Chapter 34 Cermin Terkutuk

103 15 9
                                    


(satu tahun kemudian)

"Renata! Sebenarnya apa yang terjadi padamu? Setelah ladies nite yang kita lakukan beberapa waktu yang lalu, kau seperti bukan kau yang kukenal." protes Sissy padaku untuk kesekian kalinya.

Jujur saja setelah malam itu, aku merasa ada beberapa hal yang menghilang dari diriku. Aku hanya ingat jika aku terbangun di sebelah Sissy di salah satu kamar di hotel ini. Selebihnya aku tidak ingat apa pun. Memikirkan hal ini membuatku frustasi.

"Renata! Fokus! Dua hari lagi kita akan mengadakan lelang barang antik disini. Banyak sekali yang perlu kau periksa. Apalagi yang akan hadir adalah kalangan atas."

"Sissy tenanglah! Jangan khawatir! Aku akan menanganinya."

Aku beranjak dari tempat dudukku lalu berjalan menuju pintu keluar ruanganku.

"Renata! Kau mau kemana?"

Aku tidak menjawab pertanyaan Sissy, aku terus berjalan pergi menjauhinya. Yang kubutuhkan saat ini adalah udara segar dan sedikit ketenangan agar aku dapat berpikir jernih.

Beberapa karyawan hotel yang berpapasan denganku menyapaku ramah. Aku hanya tersenyum singkat. Langkahku membawaku ke sebuah gazebo kecil yang letaknya berada tepat di dekat taman. Aku termenung menatap danau didepanku. Aliran airnya sangat tenang. Bunga - bunga bermekaran dengan indahnya. Semburat sinar matahari yang mengenai kulitku terasa sangat hangat. Musim semi di Paris seharusnya menjadi sangat sempurna untukku tapi tetap saja aku merasa hampa.

"Musim semi tahun ini sangat indah." ujar seorang pria yang entah sejak kapan telah berdiri disampingku. "Maaf karena aku mengganggu kesendirianmu."

Aku menoleh kearah pria itu. Pria itu lebih tinggi dariku. Rambutnya berwarna hitam legam. Ia tersenyum padaku sambil menatapku dengan tatapan matanya yang hangat. Kenapa aku merasa bahwa tatapan matanya sangat familiar? Kenapa aku merasa mengenal dirinya?

"Apa kita pernah bertemu?" tanyaku tanpa mengalihkan pandanganku padanya sedetik pun.

"Mungkin saja."jawabnya dengan nada penuh teka teki sehingga membuatku penasaran. "Aku tahu aku tampan jadi jangan memandangku dengan tatapan seperti itu. Jangan sampai kau jatuh cinta padaku."

Apa - apaan pria ini?! Kenapa dia menyebalkan sekali?!

"Aku sangat sibuk! Semoga kita tidak akan bertemu lagi." ujarku dengan nada sinis.

Aku pun berjalan menjauh dari pria asing norak itu. Aku tidak punya waktu meladeni pria iseng seperti dirinya. Pria asing itu menatap punggung Renata yang semakin menjauh darinya.

"Berbahagialah Renata! Terima kasih karena telah mengingatkanku tentang hangatnya rasa cinta."

***

Hari pelelangan barang antik yang diadakan di La Chandelier pun tiba. Para tamu undangan dari kalangan elit pun satu per satu memasuki ruang auditorium besar yang telah dipersiapkan oleh pihak hotel.

"Kalian harus bekerja dengan baik! Aku tidak ingin ada kesalahan sedikit pun! Semua harus sempurna!" ujarku pada seluruh staff hotel yang turut andil dalam acara besar ini. "Dimana Sissy? Kenapa aku belum melihatnya?"

Dari kejauhan aku melihat orang yang kucari. Sissy datang dari arah pintu bersama dengan seorang pria Asia yang kutemui di gazebo hotel beberapa hari yang lalu. Sebenarnya siapa pria itu? Kenapa Sissy bisa bersama dengan dirinya?

Aku pun berjalan menghampiri Sissy.

"Sissy, aku dari tadi mencarimu!"

"Maaf Renata. Aku menjemput salah satu tamu kehormatan kita. Kenalkan dia bernama Reign Bramastya, salah satu milyader dari Metropolis yang akan ikut dalam kegiatan lelang kita."

"Senang berjumpa denganmu Mr.Bramastya."

Pria tersenyum padaku lalu meminta ijin untuk duduk di kursi yang telah disiapkan.

"Dia sangat tampan Renata." bisik Sissy ditelingaku.

Acara lelang berjalan dengan lancar sampai pada akhirnya kami tiba di puncak acara.

"Untuk barang yang terakhir kami akan menawarkan sebuah cermin antik dari diperoleh dari kerajaan di salah satu negara di Asia. Cermin ini berusia lebih dari seribu tahun dan mempunyai banyak sejarah dibelakangnya." ujar Francis, si moderator lelang.

"Konon kabarnya, cermin ini dapat menghisap jiwa - jiwa manusia yang masih hidup. Yahh lumayan membuatku merinding!" ujarnya lagi hingga membuat para tamu tertawa lepas.

Tak lama kemudian, dua orang petugas hotel membawa cermin itu keatas panggung. Cermin berukuran dua meter berbingkai emas yang sangat indah. Beberapa tamu lelang berbisik - bisik antusias melihat keindahan cermin itu.

"Baiklah! Aku akan membuka harga lelang untuk cermin ini dari harga sepuluh ribu euro." (10.000 euro -/+ Rp165.000.000)

Seorang pria bernama Van den Hook mengangkat tangannya dan berkata, "lima puluh ribu Euro."

Lalu satu persatu mereka bersautan menawar cermin antik itu dan akhirnya harga lelang cermin itu jatuh di angka yang sangat fantastis yaitu satu juta Euro.

"Satu juta Euro oleh Marco Reindhaard. Apa masih ada yang akan menawar lagi?" teriak Francis sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Siapa tahu ada orang gila yang mau menawar cermin ini lebih dari satu juta euro. "Jika tidak ada yang menawarnya lagi maka aku akan mengakhiri penawaran ini."

Semua terdiam. Lalu terdengar tawaran yang cukup gila dari salah seorang tamu lelang.

"Tiga juta Euro."

Ruangan yang tadinya hening menjadi sangat riuh akibat tawaran gila tersebut. Tawaran tersebut berasal dari Reign Bramastya. Pengusaha dan milyader muda yang berasal dari Metropolis.

"Lima juta Euro." ujar Marco Reindhaard.

Reign terdiam. Namun ia tidak akan mengalah begitu saja.

"Enam juta Euro."

Marco terdiam cukup lama.

"Enam juta Euro, apakah ada yang mau memberikan tawaran lebih tinggi dari enam juta Euro?" tanya Francis dengan nada antusias. "Baiklah! Kalau begitu cermin indah ini akan jatuh ke tangan Mr. Reign Bram...."

"Tunggu!" teriak Marco. "Dua puluh juta Euro."

Suasana menjadi sangat hening. Reign terdiam dengan raut wajah yang tak dapat diartikan.

"Tidak ada lagi yang akan menawar cermin antik ini?" Francis mengedarkan pandangannya sekali lagi ke seluruh penjuru ruangan siapa tau ada orang yang cukup gila untuk membuat penawaran lebih dari dua puluh juta euro.

Lima menit berlalu. Tidak ada lagi tamu undangan yang memberikan penawaran lebih tinggi dari Mr.Reindhaard.

"Cermin indah ini akan diberikan kepada Mr. Reindhaard dengan penawaran dua puluh juta Euro." teriak Francis. "Selamat Mr. Reindhaard."


Marco Reindhaard tersenyum singkat. Lalu ia menoleh ke arah Reign dengan tatapan mata yang tak dapat diartikan.

***

The Haunted Hotel of La ChandelierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang