Pt. 42

114K 11.3K 3.3K
                                    

Bagi Taehyung, hal tersulit dalam menjalin ikatan adalah di mana ia harus mempertahankan hubungan dibanding melakukan pendekatan.

Menjadi pihak yang terburu-buru untuk mengikat bukanlah suatu masalah, menurutnya.

Taehyung bukanlah orang yang bertele-tele menyangkut urusan cinta.

Ia akan nekat dan gila pada saat bersamaan.

Maka dari itu, setelah mendapat tamparan dari ayah Soyeon, sekitar pukul 12 malam, dengan wajah memar ia menemui Jungkook untuk diantar ke rumah Jimin meminta restu memacari sepupunya.

Mencari mati memang.

Jimin hanya menatapnya diam selama 40 detik sebelum rahangnya mengeras dan memukul Taehyung dengan brutal.

"Brengsek, kau memecet bel rumahku tengah malam untuk ini?"

Sementara Jungkook duduk di tanah bersadar pada motornya. Ia membiarkan dua orang itu berkelahi sambil menghitung berapa kali suara anjing menggonggong.

Pukul satu pagi, keduanya baru berhenti bertengkar setelah Jungkook berteriak mengantuk sambil membawa dua batu besar.

"Ambil lah. Berkelahi dengan itu. Aku akan menonton."

Lucunya, Jimin dan Taehyung justru berhenti. Kemudian terkapar di jalan dengan napas memburu. Mereka terdiam memandang langit malam.

Tiba-tiba salah-satu dari mereka menularkan tawa.

"Ya," Jimin menepuk dada Taehyung dengan lemah. "Aku merestuimu. Geunde, kalau sampai dia dipukul lagi karenamu, aku akan menghabisimu saat itu juga. Gidaryeo bwa!" (Tunggu dan lihat!)

Dan bukan Taehyung namanya, kalau ia berhenti.

Perjanjian dibuat untuk ditepati. Melindungi Soyeon adalah salah satunya.

###

Soyeon's POV

Intensitas denyut nadiku meningkat.

Kami masih berada di taman belakang sekolah setelah kepergian Eunjo; membolos.

Aku memperhatikan Taehyung yang sedang mengobati luka di bibirku.

Pertama kali aku merasakan ikatan emosional kepada seorang pria. Pemikiran spesifik tentang hubungan remaja. Itulah perasaanku terhadap Taehyung.

Selama hampir sebelas tahun sejak kematian ibu, ayah sangat tegas menyangkut seluruh aspek kehidupanku. Dia selalu memiliki alasan untuk menghukumku, termasuk masalah berpacaran.

Berdasarkan fakta, hidupku hanya dihabiskan belajar, bermain dengan segelintir orang, dan melakukan perbuatan lugu.

Sampai Taehyung datang padaku dan menjadi perhatian utama.

Melihat dulu betapa seringnya Taehyung menggodaku, membuatku terkesan sekaligus terganggu.

Sejak saat itu aku ingin merasakan pengalaman hidup seperti remaja normal lainnya; berkencan, memiliki jam malam, dan hangout.

Taehyung pria baik.

Taehyung mengerti aturan.

Ciuman adalah kontak fisik kami paling intim. Dia tidak akan menyentuhku lebih jauh kecuali kuijinkan.

Bahkan pria itu pernah mengatakan tidak akan mencicipi alkohol meski umurnya mencapai 20 tahun.

Tetapi saat ayah memukulnya, aku ikut terluka. Dan kini ia malah mengobatiku.

The Byuntae, CreepyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang