Chapter 18: Tamu Tak diundang 2

2.7K 304 42
                                    

"Berhentilah bermain – main!"

Bentakan mengerikan itu berasal dari sesosok mahluk berjubah hitam yang berdiri di sudut kamar. Aku langsung bergegas memakai pakaianku yang tergeletak di lantai.

"Kau sangat menyebalkan!" protesku.

Aku mengambil segelas champagne yang terletak diatas meja lalu menyesapnya perlahan.

"Dia sangat sexy." gumamku sambil memandangi tubuh telanjang Baron yang masih tertidur pulas diatas ranjang.

Sosok berjubah hitam itu hanya diam tanpa komentar sedikit pun. Sangat kaku, kuno, dan menyebalkan. Bahkan hingga detik ini aku belum tahu bagaimana wujud aslinya. Namun aku tidak berharap, mahluk itu memiliki wajah setampan Baron.

"Kita tidak punya waktu untuk bermain – main Mikayla!" ujarnya lagi dengan nada suaranya yang seperti menggeram.

Aku menarik napas panjang, lalu menghembuskannya kasar. Lalu aku menatap mahluk menyebalkan itu dengan sinis.

"Kau cerewet sekali!" protesku.

Aku pun langsung berjalan kearah ranjang, tempat dimana Baron tengah tertidur. Perlahan aku membuka laci meja yang berada tepat disebelah ranjang. Aku pun mengambil belati tajam, yang memang telah ku siapkan sebelumnya.

"Maafkan aku sayang!"bisikku ditelinga Baron sebelum aku menghujamkan belati itu tepat didada Baron. Pria tampan itu pun mati seketika dengan mata terbuka dan darah yang membanjiri sekujur tubuhnya. Sosok hitam itu mendekati tubuh Baron yang sudah tak bernyawa, lalu mengambil jantung Baron dengan paksa. Lalu menyodorkan jantung itu kepadaku dengan tangannya yang keriput dan keabuan.

"Bawa ini kepada Sang Kegelapan! Aku akan menyusulmu setelah menyingkirkan para pengganggu itu."

Aku tersenyum sambil menatap jantung Baron yang ada di dalam genggaman tanganku. Sebelum asap hitam pekat menelanku dan membawaku ke dalam kegelapan abadi, aku kembali berbisik pada tubuh tak bernyawa Baron,"Setelah ini, kau akan menjadi manusia yang baru."

Sosok berjubah hitam itu merentangkan kedua tangannya dan dengan suara parau bergumam dengan bahasa kuno, "Silou temnoty svolávám všechny duchy plné nenávisti a pomsty, aby se objevily a pomstily je"

(baca: dengan kuasa kegelapan aku memanggil semua arwah yang penuh kebencian dan dendam untuk muncul dan membalaskan dendamnya)

Setelah ia mengucapkan mantra tersebut, angin berhembus sangat kencang. Tapi fenomena itu tak berlangsung lama. Semuanya berubah menjadi normal kembali seperti tidak terjadi apa – apa. Keadaan menjadi sangat tenang, dingin dan mencekam. Lebih mencekam dari biasanya.

"Kali ini akan kupastikan bahwa tidak ada yang dapat mengganggu kebangkitan Sang Kegelapan."

Sosok berjubah hitam itu pun menghilang sekejap mata.

***

"Miss Lynch sadarlah!"pekikku sambil berusaha melepas cekikan tangannya dari leher Damián. Aku dapat melihat wajah Damián yang memerah karena tidak dapat bernapas. Sedangkan Kisa, ia pingsan karena beberapa saat yang lalu, tubuhnya dihempaskan ke dinding oleh Marissa Lynch.

Tiba – tiba pintu kamar ini terbuka dengan sendirinya. Tepat di depan pintu itu berdiri seorang pria berpakaian hitam yang tersenyum kearahku. Amigos dios! Siapa lagi ini? Jangan bilang dia juga hantu seperti Aldric Barthelemy. Pria asing itu melangkah masuk dan dengan cepat ia menyentuh punggung Marissa Lynch dengan tangannya. Seketika itu tubuh gadis itu terjatuh ke lantai.

Damian terbatuk – batuk akibat cengkeraman tangan Marissa. Ia mengambil nafas sebanyak – banyaknya. Aku dapat melihat perasaan lega yang terpancar dari wajahnya.

"Kau baik – baik saja Damián?"

Damian hanya mengangguk singkat. Lalu mataku mengarah pada pria berbaju hitam yang tadi menolong kami.

"Terima kasih Monsieur!"

Pria itu hanya tersenyum, lalu ia menggendong Marissa dan meletakkannya diatas ranjang.

"Kalian harus mengikatnya! Jika tidak maka kejadian seperti tadi akan terulang kembali."

Aku dan damian langsung berjalan kearah ranjang dimana Marissa berbaring. Kami berdua pun mengikat kedua tangan dan kakinya menggunakan sprei agar kejadian mengerikan seperti tadi tidak terulang.

"Tolong bangunkan temanmu itu!" ujar pria asing tersebut sambil menunjuk kearah Kisa yang masih memejamkan kedua matanya.

Damian berjalan kearah Kisa. Ia pun menampar pria berkebangsaan Jepang itu dengan sangat keras hingga terbangun.

"Aku tahu jika kau hanya berpura – pura pingsan! Sialan!"protes Damián kesal.

Kisa menunduk tapi aku dapat melihat senyum licik yang disembunyikan olehnya. Lalu ia menatap Damián dan berkata, "Maaf Damián! Bukan aku tidak ingin menolongmu! Tapi..."

Sebelum Kisa menyelesaikan perkataannya, pria asing berbaju hitam yang menolong kami berdehem sangat keras. Hingga akhirnya perhatian kami tertuju padanya.

"Maaf Monsieur! Anda siapa ya?" tanyaku pada pria itu.

"Perkenalkan namaku Lao Feng!"

Belum sempat kami memperkenalkan diri, terdengar suara raungan yang sangat keras. Raungan suara mengerikan itu membuat bulu kudukku berdiri. Kisa dan Damian hanya terdiam dengan raut wajah yang ketakutan.

"Ini buruk!" gumam Lao Feng.

"Apanya yang buruk?" tanya Kisa pada pria berkepala botak itu.

"Malam ini akan menjadi malam yang sangat panjang. Aku harap kalian siap menghadapi 'kegilaan' ini."

"Kegilaan? Sebenarnya apa yang sedang terjadi?"Tanya Damian dengan penuh emosi.

"Bisakah kau menjelaskan ini dengan singkat?" tanya Kisa lagi.

Lao Feng menghela nafas panjang. Lalu mengeluarkan tiga lembar kertas berwarna kuning dan menyodorkannya padaku. Kertas itu bertuliskan tulisan Mandarin dengan tinta merah. Aku benar – benar tidak mengerti apa arti dari tulisan ini.

"Ini adalah jimat yang dapat melindungi kalian dari mahluk kegelapan!" jelas Lao Feng pada kami bertiga.

"Mahluk kegelapan?"cicit Kisa ketakutan. "Melihat Marissa Lynch kesurupan saja sudah menakutkan, apalagi jika harus melihat mahluk kegelapan."

"Ada seseorang yang telah membuka portal dimensi kegelapan."jelas lao Feng lagi. "Padahal portal tersebut telah lama tersegel."

"Logikanya jika portal tersebut terbuka, maka mahluk – mahluk yang terkurung di dalamnya juga akan keluar." Ujar Damian sambil menatap Lao Feng. "Monsieur, apakah kau dapat menutup portal tersebut?"

Lao Feng terdiam. Namun tatapan matanya mengarah pada Erick dan Darren yang tergeletak tak sadarkan diri diatas sofa. Lalu ia tersenyum, "Itu tergantung mereka."

"Lalu jika mereka tidak berhasil apa yang akan terjadi?" tanya Kisa dengan nada panik.

"Mati!"

***

The Haunted Hotel of La ChandelierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang