Pt. 15

221K 18.2K 2.7K
                                    

Tanganku masih panas setelah memukul kepala Jung-mesum-bego-Kook.

Ternyata dia punya kepala sekeras biji oak.

Anehnya, aku merasa tenang setelah memukulnya.

Bagaimana tidak. Pagi ini, dia langsung menerobos masuk ke dalam kamar mandi saat aku sedang melepas baju.

"Tutup pintunya, Jungkook!"

Aku langsung menarik handuk dan menutupi tubuhku masih dengan berteriak gaduh.

"Wow," serunya sambil bersiul.

Aku yakin dia belum sempat melihat tubuhku.

"Buka dong."

Sialan, dia benar-benar mesum.

Dia bersidekap sambil menyandar di pintu kamar mandi dan tersenyum jail.

Bahkan aku harus meleparkan botol sampo ke kepalanya agar ia keluar.

Dia konyol dan tolol.

Setelah hampir melihat bagian atas tubuhku, dia terus membahasnya seolah masih belum cukup hanya menyaksikannya saja.

Jinyoung tentu saja tidak mengerti arti 'shake it for me' yang Jungkook katakan saat sarapan.

Aku menendang tulang keringnya dan dia mengaduh kesakitan.

Padahal baru semalam dia bersikap manis.

"Kalian sedang bicara apa sih?" Jinyoung menatap kami bergantian dengan terbengong-bengong.

"Tidak ada," ketusku.

"Ey, shake it for me, baby," katanya lagi.

Sekonyong-konyong Jinyoung malah menutup mulutnya yang masih penuh dengan nasi.

Matanya membulat kaget. "Jadi kalian sudah melaku---"

Aku membanting sumpitku. "HEI! Otak kalian berdua itu kotor. Berhenti bicara dan cepat makan."

Tepat saat itu kakak keluar dari kamar sambil merapikan sedikit salwar motif lili di leher.

"Jinyoung, kau sudah berkemas? Kita berangkat lima menit lagi. Jungkook, Eunjo, bersiap. Aku juga akan mengantar kalian."

Jinyoung mendesah berlebihan. "Aku harus pulang hari ini. Semoga kau baik-baik saja Eunjo. Tuhan akan melindungimu. Kau tidak akan mati bersamanya."

Seperti seorang kakak, Jinyoung mengusak rambutku.

"Dia tidak akan mati di tanganku, Moron," desis Jungkook.

--------

Jungkook butuh piknik.

Orang sepertinya memang sakit jiwa. Tidak tahu aturan dan punya serangan mental.

Aku datang terlambat ke sekolah karena sikap buruknya.

Dia melarangku ke sekolah dengan alasan bahwa gedung sekolah kami roboh, lab kimia terbakar, dan ruang auditorium di makan rayap.

Ini keterlaluan.

Kalau bukan karena kakakku, mungkin kami akan terus berada di rumah hingga membusuk. Dan mungkin aku benar-benar percaya bahwa sekolah kami roboh.

"Jangan keluar dari gerbang sekolah tanpa aku. Mengerti?" pesan Jungkook sebelum pemuda itu lari ke kelasnya di lantai tiga.

Tiba-tiba dari arah belakang pundakku ditepuk. Soyeon memandangiku terkejut.

Aku tidak ingin ambil pusing dan berjalan ke dalam kelas, menuju loker.

The Byuntae, CreepyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang