Chapter 6 : Langit

7.2K 628 61
                                    

Mocca's PoV

Malam Halloween, kota Mejiktorn, istana kerajaan Mixolydian, tepatnya di salah satu balkon istana.

"Tentu saja, tapi jawaban itu sebenarnya kurang tepat, Mocca."

Aku mengernyitkan alis lantaran bingung oleh kata-kata Hallow. Secara tidak sengaja otakku berpikir keras untuk memahami maksudnya. Sekeras apapun berpikir, aku masih tak bisa memahami semua yang dia ucapkan.

"Jika jawaban itu kurang tepat, kenapa kau mengatakan jawaban yang menurutmu kurang tepat? Kau membuatku bingung," ucapku.

Hallow tersenyum manis yang menurutku tak jelas maksudnya, sedangkan aku yang melihatnya tak merespon ucapanku menatapnya malas. Aku tidak terlalu suka bermain-main, namun kata-katanya tadi masih membuatku penasaran.

Beberapa menit berlalu dan kami berdua hanya bergeming lantaran dia tetap diam tidak menjawab pertanyaanku sedang tersenyum tak jelas sambil menatap mataku. Aku menatapnya dengan tatapan aneh tak tahu maksud.

"Hallow!! Hei!" kataku sambil melambaikan tanganku di depan matanya.

Sepertinya dia sedang melamun. Dia tidak tampak sadar dengan lambaian tangan dan suaraku. Lantas aku menepuk sebelah pundaknya.

"HALLOW!!"

"HA-HAH?!"

Hallow tersentak, menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan layaknya orang yang lagi senam leher, lalu berhenti mengarahku.

Ternyata benar dia baru saja melamun. Tapi melamunnya sambil menatapku sambil senyum pula. Apa apaan itu. Melamun macam apa.

"Kenapa tiba-tiba melamun? Melamun apa menatapku, sih?? Kau sama sekali tidak mendengarkanku!" kataku dengan nada kesal.

"Maafkan aku. Bukannya aku tidak mau mendengarkanmu. Hanya saja, mata biru gelapmu tampak terang jika saat malam seperti ini. Mataku seakan melihat ada sepasang bintang yang bersinar dalam matamu. Ahh bukan, lebih tepatnya matamu mengingatkanku pada langit malam yang bertabur bintang. Seperti pada malam Halloween ini," jawab Hallow padaku, lalu mengalihkan diri ke depan memegang tiang balkon, menengadah ke atas langit. "Lihatlah di atas sana."

Aku yang masih bingung hanya mendengarkan seksama dan mengikuti apa yang Hallow suruh, ikut menengadah ke atas langit. Pada saat aku melihat langit malam, mataku membelalak karena tertegun sekaligus kaget.

Langit malam bertabur bintang seperti yang Hallow katakan. Tidak, menurutku bintang-bintang di atas langit sana berjumlah lebih dari sebanyak yang orang-orang hitungkan pada umumnya. Bintang-bintang kecil bertabur cantik dan bersinar seperti kristal-kristal kecil. Membayangkan mataku terlihat seperti langit malam berbintang, apa tidak terlalu bagus? Hallow ada-ada saja. Tidak ada mata bercorak seperti itu, terlalu indah.

"Pfff!"

Lama aku memandang langit, tiba-tiba saja ada hasrat aneh yang membuatku ingin tertawa kencang. Aku ingin sekali tertawa, tidak jelas tertawa untuk apa. Tidak pandai menahan tawa, maka aku berhenti menengadah dan tertawa lepas sambil memegang jidat. Tawa yang cukup terbilang keras dan panjang, seperti Hallow pernah menertawakanku sebelumnya. Kini giliranku yang menertawakannya.

"Hahahaha!!"

"Mocca?"

Dia menatapku heran sekaligus kebingungan melihatku tiba-tiba tertawa tak jelas. Ekspresi kebingungan Hallow itu malah semakin mengundangku untuk terus tertawa.

"Ke-kenapa kau tertawa? Mocca, apa yang kau tertawakan? Mocca, tolong jawab aku jangan tertawa terus! Mocca!"

Karena kasihan melihat Hallow terlihat panik karena tidak tahu apa yang sedang aku tertawakan, aku merendahkan hasrat tertawaku dan setelah benar-benar tidak tertawa lagi, aku menjawab pertanyaannya.

Mocca HallowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang