Hallow's PoV
"Mocca?"
Aku membuka pintu kamar setelah mengetuk pintu. Tak ada jawaban dari Mocca, jadi aku buka saja pintunya. Dia tidak menjawab pertanyaanku, karena aku melihatnya sedang belajar di meja belajarnya sambil mengangguk-angguk. Ah, bukan mengangguk, tapi menahan kantuk.
Tentu saja, ini sudah jam 11 lewat. Aku pun juga mengantuk. Tapi, ada satu hal yang harus aku kerjakan selesai aku mengurus semua surat-surat penting yang sudah aku tanda tangani dengan tambahan stempel dan dikirim oleh pelayan-pelayanku ke tempat asalnya. Selama aku berada di sekolah, tugas-tugas di istana pun menumpuk. Paling cepat, aku akan menyelesaikannya selama 2-3 jam. Rasanya aku ingin membakar semua kertas-kertas itu karena nyaris tak bisa meluangkan waktu untuk Mocca. Untung saja ini kerajaanku.
Kakiku mengendap-endap mendekati Mocca yang masih mengangguk-angguk sambil menulis. Sembari menahan tawa, aku terus mengendap-endap, dan sampailah aku di dekatnya. Lalu ... apa lagi, ya?
"Ya, Hallow? Kau memanggilku, kan? Ada apa?" Pertanyaan dari Mocca salut membuatku hampir kehilangan keseimbangan untuk berdiri. Tanpa mengalihkan pandangan dari tulisannya, dia mampu merasakan keberadaanku telah berada di sampingnya. Hebat.
"Sudah jam 11 malam. Kau harus tidur. Belajarnya lanjutkan besok saja di sekolah," ucapku menutup semua buku yang Mocca buka dan mengambilnya untuk disita.
"Hei, kenapa kau menutup dan mengambil semua bukuku? Kembalikan. Aku masih ingin belajar. Ada banyak soal yang tidak aku mengerti," tolak Mocca berusaha mengambil bukunya kembali, namun aku menarik buku itu tanpa mau mengembalikannya.
"Kalau ada banyak soal yang tidak kau mengerti, aku bisa jelaskan semua soal itu besok agar kau cepat mengerti oleh penjelasanku. Kalau belajar sendiri seperti ini, itu sama saja kau membuang waktumu memikirkan jawaban yang mutlak. Pada akhirnya, soal itu tak terjawab. Kita akan belajar bersama besok saat istirahat. Jadi, ke tempat tidurlah. Kau harus tidur atau kau akan mengantuk di sekolah," suruhku lagi, kali ini dengan tegas.
Mocca memasang wajah cemberut. Kepalanya mengangguk pasrah. "Huh. Baiklah kalau begitu. Aku akan tidur."
Bukannya beranjak dari kursi, dia malah tidur di tempatnya, melipat kedua lengan di atas meja dan merebahkan kepalanya di atas lengan. Aku menepuk jidat.
"Hei, Mocca, bangun. Bukan di sini tidurnya. Di kasur, Mocca. Hihihi," kataku sambil menepuk pelan pundaknya. Aku tertawa kecil, mendekatkan diriku ke salah satu daun telinganya untuk membisikkan sesuatu. "Aku menyuruhmu tidur. Tapi, tidur di kasur. Bukan tidur duduk di kusi dengan posisi yang tidak akan membuatmu nyaman. Astaga, tentu saja kau begitu mengantuk pada jam seperti ini. Apa boleh buat."
Aku kembali meletakkan buku milik Mocca ke meja. Secara perlahan agar tidak mengganggunya, aku menarik kedua pundak Mocca untuk duduk tegak. Melihat ekspresinya tertidur pulas, membuatku kembali tertawa kecil. Kemudian, aku mengangkat kedua kaki termasuk tubuhnya. Setelah berada di dalam gendongan tuan putriku, aku melihat wajah tertidurnya lagi.
"Kalau dia dengar aku mengatakan tubuhnya berat, bagaimana reaksinya, ya? Apa dia akan marah?" pikirku masih melihat dirinya. "Wanita memang sulit sekali ditebak. Tapi, aku bisa menebak hatimu hanya memilih diriku. Benar, kan?"
Aku berjalan menuju kasur. Dengan hati-hati aku merebahkan Mocca di atas kasur. Mengarahkan kepalanya di atas bantal dan menyelimutinya. Aku duduk di sampingnya, menangkupkan tanganku ke wajahnya.
"Aku ingin sekali tidur denganmu, Mocca. Tidur di sampingmu membuatku selalu bermimpi indah tentangmu dan orang tuaku. Kau tahu, di mimpiku itu, kau sangat cantik. Tapi, lebih cantik jika aku lihat secara nyata seperti ini." Aku mengelus rambut pirangnya. "Sayang sekali, malam ini aku tidak bisa tidur denganmu dulu. Ada satu hal yang harus aku kerjakan malam ini juga. Aku tak akan lama. Jika sudah selesai, aku akan kembali ke sini, tidur bersamamu. Memeluk tubuhmu yang selalu saja mengalihkan posisi tidurmu padaku. Mimpi yang indah, Mocca. Selamat malam. Aku mencintaimu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Mocca Hallow
Fantasi[15+] Pada hari yang menyenangkan sekaligus hari ulang tahun, bagaimana jika hari istimewa itu menjadikan sebuah hari yang menyeramkan sekaligus menyedihkan? Contohnya pada hari Halloween. Di kota Mejiktorn, tempat tinggal para penyihir yang mempuny...