********
Kirana berjalan disepanjang koridor dengan wajah yang terhalangi oleh tumpukan buku. Tadi, Pak Hisyam meminta tolong dirinya untuk membawa buku-buku tersebut ke dewan guru.
BRUUUKKK!
Sepertinya Kirana punya hobi baru yaitu menabrak seseorang.
Buku yang ia bawa jatuh berantakan dikoridor. Kirana segera memungut buku tersebut dengan cepat tanpa menyadari orang yang tidak sengaja ia tabrak adalah Dareen.
Cowok itu menghela nafas dan membantu Kirana memungut buku tersebut. "Ngapain sih bawa ginian? Siapa yang suruh?" Tanyanya.
Kirana terkejut dan melihat si pemilik suara. "Kok l-lo?"
"Iya, kenapa? Sini biar gue yang bawa." Balas Dareen dan mengambil semua tumpukan buku tersebut dari tangan Kirana. Mereka berjalan beriringan dikoridor.
"Kok bukan orang lain yang suruh bawa nih buku? Udah tau cewek kecil gini masih aja disuruh bawa buku sebanyak ini." Cerocos Dareen. Cewek kecil? Huhu emang sehina itu ya badannya? T_T
Cewek itu hanya menyengir dan melanjutkan jalan mereka menuju dewan guru. Setibanya di dewan guru, mereka menghampiri meja Pak Hisyam yang dimana pria tersebut sedang duduk disana sambil membaca beberapa laporan siswa.
"Permisi pak, ini bukunya." Ucap Kirana mengambil buku tersebut dari Dareen dan menaruhnya tepat diatas meja.
Pria itu mengangguk tanpa memalingkan wajahnya. "Terimakasih, tapi lainkali jika disuruh jangan membuat orang itu menunggu lama." Ujarnya.
Dareen mendengar itu berdecik kesal. "Yaelah masih untung mau dibantuin, liat juga dong kalau yang disuruh cewek ke-AW!" Cowok itu berbalik menatap Kirana dengan tatapan tajam.
"Diam." Bisik Kirana. Cewek itu tersenyum menatap Pak Hisyam yang sudah menatap mereka karna ucapan Dareen yang mengalihkan perhatiannya. "Kami berdua permisi pak." Izin Kirana dan langsung menarik tangan Dareen dengan cepat keluar dari dewan guru.
Gawat banget nih cowok. Berani-beraninya mancing keributan sama guru:")
"Apasih tiba-tiba injak kaki gue? Baru aja tadi gue mau ceramahi tuh guru biar dia taudiri dikit. Udah tolongin, masih aja cerewet." Dumel Dareen. Gak sadar diri kalau dia juga cerewet padahal heuheuheu:")
"Ntar masalahnya makin ribet trus lu masuk bk? Mau emang?" Timpal Kirana.
"Gakpapa kalau itu demi lu."
Heuheuheu dasar bis tayo:")
"Mau ke kantin gak?" Pertanyaan tersebut sukses membuat lamunan Kirana buyar seketika.
Cewek itu menggeleng dan tersenyum. "Lu aja, gue mau ke kelas." Jawab Kirana.
Dareen mengangguk dan sejenak mengacak rambut Kirana pelan sebelum ia pergi meninggalkan cewek itu yang masih terdiam karna ulahnya.
Gue bisa mati kejang karna dia, gusti:")
Cewek itu langsung menggeleng dengan cepat tersadar dari lamunannya. Ia menglangkahkan kakinya menuju kelas. Di kelas, dirinya kembali dihadapkan oleh Amira dan Jian yang duduk berduaan dibangkunya.
"PACAR LO KEMANA?" Teriak Jian begitu melihat Kirana yang baru saja masuk ke kelas.
Sontak semua murid berbalik menatap Jian dengan bingung. "Pacar Kirana siapa?" Tanya Adrian notabenya sebagai ketua kelas.
"Eheh." Jian menggaruk tengkuknya sambil menyengir. Ia sudah melihat dari sorat pandang mata Kirana kalau cewek itu sebentar lagi akan menerkamnya jika membongkar semuanya. "Manu Rios lah! Tapi pacar halu doang." Sambungnya yang diberi sorakan oleh semua murid.
"Gak seru lu kampret!" Sahut Thomas kesal.
- - - - -
Lima menit sebelum bel masuk berbunyi, Dareen masuk ke kelas dengan tangan yang memegang kantong plastik berisi makanan.
"Aduh baik banget sih Aa, terharu deh aku." Sahut Jian dengan mata yang berbinar begitu melihat cowok itu datang menghampiri mereka sambil membawa kantong plastik.
"Jangan pede ini buat... Kirana."
"Orang yang baru jadian mah beda. Gue bantu viralkan ah," Jian mengambil ponselnya kemudian memotret Dareen dan Kirana yang sudah duduk berdekatan.
PLETAK!
Satu jitakan sukses membuat cowok itu diam seperti kucing basah. Dareen tersenyum puas melihatnya dan lanjut makan bersama Kirana. Kunci supaya Jian diam yaitu dengan menyuruh Dareen atau Devan menjitaknya. Dengan begitu, dunia akan tentram:)
KRIIIING!
Bel masuk pun berbunyi. Seluruh murid yang tadinya masih diluar kelas, kini sudah berhamburan masuk kedalam kelas. Pak Bima datang dengan senyum khasnya.
"Selamat siang anak-anak!" Sapanya dan duduk dimeja guru.
"Siang pak!"
"Baik, karna minggu lalu bapak sudah janji kalau hari ini mau adakan ulangan, jadi semua buku yang ada diatas meja harap dimasukkan ke dalam tas! Yang dimeja tersisa bulpen!" Ucap Pak Bima yang langsung diberi sorakan tidak terima oleh semua murid.
"Apaansih pak orang kemarin cuman dijanji kerjakan soal!" Protes Debby.
"Apaandah mana ada kata ulangan minggu lalu? Hoax nih bapaknya!" Sambung Hendra.
Pak Bima menghela nafas dan menenangkan semua murid. "Sudah-sudah! Kalau gitu baca materi bab tiga limabelas menit! Bapak gak mau tau pokonya hari ini kita ulangan!" Serunya.
"Bodoamat, terserah bapak aja deh!" Sahut Jian kesal.
Mereka semua kembali membuka buku dan membaca materi bab tiga sesuai perintah Pak Bima. Duapuluh menit berlalu, sekarang mereka sudah dihadapkan dengan beberapa soal yang dibacakan Pak Bima barusan.
"Soal apaandah ini? Perasaan gak ada sangkut pautnya sama bab tiga." Guman Jian yang stress sendiri.
Dareen menoleh dan mengedikkan bahunya. "Goblok banget lu." Ujarnya dan mengeluarkan ponselnya dari laci meja. Ia mulai mencari jawabannya diinternet. Ada yang gampang kenapa mesti mikir susah-susah? Begitu pikirnya.
Sungguh kampret Dareen:")
Adrian tiba-tiba mengacungkan tangannya. "Pak saya mau bertanya." Ujarnya yang langsung mendapat sorotan mata dari semua murid.
"Iya, silahkan Adrian."
"Kenapa soal yang bapak bacakan tidak nyambung dengan bab tiga?" Tanya Adrian yang mewakili kebingungan mereka semua.
"Ya, karna kalian semua sedang ulangan bab enam."
"APA!?"
***********
//
Part 11 revisi: DONE✔️
KAMU SEDANG MEMBACA
DERANA [COMPLETED✔️]
Teen Fiction[MY PERFECT BOYFRIEND NEW VERSION] Perasaan terburuk ketika mengetahui telah dibohongi oleh seseorang yang kamu percaya. DERANA Copyright 2016 - amandrug