Check mulmed
.
.
.
.Sepuluh menit kemudian kami tiba di sungai Han.
Aku duduk lebih dulu menuju kursi-kursi di beberapa tempat yang tersedia di tepi sungai. Kupilih tempat yang sedikit lebih sepi.
Tiupan angin malam menyapu rambutku dari bahu.
Ucapan ayah dan kakak berdenging di telingaku. Selanjutnya aku hanya memaksa diriku untuk tidak menangis. Menangis tidak akan menyelesaikan apapun.
Ketika itu, tanpa mengatakan apapun Jungkook duduk di sebelahku.
Kami terdiam.
Kubiarkan kami berpikir, membayang sesuatu, merenung sesaat, dan membiarkan diriku tenggelam dalam satu firasat. Firasat tentang kami yang mungkin saja berakhir.
Kakak bisa saja benar. Kami bukan orang dewasa.
Terkadang aku sendiri lupa fakta bahwa kami masih di bawah umur untuk menerima hal seekstrim ini.
Aku membuang kepalaku ke samping dan mengadah.
"Kupikir orang dewasa itu punya akal sehat," gumamku parau.
Aku tidak ingin dia tahu kalau aku sedang menangis. Meski pun begitu, aku tahu dia sudah menyadarinya.
Pada waktu itu aku cukup yakin mampu berpisah dengannya, tentu saja, hanya pada waktu itu bukan untuk hari ini atau seterusnya.
Jika aku adalah gadis yang hobi menumpahkan semua di buku catatan, kemungkinan aku bisa menghabiskan beberapa buku kisah kami untuk satu musim.
Setelah menghapus air mataku diam-diam, aku menoleh padanya dan bertanya, "Apa yang sedang sunbae pikirkan?"
Jungkook menggeleng dengan wajah setenang air. "Tidak ada."
Ia memutar tubuhnya sedikit menghadapku.
"Tapi aku mampu menebak kekhawatiranmu," lanjutnya. "Sama seperti kekhawatiranku."
Aku terpekur serta tidak mampu menatap matanya langsung.
"Coba tebak." Ada senyum tipis di bibirnya. "Kemarin aku bertemu Wonwoo hyung. Dia bilang aku harus royal pada masa depanku. Aku harus menentukan prioritasku. Antara kau atau masa depanku nanti."
Sontak kualihkan tatapanku ke satu titik jauh di samping kepalanya.
Ucapannya mengirim tangis ke mataku.
"Aku tidak mau berpisah denganmu." Kalimatku sendiri membuat jantungku seakan hancur. "Tolong tetap bersamaku, Sunbae."
Kukatakan itu karena aku mulai terbiasa dengan kehidupan kami. Aku mulai mencintainya sebanyak ia mengirim cinta padaku.
Lalu ia menyetuh tanganku, dan berujar lembut, "Cobalah buat ilusi paling menyenangkan. Karena terkadang takdir bermain dengan ilusi dan firasatmu sendiri."
Ketika ingin menyekanya, Jungkook menggenggam kedua tanganku.
Sementara masih dengan tangis bercucuran aku tetap tidak ingin melihat wajahnya.
Aku terisak. "Jangan tinggalkan aku." Tubuhku bergetar.
"Percayalah padaku," tukasnya. "Masa depan memang prioritasku. Tapi Park Eunjo juga prioritasku. Jangan berpikir aku akan pergi. Aku bisa melakukannya tanpa harus kehilanganmu."
Sebuah kehangatan berbaur dalam suaranya.
Aku melipat bibirku dan menggeleng. "Bagaimana jika seseorang mencurimu dariku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Byuntae, Creepy
Fanfiction[DINOVELKAN] [TERSEDIA DI GRAMEDIA] Jeon Jung Kook. Tukang paksa. Kejam. Keji. Seingatku, dia adalah orang yang suka sekali menjadikanku target kekejamannya di sekolah. Obsesinya bisa saja menghancurkanku. Sampai aku harus menerima kenyataan yang su...