Chapter 9: Kamar Terkutuk (2)

3K 339 15
                                    

Sudah lama aku tidak menginjakkan kakiku ke gazebo ini. Terakhir kali aku berada disini saat aku bertemu dengan Aldric Barthelemy yang sengaja menembak kepalaku dengan pistolnya. Ah sudahlah! Lebih baik aku cepat membersihkan lensa kamera cctv yang memburam karena embun lalu kembali ke ruangan monitor dan bersantai bersama Miccah.

"Ehm..." Sebuah deheman lembut mengagetkannya hingga membuat tangga alumunium itu tersenggol dan jatuh.

Aku pun langsung berbalik dan menatap sosok Aldric yang sekarang tengah tersenyum dihadapanku..

"Hai Darren! Sudah lama tidak berjumpa denganmu."sapa Aldrick. Aku masih terdiam tak menjawab sapaannya. Lalu Aldrick memicingkan matanya dan menatapku tajam. Ngomong – ngomong lubang peluru dipelipisnya tidak terlihat sama sekali.

"Apa kau masih takut padaku?"tanyanya lagi padaku.

"Tidak! Aku tidak takut lagi padamu. Kata – kata Erick benar – benar menyadarkanku bahwa aku harus melihat semua hal dari sudut pandang yang berbeda tapi aku tidak akan membenarkan apa yang kau lakukan saat itu."jelasku padanya. "Apalagi kau membunuh banyak orang tak bersalah hanya karena emosi sesaatmu itu. Walaupun aku tahu jika masalah yang menimpamu pun dapat dikategorikan sebagai ketidakadilan."

"Aku menghargai kejujuranmu Darren."jawabnya sambil tersenyum. Aku kira ia akan marah dengan apa yang kukatakan. "Semua yang aku lakukan dimasa lalu memang salah dan sekarang yang tersisa hanyalah penyesalan. Sayangnya semua sudah terjadi dan sekarang aku harus menerima hukuman karena masa laluku."

Aku tersenyum mendengar penjelasan Aldrick.

"Ada satu hal yang ingin sekali aku tanyakan."tanyaku pada Aldrick.

"Apa itu?"tanyanya padaku. Ia terlihat begitu antusias.

"Kenapa saat itu kau menyanyikan lagu dari Bohemian Rhapsody?"tanyaku penasaran.

Aldrick tertawa lepas sebelum ia menjawab pertanyaan konyolku.

"Sebagian besar lirik lagu Bohemian Rhapsody itu mencerminkan seluruh kejadian kelam dalam hidupku. Oleh karena itu aku selalu menyanyikannya di tempat ini setiap malam. Lagi pula Freddy adalah kawanku di dunia sana. Dia pribadi yang cukup baik."jawabnya.

Jadi dia berteman dengan hantu sang vokalis. Baiklah! Itu cukup masuk akal.

"Darren! Ada hal penting yang harus aku sampaikan."ujarnya dengan mimik wajah yang serius. "Ini mengenai terbukanya kamar terkutuk itu."

"Kamar terkutuk?"tanyaku.

Aku pun teringat dengan cerita Paquito mengenai kamar terkutuk yang kemarin baru saja diceritakan oleh Paquito. Oh sial! Jangan – jangan ruangan itu adalah ruangan yang dikatakan oleh Erick.

"Darren dengarkan aku! Waktu kita tidak banyak."ujar Aldrick sambil memegang pundakku. Mata birunya menatapku tajam kemudian ia kembali berbicara padaku dengan sangat serius, "Kita harus menghentikan misi Florien sebelum tengah malam."

"Tapi bagaimana cara untuk menghentikannya?"tanyaku pada Aldrick namun pria itu telah menghilang begitu saja dari hadapanku. "Aku lupa jika aku sedang berbicara dengan hantu. Sial!"

Aku melihat jam yang melingkar dipergelangan tanganku. Jarum jam tepat menunjukkan pukul 18.00 petang. Masih ada sisa waktu enam jam untuk mencari cara agar aku dapat menghentikan mahluk terkutuk itu dan tentunya untuk menyelamatkan dunia. Tunggu dulu! Dimana letak kamar terkutuk itu? Kalau tidak salah Paquito pernah menceritakannya padaku tapi aku sama sekali tidak dapat mengingatnya. Sial!

Erick! Dia pasti dapat membantuku. Aku harus menghubunginya sekarang juga.

"Halo Erick! Kita harus bertemu. Sekarang!Ini mengenai Kamar terkutuk yang kau bicarakan beberapa hari yang lalu. "

The Haunted Hotel of La ChandelierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang