Pt. 44

106K 11.3K 3.1K
                                    

Pagi ini aku merasa kondisiku menurun. Kepalaku seperti diremas. Hal itu mengganggu tidurku.

"Ireona," bisik sebuah suara, disertai usapan lembut di pipi.

Sedikit demi sedikit mataku terbuka.

Jungkook tersenyum. "Waktunya bangun."

Aku mengangguk dan meninggalkan kamarnya tanpa daya.

###

Siang harinya aku melarikan diri ke toilet untuk menghindari Soyeon sebelum ia menyadari keadaanku. Sekarang aku terserang demam.

Aku rindu ibu.

Itulah yang pertama tercetus diingatanku ketika sakit. Aku ingin dia ada di sisiku sekarang. Aku ingin dia merawatku seperti dulu.

Sambil tetap duduk di kloset, kupijat pelipisku. Keadaanku jauh lebih buruk. Keringat mengembun di dahi. Setelah yakin mampu berjalan, aku keluar dari toilet, namun ada Kwon Soo Ah di depan cermin.

"Park Eunjo, ya?" Senyumnya terlalu kontras.

Aku merungkuk.

"Terima kasih karena menjaga Jungkook."

Aku menatapnya, bahkan berkedip pun tidak.

"Sebelum bersamamu, setiap waktu dia harus kuawasi. Dia sedikit keras kepala karena sering melupakan jam makannya untuk belajar."

Ketika kami bertatapan melalui cermin, seluruh tubuhku kaku, pikiranku kosong.

"Kau bisa buatkan teh gingseng setiap malam, Jungkook paling suka jika diberi sedikit air lemon." Lalu ia berseru, "Ah, dan jangan berikan makanan pedas sebelum dia selesai ujian. Udang juga tidak boleh, dia alergi udang. Jangan mengganggunya ketika belajar. Seminggu ini aku cemas sekali ketika dia selalu mengeluh mengenai kondisinya."

Detik ini dadaku terasa penuh.

Jungkook mengeluh pada Soo Ah sementara ia tidak bilang padaku.

Aku tidak suka.

Aku benci caranya mengungkapkan seolah dia tahu segalanya tentang Jungkook.

"Bagaimana sunbae tahu semua itu?"

Tawanya melantun, "Untuk seseorang yang sudah menghabiskan waktu selama 14 tahun, tentu saja sulit melupakan kebiasaanya. Aku juga bisa membacanya keadaannya cukup cepat." Setelah itu ia mengeringkan tangannya. "Sekali lagi terimakasih. Jeo monjeo galge." (Aku pergi dulu)

Otot-ototku mengejang. Senyumnya bagiku sangatlah keji.

Selepas kepergian Soo Ah, ada aroma lain menyergap tempat ini. Aroma buah dan bunga yang tumpang tindih membuat kepalaku seperti copot dan membuat lututku lunglai tak mampu bergerak.

Tiga orang perempuan sudah berada di sisi kanan dan kiriku. Satu dari mereka duduk di wastafel, dua lainnya berdiri menghadap cermin sambil mengoleskan bedak dan pelembab bibir. Mereka memblokade tempat ini.

Gadis yang sedang duduk mengibaskan rambutnya dengan cara sombong. "Apa kau orangnya?"

Entah pada siapa dia bertanya.

"Ah, jadi gadis ini penyebab Song Min Ah bunuh diri?"

Saat itulah tatapan kami bertemu di cermin.

"Punya malaikat di sisimu pasti rasanya menyenangkan, bukan?" Gadis berambut ombak mendorong bahuku dengan telunjuk.

Ya Tuhan. Kali ini apa lagi?

"Karena pacarmu, kami sampai harus kehilangan seorang teman. Hah, menyebalkan sekali."

The Byuntae, CreepyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang