Chapter 17: Tamu tak diundang (1)

2.5K 323 25
                                    

"Oh mon Dieu! (baca : YaTuhan !)" teriak Sicilia de la conchetta dari arah pintu ketikamelihatku memoles bibirku dengan lipstik merah favoritku. Lalu ia bergegasmasuk ke ruanganku. Menutup pintu dan duduk di sofa yang terletak tepatdihadapanku. "Mau berapa kali lagi kau memoles bibirmu itu?"

Aku hanyadiam, tak peduli dengan tegurannya. Sissy adalah salah salah satu bawahanku, lebih tepatnya dia adalah manager HRD di La Chandelier. Namun aku telah mengenalnya sejak kuliah di salah satu perguruan tinggi di Amerika. Pertemuan pertama kami adalah di salah satu apartemen di Manhattan. Tepatnya saat kami berdua terjebak di dalam lift selama satu jam sampai para security dan pegawai apartemen menyelamatkan kami berdua. Konyol !

Namun sejak itulah kami mulai berteman. Sissy tahu semua kebiasaan burukku begitu pun aku. Tidak ada rahasia diantara kami berdua. Setelah kami berdua lulus kuliah, Sissy kembali ke Paris dan bekerja di La Chandelier sedangkan aku menetap di Amerika dan bekerja disana selama dua tahun. Selama dua tahun itu kami tetap berhubungan baik walaupun terpisah benua. Saat general manager yang lama pensiun, Sissy menawariku untuk bekerja dihotel ini. Tentunya dengan iming – iming gaji yang lumayan tinggi dan posisi yang oke. Akhirnya aku pun menerima tawaran itu dan untungnya aku berhasil meyakinkan Mr. Alcander bahwa aku dapat menjadi general manager menggantikan Mr.Alfonso yang pensiun. Sissy pun tidak keberatan jika jabatanku lebih tinggi dari pada dirinya.

"Hey! Sebenarnya apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Sissy yang memecah lamunanku.

"Tidak ada!" jawabku singkat

"Jangan berbohong padaku Renata! Aku sudah mengenalmu sangat lama." Ujarnya sambil menatapku dengan kesal.

"Sudah berapa kali kau memoles bibirmu?"

Aku hanya mengedikan bahuku. Sissy tahu jika aku sedang gelisah, gugup, atau banyak pikiran maka aku akan memoles bibirku dengan lipstik berkali – kali. Memang aneh tapi hal ini membuat pikiranku kembali tenang.


"Oh Ayolah Renata!"ujarnya memohon. "Siapa yang berani – berani membuatmu kesa lsampai moodmu buruk seperti ini?"

Akukembali mendengus sebal.

"Siapa lagi kalo bukan si cecunguk sialan itu."jawabku ketus.

"Maksudmu Monsieur Alcander junior?"

"Please jangan sebut namanya! Itu membuatku muak."

"Ini Gila! Sangat gila." Sissy pun tertawa sangan keras. Lalu kembali melanjutkan perkataannya, "Aku tidak menyangka anak kecil seperti dia dapat membuatmu semarah ini Renata."

"Cecunguk itu membuatku memberi layanan dan promo gratis kepada seluruh pengunjung hotel di lantai 6. Kau tahu alasannya?"

Sissy menggelengkan kepalanya sambil menahan tawa. "Untuk menutup kamar terkutuk atau apalah itu."


Sissy kembali tertawa. Kini tawanya lebih keras memenuhi seluruh penjuru ruang kerjaku, untung saja semua staff ku sudah pulang dan hanya kami berdua yang ada disana.

"Puas?"tanyaku sebal. "Maafkan aku Renata tapi ini sungguh menggelikan. Dari sekian banyak alasan yang ada, kenapa dia sampai menggunakan alasan konyol dan tak masuk akal seperti itu."


"Kasihan sekali Anthony Alcander apalagi jika seluruh hartanya jatuh ketangan anak urakan seperti dirinya."

"Kan dari awal aku sudah mengatakannya padamu Renata, bahwa Erick itu adalah orang yang aneh, mempercayai takhayul dan mitos. Dan waktu itu kau tidak mengeluh sedikit pun kan? Malahan kau dengan percaya dirinya ingin mengajari Erick bagaimana cara menjadi pebisnis yang kompeten."

The Haunted Hotel of La ChandelierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang