Chapter 44 : Hadiah

2.7K 255 11
                                    

Author's PoV

Jantung Mocca berdetak semakin kencang mendengar suara langkah kaki seseorang akan menghampirinya di balkon yang menjadi tempat melarikan dirinya yang terakhir. Jalan buntu. Habislah sudah.

Wush...

Angin tiba-tiba berhembus kencang. Bulu kuduk Mocca langsung merinding begitu saja. Rasa dingin angin siang memyambut tak diundang. Kenapa angin dingin menerpa di siang hari? Bukankah angin dingin selalu datang pada malam hari?

"Hai, Ratu Mocca!"

DEG!

Suara itu... Mocca tidak terlalu yakin, tapi dia merasa tak asing dengan suara yang menyahutnya. Suara laki-laki yang tidak ingin ia dengar di istana ini. Di mana pun.

Mocca membalikkan badan. Mendapati seorang lelaki berjubah hitam berdiri seimbang di tiang balkon. Sudah diduga, ia tidak salah menebak. Mata Mocca seketik menajam. Lelaki itu juga menatapnya tajam namun senyumannya tidak terlepas untuk sekedar menghormati orang yang lebih terhormat. Tapi, sebenarnya ia tidak terima, sih.

"Keinz."

Cukup satu nama itu disebutkan, suara Mocca terasa dingin dan tajam seperti tatapannya kepada lelaki berambut putih itu. Mocca kesal. Kenapa makhluk itu harus muncul di saat membahagiakan seperti ini?

"Senang bisa melihat Anda sehat, Ratu. Dan juga tetap cantik." Seramah apapun Keinz padanya, Mocca tidak mau membalasnya dengan ramah juga.

"Mau apa kau ke sini?" Langsung ke pertanyaan, Mocca ingin mengetahui apa yang diinginkan Keinz hingga jauh-jauh ke sini tanpa ketahuan oleh penjaga gerbang prajurit-prajurit untuk menggantikan Beethov dan Greethov yang sibuk mendekorasi ruang makan.

Keinz turun dari tiang balkon menghadap Mocca. Ia melangkah mendekati Mocca. Sedangkan Mocca mundur untuk menjaga jarak dari Keinz. Tapi tetap saja Keinz melangkah mendekatinya. Mocca sudah mengepalkan tangan, ingin meninju wajah Keinz. Namun, Keinz tahu apa yang akan Mocca lakukan. Keinz menangkis kepalan Mocca, membuat Mocca tak dapat melakukan perlawanan lagi. Mocca hanya diam menatap bengis vampir itu.

"Untuk membangkitkan Ratu Mona Ferlendian, kami perlu darah Anda, Ratu Mocca Mixolydian."

PLAK!

Refleks tangan Mocca menampar Keinz sampai pipi sebelah kanan Keinz menjadi merah. Tamparan yang cukup keras. Keinz terkesiap dengan perlawanan Mocca.

Mocca menyeringai.

"Kau ingin menyelamatkan Ratumu? Dan kau ke sini hanya meminta bantuanku melalui darahku? Kau pasti sudah tahu apa jawabanku, Keinz. Dia musuh Hallow. Itu berarti dia juga musuhku. Kau pun juga musuhku dan Hallow. Jadi, sebelum Hallow melihatmu dan melenyapkanmu, pergilah dengan damai. Jangan tampakkan wajahmu lagi padaku."

Keinz menatap kecewa.

"Tapi..."

"Perlukah aku katakan? Aku tidak mau darahku diambil untuk menyelamatkan nyawa Ratu Mona. Lagi pula dia sudah meninggal. Biarkan dia hidup di dunia yang berbeda. Jangan mengganggu ketenangannya di sana."

Keinz mengepalkan kedua tangannya. Menunduk menatap ke bawah lantai. Walaupun Ratu Mona telah meninggal, bagi vampir, nyawa yang sudah mati dengan raga yang masih baik masih dapat diselamatkan. Hanya satu modal saja agar itu bisa berhasil, yaitu darah Mocca.

Mocca terkejut melihat Keinz tiba-tiba berlutut di hadapannya. Ia membuang pandangan dari Keinz tidak mau memberikan kesempatan padanya. Jika saja Ratu Mona tidak pernah menyakitinya dan Hallow, sudah pasti Mocca mau menyelamatkan Ratu Mona. Tapi, Ratu Mona itu licik dan jahat. Kalau sudah mati, Mocca tidak ingin melihat perempuan itu hidup kembali.

Mocca HallowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang