Chapter 29 : Kematian yang sia - sia

63 18 9
                                    


"Bagaimana rasanya mempunyai kekuatan iblis agung dalam dirimu?" desis Florien dengan suaranya yang terbata - bata karena cengkeraman tangan Erick yang semakin kencang di lehernya.

Florien terus menerus melemparkan pertanyaan dan pernyataan yang provokatif kepada Erick. Sedangkan Erick hanya diam saja sambil menahan rasa amarah yang bisa saja meledak berkali - kali lipat. Bael, iblis itu hanya diam tanpa melakukan apa pun. Ia seperti masa bodoh dengan kondisi Florien. Selina dan Lao Feng pun masih terdiam tanpa berbuat apa - apa, mereka sepertinya sedang menunggu momen yang tepat untuk kembali beraksi. Aku tidak tahu harus berbuat apa, jika aku bergerak sekarang apakah aku dapat menyelamatkan semua orang? Atau kah tindakanku akan membuat semuanya hancur berantakan? Namun jika aku diam saja seperti ini maka kami akan semakin lama di tempat ini.

Aku harus memilih salah satu dari pilihan - pilihan ini. Aku akan mendekati Bael dan menjauhkannya dari tempat Marissa terbaring. Lalu aku akan membawa Marissa pergi dari tempat ini. Semoga saja pilihanku tepat.

Aku pun bangkit dari tempatku lalu berlari menuju Bael. Tiba - tiba aku merasakan tubuhku melayang dan terlempar ke sebuah dinding batu. Sakit! Sudah pasti! Tulang punggungku sepertinya remuk dan ada beberapa tulang yang bergeser. Namun aku tidak menyerah, aku bangkit dan berlari kearah Bael yang sepertinya lengah dan tidak menyadari kegigihanku. Lalu dengan cepat aku menerjang tubuhnya dan melayangkan tinjuku ke wajahnya yang menjijikan. Seketika itu, sosok Bael menghilang bagai kepulan asap.

Apa aku berhasil melenyapkannya? Kemana dia pergi?

Aku mengedarkan pandanganku ke segala penjuru arah mencari keberadaan Bael. Namun hasilnya nihil. Ia tidak ada dimana pun. Sialan! Tanpa kusadari, aku merasakan seseorang berdiri tepat di belakangku. Ketika aku hendak berbalik, aku mendengar suara bisikan wanita yang lirih dan seperti sedang menahan rasa sakit.

"Jangan berba... lik!"

Tak terasa air mata meluncur deras dari kedua mataku. Suara itu milik Marissa. Saat aku berbalik, aku melihat Bael tengah menggenggam jantung manusia yang masih berdetak dan Marissa yang tersungkur dihadapannya. Aku berlutut dan merengkuh tubuh Marissa yang tak bernyawa.

"Kau tidak boleh mati! Kita akan keluar dari tempat ini bersama - sama." rintihku.

Namun tidak ada jawaban dari Marissa.

(Sementara itu di dunia nyata)

Paquito, Damien dan Kisa telah berhasil mengikat tubuh Marissa diatas tempat tidur dengan susah payah. Beberapa saat yang lalu, gadis itu mengamuk dan berusaha membunuh Kisa dengan cara mencekiknya.

"Aku lelah sekali!" ujar Kisa yang kini terbaring di lantai. "Kapan semua ini berakhir?"

"Kisaaaa... Kemarilah!"teriak Paquito histeris.

"Aku lelah!"

"Kisaaaa.... Miss Lynch tidak bergerak sama sekali!"

"Jangan bercanda!!!!" teriak Kisa.

Pria berkebangsaan Jepang itu langsung beranjak dari tempatnya berbaring lalu bergegas menuju kearah Paquito yang berdiri tepat disebelah ranjang MArissa. Ia menatap Marissa yang tak bergerak sama sekali. Pupil matanya membesar dan kosong. Seperti tidak ada kehidupan sama sekali.

"Dia sudah mati!" cicit Kisa pelan setelah mengecek nadi gadis itu.


The Haunted Hotel of La ChandelierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang