Chapter 32: Semua Pahlawan ditakdirkan menderita

48 13 1
                                    


"Erick, apa benar tidak apa - apa jika kami meninggalkanmu disini? Kau tidak ingin ikut pulang ke Metropolis bersama kami?" tanya ayah kepadaku.

Aku menggelengkan kepalaku sambil tersenyum singkat. Mana mungkin aku kembali ke Metropolis begitu saja setelah peristiwa itu. Pengorbanan Aldric, Selina, Marissa dan Kisa tidak boleh sia - sia. Aku harus mengirim kembali iblis - iblis itu ke tempat yang seharusnya.

"Sebenarnya apa yang terjadi padamu? Kau terlihat murung. Lebih murung dari biasanya." tanya Danisa, dia kakak perempuanku.

"Tidak ada apa - apa!" jawabku singkat. Aku tidak mungkin menjelaskan apa itu ruangan terkutuk dan keberadaan dunia lain padanya.

"Aku harap kau tidak berhubungan dengan hantu - hantu dan takhayul - takhayul itu. By the way, Ini abad 21 era digital tidak ada yang namanya hantu."

Aku hanya mendengus sebal. Andaikan aku tidak dianugerahi keistimewaan ini, mungkin hidupku akan menjadi sangat normal seperti orang kebanyakan.

"Sudah.. Sudah.. Kalian berdua ini gak bisa ya sehari aja gak berantem."ujar ibuku, wanita cantik bernama Lilly Alcander. "Erick, bunda titip Maya ya. Kamu harus jaga dia."

"Iya."jawabku sambil memeluknya sangat erat. "Aku pasti jaga Maya."

Seorang laki - laki berseragam pilot datang menghampiri kami. Dia adalah Matheo, pilot yang bertugas untuk mengendarai jet pribadi yang akan membawa ayah, ibu dan kakakku untuk kembali ke Metropolis.

"Tuan dan Nyonya Alcander, pesawat anda telah siap. Mari kita berangkat serangkat."

Ayahku tersenyum padanya sambil mengangguk.

"Ayo kita pulang ke Metropolis." ujarnya pada ibuku dan Danisa, kakak perempuanku.

Lalu ia memelukku dengan sangat erat dan berbisik padaku, "Ayah bangga punya anak lelaki sepertimu. Ayah yakin kau akan menjadi penerusku yang paling sukses."

Perkataan ayah padaku membuatku ingin menghentikan waktu. Aku tidak ingin momen ini cepat berlalu. Ayah melepaskan pelukanku. Aku pun berpamitan dengan ibu dan kakakku. Setelah itu mereka berjalan keluar dari ruang VIP bersama - sama dengan Matheo.

Aku menatap punggung mereka yang semakin menjauh. Entah kenapa aku tidak ingin mereka pergi ke Metropolis. Aku ingin sekali mereka berada disini bersamaku, tapi aku terlalu gengsi untuk mengatakannya. Setelah aku memperbaiki semua kesalahanku, aku berjanji akan segera menyusul mereka kembali ke Metropolis. Aku janji!

Setelah menatap kepergian mereka, aku pun berjalan menuju sebuah kaca jendela besar dimana disana aku dapat melihat pesawat - pesawat yang akan lepas landas. Termasuk pesawat yang akan digunakan oleh keluargaku. Pesawat jet pribadi bertuliskan The Alcander.

Tak beberapa lama, The Alcander lepas landas dan berhasil mengudara di angkasa. Langit hari ini sangat cerah dan terlihat begitu indah. Aku terdiam mematung saat melihat The Alcander meledak begitu saja. Tubuh pesawat itu terbakar di angkasa begitu saja. Tidak mungkin! Ayah! Ibu! Danisa!

Saat aku ingin berlari menuju landasan pesawat, semua orang disekitarku seperti membeku dan mematung tak bergerak sama sekali. Hening! Sunyi! Tidak ada suara apa pun. Aneh! Apa yang terjadi?

Dan aku pun tersadar, hanya diriku yang dapat bergerak normal. Aku mengedarkan pandangan ke sekelilingku. Aku melihat seorang wanita bergaun merah tersenyum padaku. Ia adalah wanita yang kutemui di Dunia Arwah. Wanita yang membebaskan Florien, Bael dan iblis berwujud ular putih besar dari dunia arwah.

Wanita itu berjalan dengan senyuman lebar diwajahnya sedangkan aku hanya menatapnya dengan tatapan mata tajam penuh dendam. Aku ingin membunuhnya saat ini juga.

Kini kami berhadapan secara langsung dengan jarak yang cukup dekat. Ia kembali tersenyum dan berkata,"Bagaimana rasanya kehilangan orang - orang yang kau cintai? Apa kau marah? Apa kau ingin membalas dendam padaku?"

Setelah ia mengatakan hal menyakitkan itu, ia tertawa dengan sangat keras. Aku semakin ingin membunuhnya. Aku pun melangkah maju dan berusaha untuk mencekiknya, tapi tiba - tiba tubuh wanita jalang itu menghilang begitu saja bagai kepulan asap.

Setelah wanita itu menghilang, semua kembali berjalan secara normal. Aku luruh dan meratapi kepergian kedua orang tuaku dan kakak perempuanku. Aku tidak peduli dengan orang - orang disekitarku yang memperhatikanku.

"Tuan Alcander! Anda harus ikut bersama saya." ujar seorang pria berjas hitam yang tiba - tiba menghampiriku. Aku pun bangkit dan mengikutinya menuju sebuah mobil limosin hitam yang telah terparkir tepat didepan lobby bandara.

***

3 chapter lagi kelar.... XD

Minta love nya ya guys XD

The Haunted Hotel of La ChandelierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang