Hallow's PoV
Kereta kuda istanaku berhenti tak terlalu jauh di depan rumah sederhana tetapi terlihat kokoh. Atap kerucut yang menjulang tinggi serta beberapa jendela yang salah satunya masih menyala dari dalam rumah tersebut.
Reo keluar dari kereta lebih dulu untuk mempersilahkan diriku keluar dari kereta. Aku pun turun dari kereta dan menyuruh pengendara kereta kudaku untuk memarkirkan kereta kuda ke tempat yang tidak terlalu bisa dilihat oleh orang lain. Walaupun kota ini sudah benar-benar sepi lantaran tengah malam menjadi waktu tidur semuanya, bisa saja ada yang sedang memperhatikan kami. Jadi, aku terus waspada.
"Reo, apa mereka sudah siap di tempat yang aku perintahkan?" tanyaku kepada Reo. Kami masih berada di depan rumah keluarga Lixadian.
"Mereka sudah siap, Yang Mulia. Tinggal menunggu perintah Anda yang selanjutnya," jawab Reo membungkuk hormat padaku.
"Bagus. Misi dimulai." Aku tersenyum tajam dan menyibak jubahku.
Kami melangkah tenang menuju rumah keluarga Lixadian. Sampainya di depan pintu rumah tersebut, Reo mengetukkan pintunya sebanyak 3 kali. 1 menit menunggu jawaban, akhirnya gagang pintu itu sedikit bergetar ditambah suara kunci pintu yang dimasukkan dan memutarnya sebanyak 2 kali.
"Siapa, ya?" Aku sedikit terkejut melihat orang yang membukakan pintu. Aku rasa ini adiknya Mocca. Rambut pirang serta manik mata nila itu tampak sama dengan milik Mocca. Hanya saja, dia laki-laki.
"Selamat malam. Apa ini rumah keluarga Lixadian?" tanyaku ramah dan hangat.
"Iya. Di sini tempat keluarga Lixadian. Ada yang bisa saya bantu? Ayah dan Ibu saya sedang tidur. Saya tidak ingin mengganggu tidur mereka," jawab anak itu disertai pertanyaan.
Aku tidak punya keluarga. Ayah, Ibu, serta adikku mengusirku dari rumah.
Apa adiknya juga menyiksa Mocca? Dari kata-kata yang aku ingat dari Mocca, sepertinya begitu. Berani sekali dia memperlakukan kasar kepada kakaknya sendiri. Untunglah, aku punya banyak rencana untuk membuat keluarga ini meriah.
"Kalau begitu, apa kau mengenal Mocca? Aku dengar, dia tinggal di sini," tanyaku lagi masih dengan senyum palsuku.
"Mocca? Siapa itu? Saya tak mengenal gadis yang bernama Mocca. Di keluarga Lixadian, saya menjadi anak pertama dan terakhir orang tua saya. Lagipula, siapa Anda? Apa yang ada di kepala Anda itu?" jawab anak itu lagi kembali disertai pertanyaan.
"Ah, ini? Ini adalah mahkota kerajaan. Fungsinya untuk menandakan bahwa aku adalah Raja," jawabku sambil menyentuh mahkota di atas kepalaku.
"Apa? Jadi, itu mahkota sungguhan? Aku pikir cuma tipuan untuk mencolokkan diri Anda."
"Ya, tentu saja ini sungguhan, karena aku adalah Raja, semua perintahku harus dilaksanakan dengan baik dan tak ada kesalahan. Kau tidak mengenal Mocca? Ah, anak pertama? Jawaban yang bagus sekali untuk bocah tengik sepertimu, nak," balasku berusaha merendam emosi sembari menghunuskan pedangku di dekat ceruk lehernya. "Ada lagi yang ingin kau katakan untuk Mocca?"
Anak itu sangat terkejut dan takut pedangku berada di dekat ceruk lehernya. Dia tak bisa melarikan diri, karena Reo telah menghalangi pintu dan aku memegang sebelah bahunya agar tidak kabur dariku.
"A-Anda se-sebenarnya si-siapa?" tanya anak itu dengan terbata-bata.
"Kan sudah aku katakan. Aku adalah Raja. Oh! Maksudmu namaku? Perkenalkan, namaku Hallow Mixolydian, seorang Raja Mixolydian yang sangat baik, tapi bisa menjadi jahat jika aku menemukan sesuatu yang tidak aku sukai. Contohnya seperti dirimu. Kau tidak menganggap Mocca sebagai kakakmu. Itu artinya, kau telah merubah diriku menjadi seorang Raja yang jahat. Terima kasih sudah mau berbohong. Kau telah berhasil membangkitkan diriku yang lain," jawabku dengan senyuman yang tidak aku lunturkan sedikit pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mocca Hallow
Fantasy[15+] Pada hari yang menyenangkan sekaligus hari ulang tahun, bagaimana jika hari istimewa itu menjadikan sebuah hari yang menyeramkan sekaligus menyedihkan? Contohnya pada hari Halloween. Di kota Mejiktorn, tempat tinggal para penyihir yang mempuny...