Setelah mandi dan memakai seragam aku menyusup ke kamar Jungkook. Jungkook masih bersemayam di balik selimut. Niat membangunkannya gagal setelah melihat handphone-nya di meja belajar.
Meskipun hatiku bersikukuh menolak, namun aku penasaran sampai mana dia menggunakan benda itu.
Langkah pertamaku tertuju pada kontak. Aku mengetik namaku.
Tidak ada.
Lalu kucari dengan nomerku. Muncullah satu nama '삐야기' (ppiyagi)*. Dahiku mengernyit. Tak lama setelah kupahami pipiku merona.
(Dari kata
'ppiyak ppiyak =
chick cry')Aku mulai suka dengan panggilan aneh yang Jungkook berikan padaku. Itu seperti cara spesial bagaimana ia membedakanku dengan gadis lain.
Aku melewati itu dan beralih ke kotak pesan. Dia sudah mengabaikan banyak pesan. Yang membuatku lega, bahwa kalimatnya membalas pesanku dengan Kwon Soo Ah sedikit berbeda.
Entahlah, tertera sangat jelas jika Jungkook sedikit lebih berhati-hati kepada Kwon Soo Ah di setiap kata. Namun dalam pesanku, Jungkook adalah Jungkook. Maksudku, dia mengutarakan pesannya dengan nyata. Sesuai kepribadiannya yang selama ini ia tampilkan.
Lalu aku menghitung pesan yang memiliki kata terbanyak milik Kwon Soo Ah untuk dibandingkan dengan punyaku. Kwon Soo Ah mendapat pesan dengan kata terbanyak 21, sementara aku memiliki 33 kata.
Aku menghapus pesan itu. Sehingga Kwon Soo Ah hanya memiliki 11 kata terbanyak dari Jungkook. Kurasa Jungkook tidak akan sadar.
Kemudian kubuka album foto. Sejauh ini aku tidak menemukan sesuatu yang kotor. Selama ini kupikir Jungkook memenuhi handphonenya dengan video tidak senonoh.
Kemudian jariku berhenti di satu album yang membuatku tergoda. Album dengan judul pabo.
Seketika mataku terbelalak melihat foto-fotoku tersebar di layar. Aku menggeleng dan melirik Jungkook yang masih tertidur damai.
Aku kembali lagi mengecek semua foto itu. Lalu menyortir tubuhku sendiri.
Lantas kupeluk tubuhku ketakutan. "Tidak mungkin."
Di tengah pikiranku yang berkecamuk, detik itu juga suara khas bangun tidur Jungkook terdengar.
"Aku tidak memotretmu saat telanjang."
Dia hanya membuka satu matanya dan kembali menarik selimut hingga ke kepala.
Aku berjuang keras agar tidak takut, meski kini napasku tersekat.
"K-kau memotretku diam-diam?"
Aku merinding. Mungkin inilah yang dirasakan idol saat sasaeng fan (penggemar obsesif) membuntuti mereka.
Dia mengakui dengan suara serak. "Iya."
Terlalu jujur untuk sebuah tindakan berengsek.
"Apakah kau semacam sasaeng?"
Dia tidak menjawab.
"Ini ilegal," lanjutku agak jengkel. "Tidak mau buat pembelaan?"
"Sudah ketahuan, mau apa lagi," jawabnya cuek. Matanya masih terkatup.
Aku mendesau. Baiklah, aku menyerah untuk tidak menyambung perdebatan ini menjadi lebih krusial, karena kakakku ada di dapur.
Kakakku tidak bisa menunggu lebih lama karena harus bekerja. Jadi aku melupakan fakta bahwa Jeon-Jungkook-adalah-sasaeng-ulung- dan mendatanginya, lalu menarik tangannya agar berhenti bermesraan dengan kasur.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Byuntae, Creepy
Fanfiction[DINOVELKAN] [TERSEDIA DI GRAMEDIA] Jeon Jung Kook. Tukang paksa. Kejam. Keji. Seingatku, dia adalah orang yang suka sekali menjadikanku target kekejamannya di sekolah. Obsesinya bisa saja menghancurkanku. Sampai aku harus menerima kenyataan yang su...