Mocca's PoV
"Hmm." Aku bergumam setelah menyicip sesendok es krim rasa stroberi yang dibuatkan oleh Lof.
Sudah sebelas kali aku menyicip es krim buatan Lof dan sudah sebelas kali pula dia berusaha membuat agar es krimnya enak. Sebelum dia memasak tanpa bantuanku, aku mempraktikkan cara membuat es krim yang benar dan pastinya tidak menggunakan alat pemanggang lagi. Melainkan lemari es.
Rasa es krimnya yang kesebelas sudah mulai normal. Lumayan. Aku mengangguk-angguk sembari menancapkan sendok kecil yang aku gunakan tadi ke mangkok berisi es krim yang aku cicipi. Kemudian tersenyum pada Lof yang tampak tegang.
"Sudah mulai bagus. Bisa dikatakan, rasa yang standar namun enak. Hanya saja rasa susunya masih saja kurang. Kau harus belajar lebih keras untuk membuat rasa es krim yang sangat enak. Aku yakin kau pasti bisa membuatnya lebih baik lagi dari yang ini. Kau telah mengerti kegunaan otak dan tangan. Memakai sihir hanya akan membodohimu. Lebih baik kau belajar untuk hal yang belum kau bisa lakukan sebelum terlambat. Baiklah aku rasa cukup sampai di sini dulu," komentarku.
Lof mendudukkan dirinya di lantai dengan helaan lelah namun lega. Ai menghampiri adiknya itu dan mengipasi Lof dengan alat kipas bertangkai dengan gambar labu yang lucu.
"Hei, kipas yang bagus. Siapa yang membuat kipas itu?" tanyaku sambil menunjuk kipas yang dipakai oleh Ai.
"Saya yang membuat kipas ini sendiri. Anda mau saya buatkan kipas seperti ini?" jawab Ai sambil menawarkan kipas buatannya.
"MAU!"
"Oke. Gambarnya mau apa?"
"Sama seperti yang kau pegang itu."
"Baiklah, Nona."
KREK.
Suara pintu ruang dapur terdengar, membuat kami bertiga menoleh ke arah pintu dan yang membukanya. Seketika itu juga mataku mengerling kaget.
ITU HALLOW!
"Buset," ucapku panik, buru-buru menyembunyikan diriku di bawah meja.
Ai dan Lof yang melihatku bersembunyi menatapku dengan bingung meminta penjelasan. Aku memberi isyarat menyentuh tengah bibirku dengan jari telunjuk.
"Sst! Jangan beritahu dia kalau aku ada di sini!!" Aku mendesis begitu pelan pada kedua kembar itu.
Untungnya mereka bisa mendengar desisanku. Ai mengangguk kecil sedangkan Lof mengacungkan jempol sambil mengedipkan sebelah mata.
Dan waktunya aku menahan suara dan gerakanku di bawah meja panjang berlapis taplak meja yang lumayan panjang, sehingga bagian bawah tertutup tak terlihat.
Di bawah meja ini, aku bisa mengintip keadaan luar walaupun sedikit. Aku bisa melihat dua pasang kaki bersepatu hitam bertali putih milik Ai dan Lof. Lalu sepasang kaki bersepatu hitam tanpa tali bercelana hitam panjang menghampiri mereka. Itu kaki Hallow.
"Ada yang bisa kami bantu untuk Anda, Yang Mulia Raja?" tanya Ai pada Hallow.
"Apa kalian berdua melihat seorang gadis berpakaian hitam dan berambut pirang di sini?" tanya Hallow.
Hebat nekat sekali dia masih mencariku. Sudah dua jam sejak aku melarikan diri darinya dan dia tetap berusaha menemukanku.
"Siapa yang Anda maksud, Tuan?" tanya Ai lagi dengan sopan nan formal.
"Ah, benar. Kalian kan belum kenal dengannya. Dia tamuku. Dari tadi aku berkeliling istana mencarinya dan aku takut dia tersesat lantaran tidak bisa mendapatkan jalan keluar. Namanya Mocca. Dia telah menyelamatkan nyawaku. Jika tak ada dia, mungkin saja aku tak akan pernah kembali ke sini lagi," jawab Hallow terdengar mencerocos kemana-mana. "Hei, es krim buatan siapa itu?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Mocca Hallow
Fantasy[15+] Pada hari yang menyenangkan sekaligus hari ulang tahun, bagaimana jika hari istimewa itu menjadikan sebuah hari yang menyeramkan sekaligus menyedihkan? Contohnya pada hari Halloween. Di kota Mejiktorn, tempat tinggal para penyihir yang mempuny...