarang berdiri dihadapanku ini.

"Aku tahu jika kau takut. Tapi kau dapat mempercayaiku." ujarnya lagi sambil tersenyum.

Wanita bergaun merah muda itu mengulurkan tangannya kearahku. Entah mengapa ia membuatku merasa nyaman dan sepertinya aku dapat mempercayainya. Aku pun berdiri dan mengikutinya keluar dari tempat gelap itu menuju cahaya yang sangat terang.

Saat aku keluar dari tempat gelap itu, pakaianku telah berganti menjadi gaun seperti di Era Victoria. Gaun panjang berwarna biru langit dengan rok lebar seperti balon dan juga korset yang begitu sempit.

"Kau sangat cantik dengan gaun itu."puji wanita bergaun merah muda itu. "Kenalkan namaku Marina Von Wichester."

"Aku Renata."

Aku seperti berada di dalam sebuah film kolosal Eropa. Tidak ada mobil. Tidak ada motor. Hanya ada kereta kuda yang berlalu lalang.

"Ini tahun berapa?" tanyaku pada Marina yang berdiri disebelahku.

"Kau ada di Paris tahun 1745."

Aku terdiam. 1745-an apakah aku sedang melakukan time travel? Atau apakah ini adalah surga?

"Kau belum mati Renata! Jika itu yang ingin kau ketahui." ujar Marina seakan ia dapat membaca pikiranku.

"Tapi bagaimana bisa? Lalu bagaimana aku dapat kembali ke duniaku?"

"Aku akan mengantarmu. Kau cuma harus mengikutiku Renata."

Aku pun mengikuti langkah Marina tanpa bertanya sedikit pun padanya. Aku berusaha menampik segala prasangka buruk yang memenuhi kepalaku mengenai Marina. Karena hanya dia yang tahu dimana jalan keluar dari tempat ini. Kenyataan bahwa aku belum mati sedikit membuatku merasa lega. Yang harus aku lakukan sekarang adalah tenang dan tetap berpikir positif mengenai Marina. Tidak semua hantu itu jahat Renata! Ingat itu!

Tiba - tiba langkah Marina terhenti disebuah bar bernama Madam La Vie. Gadis bergaun merah muda itu langsung membuka pintu bar dan memasukinya. Aku pun mengikutinya. Bar tersebut sangat ramai. Banyak sekali pria - pria bangsawan, politikus dan orang - orang kalangan atas yang sedang bercengkerama. Ternyata alam kematian dan kehidupan hampir sama. Mungkin yang membedakan adalah manusia masih bernafas sedangkan mahluk halus tidak.

Dari kejauhan, aku melihat Marina mencium seorang pria berkemeja putih dengan sangat bernafsu. Lalu mereka berdua berjalan menuju lorong kecil yang mengarah ke kamar kecil. Aku pun mengikuti langkah mereka dan sekarang aku merasa seperti orang bodoh mesum yang sedang menunggui pasangan yang sedang bercinta. Suara desahan dan lenguhan Marina terdengar begitu nyaring dari balik pintu kamar mandi. Aku ingin pergi dari tempat itu, tapi aku takut jika hantu lain mengangguku. Apa boleh buat! Aku akan menunggunya.

10 menit pun berlalu, akhirnya pintu kamar mandi itu terbuka. Seorang pria tampan keluar sambil merapihkan pakaiannya yang berantakan. Lalu disusul oleh Marina yang tersenyum sambil menatapku.

"Maaf membuatmu menunggu!"

"Bisakah kau segera menunjukkan jalan keluar dari tempat ini?"

"Tentu saja! Tapi sebelum itu kau harus mengikutiku dulu."ujarnya sambil tersenyum.

Marina pun berjalan keluar dari lorong itu menuju sebuah meja kosong lalu duduk disana. Aku pun mengikutinya walaupun dengan terpaksa. Namun aku sadar bahwa hanya Marina yang tahu dimana jalan keluar dari tempat ini. Aku pun duduk dikursi yang ada dihadapan Marina.

"Pria yang tadi itu bernama Fransisco dos Santos Aveiro, anak seorang saudagar berlian yang berasal dari Brazil. Dia salah satu pelangganku."

"Pelanggan?"

"Aku adalah seorang pelacur dikalangan para orang kaya. Mereka memberikanku uang dan sebagai balasannya aku memuaskan mereka di atas ranjang. Kebanyakan dari mereka mengidap ejakulasi dini jadi aku tidak perlu bersusah payah untuk memuaskan mereka."

"Baguslah sehingga kau tidak membuang waktu lebih lama untuk pria - pria tua itu." cibirku pada Marina.

Marina tertawa mendengar cibiran pedasku.

"Kau mengingatkanku pada para biarawati yang sering sekali menganggapku sebagai seorang pendosa."

Perkataan Marina membuatku sedikit tersinggung. Apalagi saat ia menyamakanku dengan seorang biarawati. Baiklah, aku memang belum mempunyai kekasih. Namun hal itu bukanlah tanpa sebab. Aku lebih mementingkan karirku. Aku mandiri secara finansial. Aku mapan. Aku tidak bergantung pada pria mana pun. Hal inilah yang membuatku bangga pada diriku sendiri.

"Tidak semua orang seberuntung dirimu Renata!" ujar Marina padaku sambil beranjak dari kursi yang didudukinya.

Apa ia dapat membaca pikiranku?

Aku pun melangkah dengan tergesa - gesa untuk menyusul Marina yang berjalan dengan cepat menuju pintu keluar. Kali ini, kemana ia akan membawaku?

***

Kalian pengen Miss Whitby idup apa mati?


The Haunted Hotel of La ChandelierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang