Seminggu setelah hari dibebaskannya Hermione, Tidak banyak yang berubah, Hermione masih saja diam dan membeku didepan Draco, Lalu berubah menyenangkan didepan Harry, Ron atau Ginny. Entahlah, Kenyataan pahit kali ini melandanya lagi.
Kau pasti sudah tau bukan? Draco adalah Auror yang ditunjuk untuk menjaga Hermione sebagai hukuman dari dewan kementrian sihir. Oleh karena itu, ia terpaksa tinggal bersama di rumah keluarga Weasley.
Pagi ini, Hermione dipaksa bangun lebih awal untuk ikut berbelanja kebutuhan oleh Mrs.Weasley. Dan seperti biasanya, Auror penjaga harus selalu ikut, Kemanapun tahanan bersyarat itu pergi. Maka dari itu, Draco terpaksa mengikuti mereka dipagi-pagi buta.
"Ini daftarnya, Kau bisa mencari disebelah sana, Aku akan mencari disini." Mrs.Weasley tersenyum sebelum masuk kesalah satu toko di pasar ini.
Hermione melangkah perlahan memasuki gang tua itu. Beberapa pedagang menatapnya penuh harap. Hermione hanya memberi senyuman dan mencari toko-toko yang tepat untuk bahan makanan kali ini.
Hermione juga tau, Ia tidak berjalan sendirian, Dibelakangnya masih Setia mengikuti sang Auror gadungan itu. Kalau bukan karena persyaratan ini, Ia sudah menendang Draco ke kutub Selatan agar membeku disana dan mati sekalian.
Hermione masih sering meluapkan amarahnya kepada Harry. Terkadang ia kasihan dengan Harry yang terpaksa menahan luapan amarah Hermione. "Ehm, Kau kelewatan Tokonya Nona." Draco menyentuh pundak Hermione. Hermione menepuk dahinya dan kembali menatap kertas itu.
"Aduh kelewatan, Kan tokonya disana." Hermione berjalan memutar dan berbelok kanan menuju toko dengan papan nama bertuliskan 'Plant'
Draco tampak kesal, Ia yang memberitahu Hermione dan Hermione hanya bertingkah seolah ia mengingatnya tiba-tiba. Draco melepaskan penatnya diatas tangga tua itu. Ia menunggu Hermione selesai berbelanja. Namun, Angin membuat rasa kantuknya datang.
"."
"Lepaskan!"Draco menghempaskan nafas perlahan. Ia terbangun dan menyadari dirinya masih berada ditangga depan sebuah toko. Dengan tenaga sisa, Ia mencari Hermione yang rupanya sudah tidak ada di toko itu.
"Lepaskan kubilang!"
Draco mendelik, Ia mengenal suara itu. Sesegera mungkin ia berlari dari toko itu. Arah suara itu dari Gang sebelah. Setaunya itu tempat makanan laut. Pasti Mione disana untuk membeli Seafood dari daftar.
Ia berlari bagai angin. Tidak mungkin seorang Hermione berteriak jika tidak ada hal serius yang sedang ia alami.
Disana, Seorang perempuan menarik sekeranjang tas, dari tangan Pria Kekar. Ia terus berteriak dengan keras. Berharap seseorang datang dan menolongnya.
"Lepaskan kubilang, Kau bisa beli sendiri belanjaanmu disana." Hermione masih menarik tas itu, Namun, Pria itu nampak lebih kokoh. Ia meninju urat Nadi Hermione. Seketika itu, Ia langsung Oleng dan pingsan untuk waktu yang lama. Mungkin.
Namun, Matanya masih terbuka sedikit, Ketika ia melihat sekelebatan cahaya menyerang Pria kokoh dihadapannya itu.
"."
Mione, Sadarlah!Wanita itu mengerjapkan matanya berulang kali. Pria dihadapannya tersenyum lega. Wanita itu masih terpaku dengan Pria dihadapannya itu. Sampai, Ia menyadari satu hal.
"Kau mau bawa aku kemana!"
Wanita itu panik dan berusaha melepaskan pegangannya dari pundak Pria tersebut. "Aku akan Membawamu ke Gereja terdekat, Kita akan Menikah secepatnya."
Hermione melotot, Rasanya matanya akan keluar beberapa detik lagi. Namun, Alih-alih takut, Pria itu tertawa nyaring. Ia senang karena sudah membuat Wanita didalam gendongannya panik setengah mati.
"Tenanglah Mione, Aku hanya bergurau"
Hermione menarik nafasnya panjang, Ia membuang wajahnya kedalam dada Draco. Ia sangat Malu, Kau tau kenapa? Draco menggendongnya ditengah pasar, Dan berjalan seolah tidak ada siapa-siapa didepan, Belakang bahkan sampingnya. Seolah hanya ada mereka Berdua disana.
Hermione sibuk menekan dahinya, Pria kekar tadi sukses membuatnya pusing sekali. Keranjang belanjaan miliknya kini bertengger di pergelangan tangan Draco. Untunglah sebelum konflik itu, Ia sempat membeli semua keperluan sampai lengkap.
"Wanita ini berat sekali sih!"
"Apa!?"
"Uh--ehh-ituu---"
"Turunkan!"
"Eh, Tapi Mione kau--"
"Kubilang Turunkan!"
Dengan cepat Draco menurunkan Hermione dan menjauh beberapa meter dari wanita itu. Hermione berdiri tegak, Mulanya.
Ia berjalan Oleng, Mungkin pusingnya masih sangat terasa. Hermione berhenti ditengah jalan, Ia semakin oleh dan Jatuh kebelakang. Sebelum ia pingsan untuk kedua kalinya. Draco menangkapnya dan berkata "Kau memang keras kepala, aku suka itu"
"."
"Kau ini Auror macam apa sih? Masa menjaga Kucing liar saja tidak bisa!?" Harry tampak kesal ketika mendapati Hermione pulang dalam pelukan Draco. Ginny dan Mrs.Weasley sibuk membangunkan gadis itu. Namun matanya tak kunjung membuka.
Draco turut sibuk membangunkan Hermione. Ia juga merasa bersalah, Terlebih dia telah meninggalkan Hermione sendirian dipasar itu. Auror macam apa kau ini Drac?
Terdengar erangan kecil. Harry dan Draco kompak melirik kearah Wanita disofa itu. Rupanya Hermione sudah sadar. "Apa kau Baik-baik saja?" Harry tampak memberikan secangkir teh hangat dari meja. Hermione mengangguk perlahan dan menatap ruangan sekitar dengan bingung. "Harry, Siapa yang membawaku Pulang?"
Harry menunjuk seorang Draco, Draco hanya tersenyum kaku dan kembali sibuk dengan catatan belanja tadi. "Terimakasih"
Harry dan Draco bersamaan mendelik kaget. Baru kali ini, Hermione menganggap Draco ada. Harry membantu Hermione bangkit. Ia mengantar Mione pergi kekamarnya. Draco melepaskan Kertas Catatan itu.
"Yes…Yes…"
Hermione Pov…
"Terimakasih"Oh bodoh! Apa yang kau lakukan. Kenapa aku berterimakasih padanya?Sebaiknya aku kekamar sekarang. Sebelum, Semuanya menjadi Kacau.
"Mione, Apa ada yang kau inginkan lagi?" Aku menggeleng dan mengucapkan terimakasih atas bantuan Harry. Harry pergi dan membiarkanku sendiri dalam kamar ini.
Pusing itu sedikit hilang. Terimakasih kepada Auror yang tidak becus itu. Lagipula, Aku memang menganggapnya tak ada. Tapi setidaknya, Ia bisa kan tidak lupa dengan tugasnya untuk selalu bersama ku -eh
Maksudku Mengawalku.
Besok pasti akan ada banyak salju Dipekarangan rumah Weasley ini. Salju terlihat turun sangat banyak. Baguslah, Kufikir aku hanya bisa mendekam disini. Tapi ternyata tuhan masih baik, Aku masih diberikan Salju. Ya…Aku sangat suka Salju sejak kecil.
"Mione Tidur bareng malam ini, Please." Ginny datang dan mengintipku dari luar. Aku tertawa pelan lalu mengangguk. Ginny Pergi dan kembali datang dengan piyamanya. Akupun sama, Siap dengan piyamaku.
"Salju turun sangat banyak bukan? Siapkan sarung tanganmu. Kita akan Perang Bola salju besok."
"Really?"
"I'm Sure Hermione, Don't be Late For Tomorrow"
Aku tersenyum dan Memejamkan Mataku perlahan. Aku tidak sadar sudah pingsan begitu lama. Namun, Aku tetap lelah dengan kegiatan hari ini.
"Besok Hari Besar Mione"
Tbc...
I'm SorryUpdatenya Lambat Batt ya 😂
Aku sekolah Qaqa...
Doain aja aku gabanyak Pr ya Bep's DramioneLove You And Leave a Vomment's Please 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Dramione-Love Story [COMPLETED]
Fanfiction[Completed] Hermione J Granger. Draco L Malfoy. Mereka berdua dipertemukan oleh waktu,Waktu yang kadang baik dan kadang buruk.Hanya sekedar Love Story untuk mengingatkan kalian,Seberapa Besar Cinta Draco kepada Hermione. Read And Leave A Vomment...